Inventarisasi Warisan Budaya di Kabupaten Ende “Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende, Kantor KUD Baranuri, Kantor Kecamatan Ende Selatan, dan Pelabuhan Ende”

0
2746

Latar Belakang

Besarnya potensi kepurbakalaan yang ada di wilayah kerja BPCB Gianyar, khususnya Provinsi NTT, menimbulkan konsekuensi masih banyak diantara warisan budayayang ada belum dapat diinventarisasi keberadaannya.Inventarisasiterhadap peninggalan itu diharapkan akan dapat menjadi sumber data sejarah budaya untuk kepentingan pendidikan maupun dalam rangka pelestariannya. Inventarisasi merupakan langkah yang amat penting untuk dilakukan dalam upaya pelestarian terhadap cagar budaya. Mengingat warisan budaya mempunyai sifat yang terbatas dan  tidak dapat diperbarui. Berkaitan dengan inventarisasi, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 52 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya disebutkan bahwa salah satu fungsi BPCB adalah melaksanakan dokumentasi dan publikasi cagar budaya. Jadi kegiatan inventarisasi dengan pendokumentasian termasuk di dalamnya, merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh BPCB. Kegiatan inventarisasi terhadap potensi cagar budaya diharapkan akan menghasilkan suatu daftar warisan budaya/cagar budaya yang dapat memberikan gambaran tentang persebaran warisan budaya/cagar budaya yang ada di wilayah kerja masing-masing BPCB.

Kabupaten Ende yang merupakan bagian dari Pulau Flores mempunyai sejarah yang sangat panjang dan meninggalkan bukti-bukti fisik hasil kegiatan manusia pendukungnya di masa lampau. Bukti fisik tersebut berupa sejumlah peninggalan arkeologi yang ditemukan tersebar di seluruh wilayahnya. Sebagai warisan budaya masa lalu yang sangat beragam, peninggalan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan bahan, jaman, fungsi maupun jenisnya. Berdasarkan bahan, bukti fisik tersebut dapat terbuat dari batu, padas, tanah liat, logam, dan lain-lain. Kalau berdasarkan  zaman, warisan tersebut ada yang berasal dari zaman prasejarah, masa klasik Hindu-Budha, masa Islam, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Berdasarkan fungsi, warisan budaya tersebut  dapat berfungsi sakral dan profan. Berdasarkan jenis, sesuai dengan Undang-undang No. 11 tahun 2010, dapat dibedakan menjadi benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan.

Upaya-upaya pelestarian terhadap warisan budaya/cagar budayadi Kabupaten Ende telahdiupayakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, diantaranya berupa penempatan juru pelihara, pemetaan dan dokumentasi. Terkait dengan kegiatan inventarisasi warisanbudaya di Kabupaten Ende,  tercatatbaru 8 lokasi yang sudahdiinventarisir. Diantaranya lokasi-lokasi yang terkait dengan sejarah pengasingan Bung Karno di Ende. Delapan lokasi yang dimaksud adalah Rumah Pengasingan Bung Karno, Taman Renungan Bung Karno(Pohon Sukun), Gedung Imakulata, Makam Ibu Amsi, Gereja Paroki Kristus Katedral Ende, Percetakan Offset Arnoldus, Detasemen Polisi Militer IX/I dan  Masjid Besar Ar-Rabithah.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BPCB, maka dalam tahun anggaran 2014 ini dilaksanakan inventarisasi lanjutan dengan sasaran lokasi lainnya di kabupaten ini untuk melengkapi data warisan budaya yang telah ada sebelumnya.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan Inventarisasi Warisan Budaya di Kabupaten Ende, NTT, dimaksudkan untuk  lebih menyempurnakan kwalitas dan menambah kwantitas data yang telah ada. Dengan harapan hasil yang diperoleh benar-benar merupakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, baik jumlah, jenis dan berbagai aspek penting lainnya. Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah untuk menjaring data agar dapat digunakan sebagai dasar bahan dalam penyusunan Daftar Induk Inventarisasi Warisan Budaya/Cagar Budaya yang tersebar di Kabupaten Ende, dan dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatannya.

