Beranda blog Halaman 9

Meningkatkan Pengetahuan Pangan Lokal Melalui Festival Genang Era

0

Perubahan iklim secara global mempengaruhi krisis pangan di seluruh dunia serta melemahkan pangan lokal di Indonesia khususnya pangan Flores Timur. Keberadaan isu-isu tersebut membuat para pemuda di Kabupaten Flores Timur melakukan suatu Gerakan yang dapat membangun sebuah tradisi dan model yang tepat terkait pemanfaatan pangan hingga memastikan ketersediaan pangan dan benih yang cukup bagi masyarakat di Flores Timur.

Melalui kegiatan sekolah lapang kearifan lokal yang diselenggarakan di Kabupaten Flores Timur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan para pandu budaya mengenalkan kembali pangan lokal serta berbagai macam kebudayaan yang berada di Kabupaten Flores Timur. Hasil dari rangkaian panjang kegiatan sekolah lapang kearifan lokal ini adalah terlaksananya Festival Genang Era.

Festival yang beralangsung mulai dari tanggal 15 s.d. 17 November 2023 di Leworook, Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur ini menegaskan semangat para pemuda untuk menggali, mengangkat, dan memperkenalkan kembali keragaman pangan lokalnya.

Berbagai budaya serta tradisi seperti ritual adat, pameran, workshop pengolahan pangan lokal, perlombaan, napak tilas, permainan rakyat, hingga berbagai pentas seni menjadi suguhan bagi masyarakat ataupun tamu undangan yang hadir dalam festival tersebut.

Di puncak acara, para Pandu Budaya menggelar dialog budaya antar masyarakat adat, pemangku kepentingan, dan pemerintah yang terlibat dengan mengangkat isu-isu terkait Ritus dan Pangan di Kabupaten Flores Timur. Jhoe selaku ketua dari pandu budaya Kabupaten Flores Timur berharap kedepanya seluruh kampung adat yang ada di Kabupaten Flores Timur menjadi kampung yang berdaulat atas pangan. Jhoe juga berkata bahwa Festival ini merupakan langkah awal dalam memperkuat kebudayaan desa dan pengetahuan masyarakat tentang ragam pangan lokal di Kabupaten Flores Timur.

Pelaksanaan Festival Genang Era adalah momentum awal dalam usaha menginternalisasikan kembali nilai, pengetahuan, dan praktik budaya berpangan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Mengubah pola konsumsi masyarakat serta mendorong arah pembangunan yang berorientasi pada pelestarian dan pemanfaataan budaya pangan. Selain itu, festival ini bertujuan menyelamatkan pengetahuan tentang pangan lokal serta mendorong usaha kuliner berbahan pangan lokal di Kabupaten Flores Timur.

“Ini merupakan Festival pertama di leworook, dan juga pertama kalinya terselenggara di desa Leraboleng. Karna ini merupakan festival pertama maka kami titipkan kepada staff Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk festival ini bisa dilaksanakan secara rutin setiap tahunya, ” ungkap Kepala Desa Leraboleng pada saat pembukaan Festival Genang Era.

“Genang Era” dalam bahasa Lamaholot adalah “mewariskan benih”. Sebagai kata kerja, festival ini menegaskan semangat para pemuda untuk menggali, mengangkat, dan memperkenalkan kembali keragaman pangan lokalnya. Benih pangan lokal telah teruji melewati tantangan alam. Karena itu hal seperti ini mesti dijaga dan terus diwariskan.

“Diluar sana sedang hangat membicarakan tentang krisis pangan, tapi kami tidak melihat itu disini. Hal seperti ini yang harus kita jaga dan lestarikan. Karena jika pangan ini habis, budaya kita habis, identitas kita habis, masyarakat adat sudah tidak ada lagi, dan itu akan menjadikan kita sama dengan yang lain.” Ungkap Ratna Yunnarsih selaku Pamong Budaya Alhi Muda dalam sambutanya. Beliau juga berpesan untuk kedepanya kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan terus dilestariakan sampai kapanpun dengan ada atau tidaknya pemerintah pusat.

Festival ini dalam pembangunan kebudayaan merupakan sebuah tradisi yang perlu diwariskan dan juga dimaknai secara mendalam. Leluhur dan masyarakat sejatinya melalui festival ini telah membangun sebuah tradisi dan model yang tepat terkait pemanfaatan pangan hingga memastikan ketersediaan pangan dan benih yang cukup bagi masyarakat di flores timur.

“Gerakan ini selain untuk menyikapi tingginya harga beras yang masih sangat tinggi saat ini, juga menjadi kesempatan kita untuk mengoptimalkan potensi pangan lokal yang ada disekitar kita, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani kita sendiri,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Flores Timur selaku perwakilan dari Pj Bupati Kabupaten Flores Timur dalam sambutanya. “Saya berharap kita semua dapat mengambil peran yang adil dalam pelaksanaan dan keberhasilan Gerakan ini dan kedepanya kegiatan ini dapat terus berlanjut untuk terus menemu, mengenali, melindungi, memanfaatkan, dan mengembangkan OPK khususnya di kabupaten flores timur, ” lanjutnya.

Festival yang berlangsung selama tiga hari ini melibatkan hampir semua masyarakat di Leworook. Kegiatan ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur, dimana pemeritah disini menerapkan program “nonasarisetia” yang artinya no nasi satu hari, kita sehat, Bahagia, dan aman.

