Upacara Babarit merupakan upacara mengucapkan rasa syukur mereka. upacara Babarit dilaksanakan pada bulan Suro karena seluruh masyarakat Desa Sagarahiang beragama Islam, maka penghormatan bulannyapun kebanyakan dilaksanakan pada bulan yang memiliki religi menurut agama Islam. Penyesuaian waktu tersebut bertujuan agar keduanya dapat dilaksanakan sekaligus, sehingga ketentuan adat dan akidah agama islam dapat dijalankan secara harmonis.
Upacara Babarit dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Sagarahiang, baik yang bertempat tinggal di Desa Saragahiang maupun daerah yang berada dekat dengan Desa Sagarahiang. Maksud dan tujuan dari upacara Babarit ini adalah sebagai penghormatan kepada leluhur dan mengucap rasa syukur, selain itu sebagai :
1. Syukuran kepada Allah SWT atas kekayaan pertanian yang melimpah
2. Mengharap Keberkahan dan keselamatan kepada Allah SWT
3. Mendoakan para sesepuh yang sudah meninggal
4. Sebagai ritual tolak bala.
Secara garis besar, upacara Babarit diawali dengan doa bersama di kantor kepala desa, kemudian dilanjutkan dengan penyembelihan domba kendit. Domba yang dipercaya untuk menolak bala. Secara kasat mata Domba Kendit hampir sama, namun yang membedakan Domba Kendit dan Domba lainnya adalah Domba yang berwarna hitam namun terdapat garis putih yang melingkari perutnya. Lalu berziarah ke makam Mbah Bewo dan Syekh Maulana. Masyarakat Desa Sagarahiang percaya bahwa yang akan mereka ziarahi merupakan makam leluhur mereka. selasai berziarah acara ini diakhiri oleh proses Ujub-Ujub, adalah proses menyanyikan lagu-lagu sunda buhun oleh Sinden atau Ronggeng.
Masyarakat Desa Sagarahiang masih berpedoman pada tradisi nenek moyang mereka. Mereka berpegang kepada nilai-nilai, adat-istiadat, norma-norma, peraturan dan keyakinan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Sagarahiang. Hal ini bahkan mereka percaya, jika tdak di lakukan ritual tersebut akan terjadi hal-hal negatif yang menyebabkan kesejahteraan masyarakat buruk. Oleh karena itu rangkaian aktivitas ritual upacara adat babarit selalu dilaksanakan dan tidak berbubah pelaksanaannya.
Sebagai makhluk sosial kehidupan masyarakat Desa Sagarahiang dalam menjalankan upacara Babarit tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan social manusia atau masyarakat.
Sumber:
Ani Rostiyati dkk, “Inventarisasi Karya Budaya di Kabupaten Kuningan”, Laporan Penginventarisasian dan Pencatatn Karya Budaya Kabupaten Kuningan, Bandung: BPNB Jabar, 2018.