Metode

Untuk mencapai hasil sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan, harus memenuhi  kaedah-kaedah metodelogi yang lazim digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan lebih berbobot dan memiliki nilai ilmiah.   Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

  1. Kepustakaan merupakan salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan studi teknis dengan menelaah hasil-hasil penelitian terdahulu yang  dipublikasikan. Selain itu studi pustaka merupakan metode untuk mendapatkan sumber-sumber data yang terkait dengan obyek yang akan dilaksanakan studi. 
  2. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung obyek yang akan diteliti untuk mengetahui kondisi benda yang sebenarnya.
  3. Wawancara adalah tehnik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan tokoh masyarakat, aparat desa, atau orang-orang yang mengetahui informasi tentang cagar budaya yang menjadi sasaran kegiatan.  Wawancara dilakukan dalam kegiatan ini dengan metode tanpa struktur.

Letak dan Lingkungan

Kabupaten Ende merupakan salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan luas wilayah 2.046,59 km2 (204.660 Ha). Secara astronomikabupaten  ini  terletak pada posisi 8°26´04° 8°4´17° – 8°54’27° 8°42’30° LS dan 121°50´41° 121°26’04° – 121°24’0° 121°24’27° BT. Secara geografis Kabupaten Ende memiliki letak yang cukup strategis karena berada  dibagian

tengah Pulau Flores yang diapit oleh lima Kabupaten di bagian barat : Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat, sedangkan dibagian timur oleh dua kabupaten yakni : Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Ende adalah kota transit penghubung bagian barat Flores dan bagian timur Flores, dengan batas-batas wilayah :

  • Utara             : Laut Flores
  • Timur             : Kabupaten Sikka
  • Selatan          : Laut Sawu
  • Barat             : Kabupaten Ngada (www.nttprov.go.id)

Ende juga merupakansebuah kabupaten yang dikelilingi olehperbukitan.Bukit-bukit ini menampilkan keindahan yang luar biasa. Di sinilah terdapat Gunung Kelimutu, kawasan Taman Nasional Kelimutu dan Danau Kelimutu atau yang disebut juga dengan Danau Tiga Warna.Pembagian wilayah menurut ketinggian dari permukaan laut terdiri atas 79,4 % berada pada ketinggian kurang dari 500 meter diatas permukaan laut, dan 20,6% berada pada ketinggian lebih dari 500 meter diatas permukaan laut.Perubahan suhu harian tidak terlalu menonjol antara musim panas dan musim dingin.Rata-rata amplitudo suhu harian 60C dengan rata-rata suhu siang hari 33,5C dan malam hari 23C. Hal ini menunjukkan perbedaan suhu siang dan malam tidak terlalu besar.Ini berarti bahwa cuaca di wilayah daerah ini tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu panas(www.nttuweb.com/ntt).

Wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Ende  terbagi menjadi 21 kecamatan, yaitu : Nangapanda, Ende, Ende Selatan, Ende Utara, Ende Tengah, Ende Timur, Ndona, Wolowaru, Maurole, Detusoko, Pulau Ende, Maukaro, Wewaria, Wolojita, Kelimutu, Detukeli, Kota Baru, Lio Timur, Ndori, Ndona Timur, dan Lepembusu Kelisoke (Wikipedia.org). Mengenai lokasi-lokasi yang menjadi sasaran kegiatan inventarisasi, secara administratif tersebar di 3 kecamatan, yaitu Ndona, Ende Utara, dan Wolowaru. Kondisi lingkungan masing-masing lokasi akan digambarkan dalam sketsa dan peta di bawah ini.

Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende, Kantor KUD Baranuri, Kantor Kecamatan Ende Selatan, dan Pelabuhan Ende

Keempat lokasi tersebut di atas berada pada satuan ruang geografis yang sama dan memiliki ciri khas yang sama, yaitu  mempunyai warisan budaya bercirikan bangunan kolonial. Keempat lokasi berdekatan dengan Lapangan Pancasila dan Taman Renungan Bung Karno, seperti tergambar dalam peta tersebut di atas.Keberadaan keempat lokasi sangat mudah dicapai karena berada di pinggir jalan utama, yaitu Jalan Soekarno dan Jalan Hatta.

Sejarah

Dahulu, Ende merupakan tempat persinggahan dan bandar pelabuhan perdagangan antar masyarakat nusantara maupun masyarakat luar. Letaknya yang strategis, berada di tengah-tengah Pulau Flores membuat Ende sangat diminati oleh saudagar-saudagar sehingga kaum gujarat, unsur Cina, kaum muslim, Kerajaan Majapahit, Kesultanan Gowa, Kesultanan Bima, Portugis dan Belanda pun kepincut ingin menguasai Ende lewat perdagangan, penyebaran agama maupun agresi-agresi militer.

Satoshi dalam naskah sejarah Flores mengemukakan bahwa; “Pendiri Kerajaan Endeh adalah seorang pria dari Jawa. Beliau menikahi puteri tuan tanah di Endeh dari Kampung Numba dan dari Kampung Nggela. Sebab itu ia diberi kekuasaan dan hak-hak atas tanah Ende oleh ayah mertuanya. Kemudian ia mendirikan Dinasti Endeh (Kerajaan Endeh). Ia adalah raja pertama dengan gelar Djari Jawa sekitar abad 15. Nama asli Djari Djawa adalah Raden Husen, seperti nama Islam Jawa”. Pada masa ini, kerajaan Ende berdiri secara tradisional tanpa sentuhan pengaruh Portugis maupun Belanda. Namun kerajaan ini tidak berkembang karena sistem kerajaan pada waktu itu tidak dijalankan dengan baik.

Kerajaan Endeh akhirnya dihidupkan kembali pada masa pemerintahan Raja Indra Dewa sekitar tahun 1800 atas dukungan Raja Gowa (Sulawesi). Pada periode ini, Sultan Bima yang juga merupakan keturunan Raja Gowa turut berperan membina hubungan kekerabatan dengan Raja Indra Dewa. Jauh sebelum masa pemerintahan Raja Indra Dewa, bangsa Portugis telah melakukan perniagaan di wilayah Endeh karena Ende merupakan penghasil kayu manis terbesar di dunia. Sehingga untuk mempertahankan mengaruhnya, Portugis mendirikan benteng Rendo Rate Rua di Pulau Ende pada tahun 1659-1661. Benteng itu akhirnya dibakar oleh para bajak laut. Hal lain yang menyebabkan terbakarnya benteng Rendo Rate Rua ialah; terjadinya perebutan gadis Rendo dikalangan bajak laut dengan misonaris Portugis. Hubungan kekerabatan antara Kesultanan Bima dengan Kerajaan Ende berlanjut meski Kerajaan Gowa telah runtuh oleh agresi militer Belanda di Sulawesi.

Di era kolonial Hindia Belanda, terungkap sebuah peristiwa dimana hubungan yang tidak begitu sederhana antara Kerajaan Ende dan Pemerintah Belanda. Hubungan itu telah terbina pada kisaran tahun 1890, tahun yang menurut salah satu petugas (de Vries), demarcates periode sebelum 1907.Pada bulan Juni 1890, Kupang menjadi tempat penahanan Bara Nuri seorang mosalaki dan pejuang daerah Ende dari kampung Wolo Are. Baranuri kemudian berhasil melarikan diri dan kembali ke Ende. Pemerintah Kolonial Belanda meminta Aroeboesman Raja Ende waktu itu untuk membantu pemerintah menangkap Bara Nuri, namun upaya itu selalu gagal. Setelah kegagalan berulang-ulang, terutama karena keengganan pemerintah Belanda untuk bekerja sama dengan raja, namun raja akhirnya berhasil menangkap Bara Nuri.

