Sejarah Singkat dan Filosofi Seni Tari Topeng Cirebon Jawa Barat
Pelestarian kesenian topeng Cirebon telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah daerah telah menetapkan kesenian topeng Cirebon sebagai warisan budaya tak benda. Masyarakat juga turut berperan dalam pelestarian kesenian topeng Cirebon. Banyak kelompok kesenian topeng Cirebon yang aktif menggelar pertunjukan, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, banyak pula lembaga pendidikan yang mengajarkan kesenian topeng Cirebon kepada generasi muda. Berkat upaya pelestarian yang dilakukan oleh berbagai pihak, kesenian topeng Cirebon masih dapat dinikmati hingga saat ini. Kesenian ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Jawa Barat.
Tari Topeng Cirebon setidaknya sudah dikenal sejak zaman Hayam Wuruk masih menjabat sebagai raja Kerajaan Majapahit di tahun 1300-1400 Masehi. Setelah Kerajaan Majapahit jatuh, tarian ini kembali dilestarikan oleh para Sultan Demak. Kemudian, tarian tersebut turut terbawa bersamaan dengan penyebaran politik Demak ke seluruh daerah pesisir Jawa, yang sampai ke Keraton Cirebon dan Keraton Banten.
Babad Cirebon Carang Satus yang ditulis oleh Elang Yusuf Dendrabrata menyebut Tari Topeng Cirebon diciptakan dalam rangka penyebaran agama Islam. Dalam Babad itu, diceritakan Tari Topeng digunakan Sunan Gunung Jati dalam menghadapi ancaman Pangeran Welang dari Karawang yang ingin menaklukkan Keraton Cirebon.
Sunan Gunung Jati yang menolak jalur kekerasan memilih jalan diplomasi melalui kesenian. Akhirnya dipertunjukkanlah Tari Topeng Cirebon oleh Nyi Mas Gandasari.
Dirinya kemudian berhasil memikat hati Pangerang Welang. Karena terpikat, Pangeran
Welang pun menyerahkan pusaka Curug Sewu, meminang Nyi Mas Gandasari, dan memeluk agama Islam.
Topeng Cirebon yang semula berpusat di keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepat mengalami transformasi-transformasi.
Filosofi Topeng Cirebon
Tari topeng digunakan sebagai media penyebaran agama Islam. Oleh karena itu, tari
ini dikemas menjadi sebuah pertunjukan yang mengandung nilai filosofis dan juga lebih berwatak. Pengemasan tarian ini bertujuan untuk menggambarkan ketakwaan manusia dalam beragama, yang bermakna sebagai berikut:
- Makrifat atau Insan Kamil merupakan tingkatan tertinggi di kehidupan manusia
dalam beragama dan sudah sesuai dengan syariat agama. - Hakikat merupakan sebuah gambaran tentang manusia berilmu. Sehingga mereka
sudah memahami tentang hak seorang hamba dan Tuhan Sang Pencipta. - Tarekat merupakan penggambaran manusia yang sudah hidup dan menjalankan
agamanya dalam kehidupan sehari-hari. - Syariat merupakan gambaran manusia yang telah memasuki dan juga mengenal
ajaran Islam.
Selain Kesenian Topeng Cirebon Anda juga bisa membaca informasi tentang Topeng Randegan Wetan Majalengka.
Sumber:
Tim Penulis Laporan Dokumentasi dan Publikasi Warisan Budaya, “Cerita Bergambar Tari Topeng Cirebon”, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Provinsi Jawa Barat, Kemendikbud Ristek, 2023.