Rudat Banten

You are currently viewing Rudat Banten

Rudat Banten

Rudat Banten

Oleh:
Risa Nopianti
(BPNB Jabar)

Rudat adalah kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Seni rudat merupakan seni gerak dan vokal diiringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terebang. Syair-syair lagu yang terkandung di dalamnya bernafaskan kegamaan, yaitu puja-puji dan sholawat yang mengagungkan Allah dan Rasulnya. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap agama Islam dan kebesaran Allah. Seni rudat adalah panduan seni gerak dan vokal yang diiringi musik terebang di mana di dalamnya terdapat unsur keagamaan, seni tari dan seni suara.

Secara etimologis, Rudat berasal dari kata raudhah atau raudatun yang berarti taman bunga. Kata raudhah juga digunakan untuk menyebut taman nabi yang terletak di masjid Nabawi, Madinah. Ada juga yang mengatakan rudat berasal dari kata redda atau rod-da yang artinya menangkis serangan lawan. Dan terakhir, rudat diartikan sebagai alat musiknya itu sendiri.

Seni Rudat di Banten sudah ada sejak zaman pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin dan kemudian berkembang di pesantren-pesantren sebagai hiburan atau pergaulan para santri pada waktu senggangnya, dengan nyanyian yang isinya memuji kebesaran Allah SWT sambil menari dengan gerak pencak silat. Kesenian ini sebagin besar dilakukan oleh laki-laki karena hanya berupa instrumen alat musik terebang dan nyanyian, namun pada perkembangannya kemudian diberikan modifikasi berupa tarian yang dilakukan oleh para perempuan.


Pertunjukan Rudat Banten
Sumber Foto: Dokumentasi BPNB Jabar

Hampir semua seni yang lahir di Banten bersumber dari tarekat Islam. Seni rudat misalnya lahir dari salah satu tarekat yaitu tarekat sanusiah. Adapula debus yang lahir dari tarekat rifaiyah, dan pembacaan dalail dari tarekat sadiliah. Itulah mengapa seni Rudat semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren, kemudian menyebar ke tengah-tengah masyarakat.

Perbedaan Rudat Banten dengan Rudat yang ada di tempat lainnya terletak pada teknik pukulannya yang sangat keras, serta penamaan rudat itu sendiri. Ditempat lain Rudat biasa mengacu pada tariannya, sedangkan di Banten lebih mengacu pada jenis alat musik yang dimainkan yaitu Rudat. Padahal sebetulnya alat musik rudat itu sendiri terdiri dari beberapa jenis dan bentuk di antaranya ketimpring, kencringan, tojo, nganak, gendrung, dan jidor yang semuanya berbentuk alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul.


Waditra Rudat
Sumber Foto: Dokumentasi BPNB Jabar

Jumlah pemain tari Rudat berkisar antara 12 sampai 24 orang, mulai dari penabuh waditra, penari, dan penyanyi, namun ada pula kesenian Rudat yang tidak menampilkan penari, hanya tabuhan instrumen alat musik perkusi (terebang) dan nyanyian saja.

Menurut naskah Haqul Muluk dan Masahid yang ditulis oleh Syeh Abdullah Bin Abdul Qohar pada tahun 1778 seni rudat biasanya digunakan untuk mengiringi sholawat. Oleh sebab itu, seni Rudat banyak ditampilkan pada upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Khataman Al-Qur’an, gebyar Muharam, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari besar Islam lainnya. Adapula yang ditampilkan pada acara-acara perayaan pesta perkawinan atau khitanan. Pada kesempatan itu biasanya seni Rudat yang ditampilkan adalah Rudat yang disertai dengan tarian.

Seni Rudat yang diikuti dengan variasi tarian, gerakannya terdiri dari gerakan kaki, tangan dan kepala yang digerakan secara serempak dan selaras dengan irama tepukan terebang. Gerakan melangkah kedepan, belakang, dan kesamping secara bersama-sama, melambangkan kebersamaan langkah dan keserasian bentuk koreografi. Tarian Rudat banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Gerakan kaki terdiri dari gerak kuda-kuda, adeg- adeg, masekon rengkuh, duku depok, dan lain-lain. Gerakan tangan terdiri dari gerak mengepel, tonjok, gibas meupeuh, keprok, dan kepret. Tangan diayun ke kanan kiri, mirip gelombang. Ada juga gerakan kepala, mengikuti arah tangan yang bergerak ke seluruh arah.

Gerak tarian yang mengiringi seni Rudat mirip gerakan silat, namun unsur tenaga tidak banyak mempengaruhi gerakan, hanya supaya iringan rombongan kesenian tampak selaras saja dengan irama musik yang dimainkan. Unsur-unsur gerakan silat yang ditunjukkan mengandung filosofi sikap waspada dan siap siaga, sebagaimana umumnya prajurit kesultanan Banten Islam tempo dulu.

Adapun kesenian Rudat yang tidak diiringi tarian lebih didominasi oleh unsur gerakan kaki yang serempak melangkah kedepan, kebelakang, dan kesamping. Gerakannya hanya berjalan lurus atau juga berputar-putar tergantung tempatnya. Tidak banyak variasi dilakukan pada seni Rudat yang tidak diiringi tarian ini, karena memang fokus pemain hanya terletak pada irama musik yang dibawakannya.