Setelah kembali ke Ende, Bara Nuri meminta bantuan Marilonga salah satu pejuang sekaligus mosalaki di tanah Lio. Mereka mensiasati dan membangun sebuah benteng pertahanan di desa Manu Nggoo sehingga Raja Ende menyerang desa itu. Kedua pahlawan Ende ini menguasai masing-masing medan tempur. Bara Nuri di wilayah Ende dan Marilonga di wilayah Lio. Kedua figur ini saling menopang dalam menghadapi agresi Belanda.

Pada 8 Januari 1891, kapal perang Jawa muncul di teluk Ipi Ende. Dengan bantuan ini dan sekitar 1.000 orang berkumpul oleh upaya raja, menyerang benteng Bara Nuri pada tanggal 10 Januari, dan gagal lagi. Pada bulan Februari, bala bantuan datang dari Kupang atas komando cruiser van Speijck. Pada tahun 1896, Raja Pua Meno secara resmi ditunjuk sebagai Raja Ende oleh Pemerintah Belanda. Upaya untuk menangkap Bara Nuri pun dilanjutkan raja Pua Meno yang diangkat Belanda.

Melihat bahwa Bara Nuri tidak akan menyerah meskipun dihujani serangan bertubi-tubi oleh kekuatan Belanda, lalu Belanda pun mengirimkan posthouder (Rozet) untuk melakukan perundingan gencatan senjata. Setelah menyimpulkan perdamaian, Bara Nuri akhirnya memutuskan untuk keluar hanya untuk ditangkap oleh posthouder. Ini suatu perbuatan pengkhianatan yang dilakukan oleh posthouder pada waktu itu.

Menurut ‘de Vries’ pada waktu itu, tahun 1910 posthouder menggunakan strategi (trap) jebakan bahwa Bara Nuri akan diangkat jadi raja Endeh sehingga ia harus datang ke Endeh agar dapat dipilih sebagai Raja (vries-10: 28). Dalam waktu yang hampir bersamaan sekitar tahun 1904, perang pecah di beberapa wilayah diantaranya Nanga Baa, Watu Sipi dan beberapa wilayah Lio lainnya. Sehingga Pemerintah Belanda cepat mengirim sebuah kapal, HM Mataram, untuk membantu raja.

KLAIM KESULTANAN BIMA ATAS ENDE;

Dalam kurun waktu tahun 1800 hingga 1900-an, hubungan Kerajaan Bima dan Kerajaan Ende sangat erat. Hal ini dapat terlihat dari bukti naskah otentik berupa surat menyurat antara raja Bima, Sultan Ismail dan raja Ende, Indra Dewa. Isi surat tersebut mengisyaratkan bahwa kedua kerajaan ini harus saling menopang antara satu dengan yang lain. Hubungan kedua kerajaan ini telah terbina sejak klaim hikayat kekuasaan Bima masa Tureli Nggampo, sang Makapiri Solo.Sebagaimana yang belum banyak diketahui, bahwa berdirinya kerajaan Ende tidak terlepas dari pengaruh Bima sehingga menurut naskah H. Achmad/Held [1995:148, 152-3], proses pengangkatan raja Ende harus berdasarkan mufakat kerajaan Bima. Hal ini menunjukan karakter yang khas klaim legendaris Bima versi “Dewa Sang Bima” dan “Makapiri Solo”.

Dari bunyi naskah surat Sultan Bima, dapat ditafsirkan bahwa hubungan kekerabatan antara kedua kerajaan ini telah lama berlangsung dan menunjukan penemuan bukti legitimasi kerajaan Bima atas Endeh seperti yang tertuang dalam kutipan; “Meminta perintah serta Idzin”. Itu berarti klaim dan hubungan Kerajaan Bima dengan Kerajaan Endeh telah terbangun pada tahun 1660. (www.facebook.com/notes/marlin-bato).

