Kuliner dari Kampung Tugu
Oleh:
Ria Andayani Somantri
(Balai Arkeologi Provinsi Jawa Barat)
Jejak orang Portugis juga bisa dilihat dari kuliner atau makanan yang masih terdapat di Kampung Tugu, yakni ketan unti, gado-gado Tugu, dendeng Tugu, dan pindang serani Tugu. Ketan unti yakni beras ketan putih, ditutupi dengan parutan kelapa yang sudah tercampur dengan gula merah. Bagi masyarakat Tugu, ketan unti memiliki makna untuk mendoakan orang yang sudah meninggal sebelum masuk ke dalam kubur. Konon menurut warga Kampung Tugu, saat mendoakan jenazah yang masih belum dikubur harus ada hidangan tersebut. Sudah menjadi ajaran dari leluhur Portugis dari dahulu, umat Kristiani kalau ada yang meninggal harus disertai ketan unti sebelum mayat dikubur. Menurut Eugeniana Quiko, seorang warga berdarah Portugis yang masih mahir membuat ketan unti, ketika disantap, akan terasa manis berpadu dengan gurihnya santan di ketan putih tersebut.
Selain ketan unti, ada juga makanan khas Kampung Tugu yakni pisang udang. Masyarakat Tugu menyebutnya pisang udang, karena hidangan tersebut dibungkus daun pisang. Hidangan ini, berbahan dasar adonan dari tepung beras dan berisi parutan pepaya muda dengan cacahan udang yang diberi bumbu. Rasanya sangat gurih, hasil dari cacahan udang di dalamnya bercampur dengan bumbu dan pepaya muda. Cara membuat pisang udang adalah tepung beras dicampur dengan sagu, kemudian adonan tersebut diberi isian yaitu udang dan parutan pepaya muda dengan campuran bumbu. Udang dikupas dulu dan diulek dengan lada, lalu ditumis sebentar, terakhir dicampur pepaya muda parut. Adonan dasarnya mirip kue nagasari dan dibungkus dengan daun pisang dengan lipatan segi tiga. Hidangan lain adalah apem kinca yakni apem yang diguyur dengan kuah durian bercampur “kinca” atau gula merah. Apem kinca berbentuk bulat dan merupakan hidangan yang dapat dijumpai di beberapa tempat, salah satunya di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun, di Kampung Tugu berbeda, apem tidak berbentuk bulat melainkan seperti balok jajaran genjang. Berbahan dasar sama seperti apem kebanyakan, yaitu tepung beras. Hidangan tersebut sangat nikmat jika diguyur menggunakan kuah durian bercampur “kinca” atau gula merah dan dinikmati ketika senja bersama kopi panas. Apem kinca dijual dengan harga Rp 3.000,00 tiap satu balok lengkap dengan kuahnya.
Makanan khas lain dari Kampung Tugu adalah Pindang serani, merupakan kuliner warisan bangsa Portugis dengan bumbu rempahnya yang sangan banyak. Pindang Serani merupakan hidangan yang sudah tersohor ke berbagai daerah. Dinamakan pindang serani, konon merupakan ikan pindang yang dimasak oleh kaum Nasrani keturunan Portugis. Salah satu yang khas dalam hidangan ini ialah kaya dengan rempah-rempahnya dan meresap ke daging ikan. Berbagai rempah yang dipakai untuk bumbu adalah serai, kunyit, asam jawa, jahe, lengkuas, bawang merah tanpa kupas, cabai rawit dan cabai merah besar bersama tangkainya, semuanya disangrai hingga hampir gosong sebelum dicampur dengan ikan.
Makanan khas lainnya adalah Egg tart, kue yang berasal dari budaya Portugis ini banyak terdapat di beberapa negara bekas jajahannya seperti Timor Leste, Hongkong, dan Macau. Egg Tart adalah kue yang enak sekali, bentuknya mirip dengan pie susu, namun lebih lembut. Meskipun penampilannya agak mewah tapi pembuatannya tidak susah. Terbuat dari susu, gula, telur, tepung maizena, dan jeruk lemon. Egg taart ini sangat digemari masyarakat luas, karena rasanya enak dan lembut.