Dalam kitab Periplous tes Erythras thalasses dari masa awal Masehi, menyebut suatu tempat bernama Chryse yang berarti emas. Negeri ini terletak di sekitar Samudera Hindia yang menurut para pakar tidak lain adalah Sumatera. Berita lain berasal dari kitab Geographike Hyphegesis karya Ptolomeus. Berdasarkan hasil kajian, di dalamnya ditemukan nama-nama tempat, seperti Argyre Chora (Negeri Perak), Chryse Chora (Negeri Emas), dan Chryse Chersonesos (Semenanjung Emas). Kitab itu juga menyebutkan nama Labadiou (Pulau Jelai). Dugaan kuat menyatakan istilah labadiou identik dengan Yawadwipa dalam bahasa Sansekerta.
Berita dari dinasti Tang di China (618-906) mengatakan daerah Ho-ling (mungkin kerajaan Kalingga) telah menjalin hubungan dagang dengan China mulai abad ke-5. Barang-barang dari Indonesia yang paling disukai masyarakat China adalah emas, perak, dan kulit penyu.
Adanya negeri penghasil emas juga pernah dikemukakan seorang musafir China, I-tsing. Emas terbanyak dihasilkan oleh kerajaan Sriwijaya, begitu katanya Para pakar menafsirkan bahwa emas tersebut diperoleh dari Lang-p’o-lu-ssu (Barus). Selama beberapa abad Sriwijaya sering dijuluki Negeri Emas, Pulau Emas dan Kota Emas.
Catatan China lainnya menyebutkan kerajaan Koying sebagai penghasil emas. dan batu mulia. Nama Koying, merupakan suatu pelabuhan terletak di tepi pantai teluk Wen,
menjorok ke arah Bukit Barisan. Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang mengandung emas. Kemungkinan pusat Kerajaan itu adalah Minangkabau. Emas-emas yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir
Bersambung…
(artikel ini ditulis oleh Nasruddin, disadur dari tulisan yang berjudul “Mengunjungi Suwarnabhumi, Negeri Kaya Logam Mulia”, yang telah dipublikasikan dalam buku “Membaca Pesan Masa Lalu Bumi Bengkulu”)