Situs Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende

  • No. Inventaris : 3/15-05/ST/10
  • Alamat : 
    • Jalan : Soekarno
    • Kelurahan : Kota Raja
    • Kecamatan  : Ende Utara
    • Kabupaten  : Ende
    • Provinsi : NTT
  • Koordinat : 50 L 0351029 UTM 9022058
  • Luas Lahan : 46,90 m x 30,20 m =1.416,38 m2
  • Batas-batas : 
    • Utara : Kantor Radio Pemerintah Daerah (RPD)
    • Timur : Kantor Koperasi
    • Selatan  : Kantor Pertamanan dan Kebersihan
    • Barat : Jalan  Soekarno
  • Periode  : Kolonial
  • Latar Budaya  : –
  • Pemilik : Pemerintah Daerah Ende
  • Pengelola : Pemerintah Daerah Ende
  • Deskripsi : Lokasi ini merupakan sebuah areal yang saat ini difungsikan sebagai Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende.  Di areal ini terdapat sebuah bangunan yang pada masa pengasingan Bung Karno di Ende pernah difungsikan sebagai tempat aktivitas serah terima Bung Karno antara pemerintah kolonial dengan pemerintah setempat. Di areal ini awalnya hanya terdapat sebuah bangunan, namun dalam perkembangan selanjutnya seiring dengan tuntutan dan kepentingan tugas-tugas dan fungsi sebuah kantor, ditambah lagi dengan bangunan baru pada bagian belakang.
  • Benda

Meja

  • No. Inventaris : 1/16-05/BB/67
  • Ukuran
    • Panjang : 157 cm
    • Lebar : 96 cm
    • Tinggi  : 79 cm
  • Bahan : Kayu jati
  • Warna : Coklat
  • Kondisi : Terawat, utuh
  • Deskripsi : Sebuah meja persegi empat  yang pernah dipergunakan untuk menerima kedatangan Bung Karno sebagai seorang tahanan Belanda ketika diserahkan kepada pemerintah setempat (Kadis Kebudayaan dan Pariwisata).
  • Bangunan

Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ende

  • No. Inventaris    : 2/16-05/BNG/9
  • Ukuran:
    • Tinggi : –
    • Panjang : 20,70 m
    • Lebar : 14,10 m
  • Bahan : Kayu, semen, seng
  • Kondisi : Utuh
  • Arah hadap : Barat
  • Deskripsi : Pada masa-masa pengasingan Bung Karno di Ende oleh pemerintah kolonial Belanda, bangunan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini pernah difungsikan sebagai tempat serah terima dari pemerintah kolonial kepada pemerintah setempat. Sampai saat ini bangunan ini masih dengan konstruksi aslinya. Bagian lantai serambi depan, memakai tegel dengan pola segi lima warna coklat dan hitam. Enam buah tiang  persegi empat. Bagian serambi samping memakai 3 buah tiang pipa besi. Plafon memakai  papan dengan model label sering bersambung 5 buah. Serambi depan dengan ruangan dalam dihubungkan dengan pintu masuk. Satu pintu utama memakai daun pintu ganda penuh, dan sebuah pintu memakai daun pintu setengah badan dengan jendela 2 buah di sebelah kanan dan kiri dalam ukuran besar. Ruangan terbagi menjadi 3 bagian yakni ruangan tengah (aula), ruangan samping kiri dan kanan terbagi menjadi dua bagian difungsikan sebagai ruangan kerja. Bagian belakang bangunan adalah  serambi dengan tiga buah  tiang pipa besi. Bagian tengah (aula) memakai tiga buah tiang balok kayu  berjejer. Bagian atap bangunan aslinya adalah memakai genteng, tetapi kini telah menggunakan seng aluminium.

