Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan Kamboja di utara, hingga Maluku di timur. Pada abad ke-16 kepopuleran Sumatera masih didengar Portugis. Mereka menyebutnya Ilha de Ouro (Pulau Emas). Bahkan Pernao Lopes de Castaneda melaporkan bahwa Kerajaan Minangkabau memiliki banyak sekali tambang emas dan tempat pendulangan emas. Perdagangan dilakukan dengan Raja Padir dan Raja Pasai. Karena terkenal dengan emas, banyak pihak menganggap Minangkabau sebagai “suatu kawasan yang diberkahi oleh Tuhan untuk memiliki emas yang terbaik”. Hasil produksi emas di Minangkabau mencapai lebih dari dua bahar setahun. Henrique Dias mengatakan setiap tahun Kerajaan Minangkabau mengekspor 12-15 kuintal emas ke Malaka.
Menurut catatan kolonial antara tahun 1900-1940 menyebutkan bahwa produksi emas terbesar yang dihasilkan wilayah Indonesia adalah 123,281 kilogram emas dan sebanyak 82% berasal dari Sumatera khususnya dari wilayah Bengkulu sebanyak 72% yang dihasilkan melalui penambangan di Rejang Lebong. Selain dari emas, beberapa logam lain juga dijumpai di sejumlah tempat di Sumatera seperti perak, plumbum, tembaga, zink, besi. Bahan-bahan ini juga telah dikenal dan ditambang pada sekitar abad ke-16 Termasuk satu jenis logam yang mulai diperkenalkan dengan nama cinnabar yaitu jenis logam yang mengandung raksa. Jelas bahwa sumberdaya alamnya memang menyebabkan diincar dan dikunjungi oleh banyak bangsa di masa lalu. Itulah sebabnya nama Sumatera dikenal dengan
nama Suwarnnabhumi yang diartikan menjadi “tanah emas, atau negeri emas”. Kata ini dapat memberikan sangat melimpah, banyak pengertian antara lain, bisa tentang suatu lokasi yang mengandung sumber-sumber tambang emas, juga dapat diterjemahkan memiliki potensi bernilai ekonomis yang tinggi bagi dunia perdagangan.
Dari berbagai penelitian arkeologi yang telah dilakukan selama ini, menggambarkan bahwa kawasan Sumatera dan lebih-lebih bagian selatan memiliki kekayaan peninggalan arkeologi yang sangat kaya dan meliputi seluruh rentang waktu priodesasi hingga pada masa kolonial. Sejarah panjang Sumatera yang kemudian identik dengan nama Melayu dan Sriwijaya, tentu saja kedua institusi kerajaan ini telah menjadi pengetahuan sejarah bangsa Indonesia, bahwa di masa lalu pernah hadir suatu bentuk negara yang bersifat maritim, dikunjungi oleh berbagai bangsa dan pedagang karena memiliki sumber daya bumi dan tambang yang sangat melimpah
Bersambung…
(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Mengunjungi Suwarnabhumi, Negeri Kaya Logam Mulia”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Membaca Pesan Masa Lalu Bumi Bengkulu”)