Tradisi Cap Go Meh

0
266

Tradisi Cap Go Meh di Nusantara dilakukan saat perayaan hari ke 15 dalam Sin Cia. Perayaan ini sebenarnya juga ajang mencari jodoh. Pihak laki-laki harus meyakinkan orangtua tambatan hatinya bahwa dia adalah laki-laki yang terbaik untuk anak perempuannya, dengan syarat membawa sepasang ikan bandeng sebagai simbol kesejahteraan.
Tradisi ini dirayakan secara khusus. Seperti dalam Hari Raya Idul Fitri ada perayaan hari ke tujuh dengan nama Riyaya Kupat. Dalam tradisi peranakan, perayaan ini disebut dengan Cap Go Meh. Sebuah perayaan terakhir di bulan Cia-Gwee, perayaan pesta hari kelima belas dalam perayaan Imlek disebut sebagai pesta Goan Swiu atau hari lahirnya Siang Goan Than Koan atau biasa dipahami sebagai kelahiran roh yang memerintah bumi dan langit.
Tradisi Cap Go Meh ini juga meliputi makanan sesajian yang pada akhirnya menjadi hantaran atau menu utama dalam merayakan pesta Goan Swiu. Selain sajian kue Nien Kao atau kue keranjang, ada lontong Cap Go Meh yang sebenearnya adalah akulturasi budaya peranakan dan Jawa. Dalam literatur Hari Raya Tionghoa yang ditulis oleh Marcus A.S. bahwa usia lontong ini lebih dari 250 tahun. Makna lontong Cap Go Meh adalah panjang umur dan panjang rejeki karena lontong berbentuk padat dan panjang. Dalam khasanahnya, lontong disajikan dengan sambal goreng ebi dan sambal goreng kelapa. Namun karena pergeseran zaman dan rumitnya pengolahan dua menu tersebut, sambal goreng kelapa dan ebi banyak tidak disajikan. Ada juga yang menambahkan opor ayam kuah, sambal goreng jeroan, jeruk, mie, yaunxiao (onde-onde) dan wedang ronde. Semua menu tersebut menjadi khasanah dalam perayaan hari ke- 15 tahun baru Imlek. (Ampri Bayu)