Situs Kantor KUD Baranuri

  • No. Inventaris  :  3/15-05/ST/11
  • Alamat : 
    • Jalan : Soekarno
    • Kelurahan : Kota Raja
    • Kecamatan : Ende Utara
    • Kabupaten : Ende
    • Provinsi : NTT
  • Koordinat :  50 L 0351023 UTM 9022021
  • Luas Lahan :  31,02 m x 29,55 m = 916,64 m2
  • Batas-batas : 
    • Utara : Kantor Pertamanan dan Kebersihan
    • Utara  : Kantor Pertamanan dan Kebersihan
    • Selatan    : Jalan Katedral
    • Barat : Jalan Soekarno
  • Periode : Kemerdekaan
  • Latar Budaya  : –
  • Pemilik : Pemerintah Daerah Ende
  • Pengelola : Pemerintah Daerah Ende
  • Deskripsi : Lokasi ini merupakan sebuah areal yang saat ini difungsikan sebagai lokasi Kantor Koperasi Baranuri.  Di areal ini awalnya hanya terdapat sebuah bangunan yang cukup besar bergaya bangunan kolonial.Tetapi saat ini terdapat bangunan tambahan di sisi utara yang difungsikan sebagai warung makan dan sisi selatan yang difungsikan sebagai toko pakaian. Areal ini dibatasi oleh sebuah tembok keliling yang cukup rendah dengan dua akses masuk.
  • Bangunan

Kantor KUD Baranuri

  • No. Inventaris    : 2/16-05/BNG/10
  • Ukuran
    • Tinggi  : –
    • Panjang : 20,50 m
    • Lebar  : 17,30 m
  • Bahan : Kayu, semen, genteng
  • Kondisi : Kurang terawat
  • Arah hadap : Barat
  • Deskripsi : Bentuk dasar pondasi bangunan persegi empat. Bagian depan bangunan berupa sebuah serambi kecil bertiang beton berbentuk silindris, dan beratap beton cor pc. Tembok bagian depan dihiasi dengan batu-batu kerikil berwarna dipasang dengan model setengah badan. Pintu  masuk depan dengan daun pintu ganda. Jendela depan berjumlah dua buah berbentuk segi empat. Jendela di samping kanan memakai 1 stel berdaun tiga buah. Di samping kiri serambi dengan dua buah lubang ventilasi udara bentuk bulat lingkaran. Pada sisi kiri dipasang 3 jendela berdaun tiga.Bagian belakang bangunan berbentul huruf ‘U’ , pada sisi kiri dan kanan ditambah dengan dua buah bangunan, satu buah difungikan sebagai kamar mandi. Serambi belakang memakai 2 buah  tiang kayu. Bagian atap bangunan memakai atap genteng. Bagian  ujung-ujung bubungan bangunan memakai motif segi tiga sama sisi menjorok ke luar dengan ventilasi ram kayu. Demikian pula bubungan atap bagian serambi depan memakai pola bubungan yang sama.

Situs Kantor Kecamatan Ende Selatan

  • No. Inventaris  :  3/15-05/ST/12
  • Alamat : 
    • Jalan : Soekarno
    • Kelurahan : Rukun Lima
    • Kecamatan : Ende Selatan
    • Kabupaten : Ende
    • Provinsi : NTT
  • Koordinat :  50 L 0350976 UTM 9022015
  • Luas Lahan : 1.050.33 m2
  • Batas-batas : 
    • Utara : Lapangan Pancasila
    • Timur : Kios
    • Selatan : Kios
    • Barat : Kios
  • Periode  : Kemerdekaan
  • Latar Budaya  : –
  • Pemilik : Pemerintah Daerah Ende
  • Pengelola : Pemerintah Daerah Ende
  • Deskripsi : Lokasi ini merupakan sebuah areal di sisi selatan Lapangan Pancasila yang saat ini difungsikan sebagai lokasi Kantor Camat Ende Selatan.  Di areal ini terdapat sebuah bangunan yang cukup besar bergaya bangunan kolonial.Areal ini tanpa dibatasi oleh sebuah tembok keliling sehingga tampak menjadi satu  dengan Lapangan Pancasila.
  • Bangunan

Kantor Kecamatan Ende Selatan

  • No. Inventaris : 2/16-05/BNG/11
  • Ukuran
    • Bangunan utama (depan) :
      • Panjang  : 23,80 m
      • Lebar : 8,5 m
    • Bangunan belakang :
      • Panjang  : 17 m
      • Lebar : 7,97 m
  • Bahan : Kayu, semen
  • Kondisi : Baik
  • Arah hadap : Barat
  • Deskripsi : Pola bangunan Kantor Camat Ende Selatan berbentuk huruf ‘T’.  Bagian depan memakai serambi  berbentuk segi empat dengan tiang beton bentuk persegi empat. Bagian ruang depan berbentuk memanjang ke samping kiri dan kanan, terbagi menjadi tiga ruangan, antara lain ruang tengah (aula), dan dua buah ruang samping kiri dan kanan difungsikan sebagai ruang kerja. Bagian belakang bangunan, dihubungkan dengan sebuah pintu masuk, dilanjutkan dengan sebuah gang dengan lebar 2 meter. Kearah belakang lagi dihubungkan oleh sebuah pintu masuk. Bangunan bagian belakang dibagi menjadi dua difungsikan sebagai ruang kerja. Masing-masing ruang ini dihubungkan dengan sebuah pintu masuk. Sepertiga dari bagian tembok luar bangunan dihiasi dengan  tempelan serpihan/pecahan batu alam dicat hitam dengan nat warna putih. Bagian samping kiri belakang memakai dua buah jendela dengan berdaun empat. Bagian serambi memakai dua pasang jendela berdaun empat ditempatkan di sebelah kiri dan kanan serambi depan.

Situs Pelabuhan Ende

  • No. Inventaris  :  3/15-05/ST/13
  • Alamat : 
    • Jalan : M. Hatta
    • Kelurahan : Rukun Lima
    • Kecamatan : Ende Selatan
    • Kabupaten : Ende
    • Provinsi : NTT
  • Koordinat : 50 L 0350703 UTM 9022014
  • Luas Lahan :  –
  • Batas-batas : 
    • Utara : Laut
    • Timur : Kantor KP3 Laut
    • Selatan : Laut
    • Barat : Laut
  • Periode : Kolonial
  • Latar Budaya  : –
  • Pemilik : Pemerintah Daerah Ende
  • Pengelola : Pelindo
  • Deskripsi : Lokasi pelabuhan ini berada di pantai sisi barat, berjarak ± 300 m dari Taman Renungan Bung Karno. Untuk mencapai lokasi harus melewati areal KP3 Laut Ende. Di pelabuhan ini terdapat sebuah dermaga yang terdiri atas 3 lajur/jalan untuk mencapai tempat penambatan kapal. Dari ketiga lajur tersebut, lajur paling selatan beserta sebagian tempat penambatan  kapal merupakan struktur awal/asli yang terkait dengan kedatangan Bung Karno ketika diasingkan di Ende. Dua lajur yang lain merupakan struktur tambahan.
  • Struktur

Dermaga

  • No. Inventaris : 2/16-05/STR/6
  • Ukuran
    • Jalan :
      • Panjang : 90,40 m
      • Lebar : 6,10 m
    • Penambatan kapal :
      • Panjang : 110 m
      • Lebar : 14,30 m
  • Bahan : Beton
  • Kondisi : Baik
  • Deskripsi  : Dermaga inimerupakantempat pendaratan kapal pengangkut Bung Karno ketika pertama kali datang ke Ende. Gambaran struktur ini berbentuk huruf “T”, dengan tempat penambatan tali kapal berorientasi utara-selatan.