Jalan Nusantara Diresmikan di Markas Besar UNESCO

0
Peresmian Jalan Nusantara di markas besar UNESCO

Kita Bangga Kini Ada Jalan Nusantara di Markas Besar UNESCO

Paris, Prancis – Jalan Nusantara atau the Archipelago Street, telah diresmikan di Markas Besar UNESCO di Paris, Prancis, pada hari Senin, 13 November 2023.

Peresmian Jalan Nusantara dihadiri sejumlah Duta Besar dan perwakilan negara-negara sahabat, Sekretariat UNESCO dan beberapa delegasi Pusat negara-negara yang menghadiri Konferensi Umum UNESCO ke-42 pada 7-22 November 2023.

Jalan Nusantara merupakan area khusus di Markas Besar UNESCO yang didedikasikan sebagai ruang pameran 11benda seni sumbangan Pemerintah Indonesia ke UNESCO. Sebelas benda budaya tersebut adalah replika tengkorak manusia purba, maket Borobudur, maket Prambanan, relief Samudra Raksa, Lukisan Kematian Kumbakarna karya Nyoman Mandra, Garuda Wisnukencana karya Nyoman Nuarta, suvenir perak Borobudur, patung pemain Seruling, dan angklung robot karya Eko Mursito. Selain itu, terdapat peta dan inventaris digital yang menawarkan ikhtisar dari keseluruhan 66 warisan budaya dan alam UNESCO di Indonesia.

Dalam sambutannya, Duta Besar Mohamad Oemar yang merupakan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, menegaskan komitmen Indonesia dalam pelestarian dan restorasi benda budaya melalui UNESCO, salah satunya diwujudkan melalui Jalan Nusantara. “Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sejarah Indonesia terjalin erat dengan keanekaragaman lingkungan hidup, pertukaran budaya, dan pluralisme agama, yang terlihat dari banyaknya situs warisan budaya dan alam yang tersebar di seluruh Nusantara”, ujarnya.

Mr. Nicholas Jeffrey, Assistant Director-General of UNESCO for Administration and Management pada kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi terhadap Pemerintah Indonesia yang telah mendukung UNESCO dalam upaya pengamanan dan restorasi karya seni. “Indonesia merupakan partner penting bagi UNESCO, khususnya dalam bidang kebudayaan. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keragaman budaya luar biasa, kami yakini dapat menjadi aktor penting pelestarian dan pelindungan budaya di dunia”, imbuhnya.

Selanjutnya, Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menekankan bahwa warisan budaya di Indonesia merupakan cerminan kontemporer dari nilai-nilai yang dilestarikan untuk generasi mendatang. Beliau menyampaikan, “sebagian dari keragaman warisan budaya di penjuru kepulauan Indonesia tercermin dalam Jalan Nusantara dan Indonesia mengundang negara-negara anggota UNESCO untuk menjelajahi warisan budaya Indonesia yang memberikan gambaran mendalam mengenai perkembangan signifikansi di masa depan”.

Indonesia merupakan negara anggota UNESCO pertama yang memiliki area khusus untuk memamerkan benda seni budayanya di Markas Besar UNESCO. 

Jalan Nusantara merupakan area permanen di Markas Besar UNESCO setidaknya selama lima tahun ke depan, menekankan makna penting warisan budaya Indonesia tidak hanya saat ini, namun juga di masa mendatang. Penataan benda budaya dalam area terpisah dengan kurasinya di UNESCO merupakan percontohan dan diharapkan ke depan akan diikuti negara-negara anggota UNESCO lain.

Membangun Mindfulness Melalui Museum dan Batik

0

Jakarta (07/11/2023)—Dalam rangka pendukungan peringatan Hari Museum Indonesia 2023, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyelenggarakan Gelar Wicara dengan tajuk Ngenes: Ngobrol Seru tentang Mindfulness “Ada Jeda di Jakarta”. Kegiatan yang diselenggarakan di Museum Kebangkitan Nasional ini dilaksanakan serangkai dengan Lokakarya Batik “Warna Alam” di lokasi yang sama. Gelar wicara serta lokakarya ini menyasar audiens dari kalangan pengelola museum, komunitas/pegiat museum, dan masyarakat umum.

Kegiatan diawali oleh sambutan dari Nur Khozin selaku Kepala Unit Museum Kebangkitan Nasional. Nur Khozin menyampaikan harapannya mengenai penyelenggaraan kegiatan di museum seperti yang sedang diselenggarakan saat ini. “Dengan diselenggarakannya acara ini, harapannya tumbuh kesadaran dari kita dan masyarakat untuk memajukan dan menyejahterakan museum,” ujar Nur Khozin saat menutup sambutannya.

Tema besar peringatan Hari Museum Indonesia 2023 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan ini adalah Kolaborasi dan Sinergi: Mewujudkan Museum yang Lestari dan Bahagia. Pendekatan ini dirasa penting dalam upaya menyejahterakan museum maupun sumber daya manusianya di tengah gempuran perkembangan zaman. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan Judi Wahjudin, Direktur Pelindungan Kebudayaan saat membuka kegiatan.

“Mudah-mudahan dalam kegiatan ini kita tidak hanya sharing pengetahuan, namun ada juga dialog untuk menarik khalayak untuk menyadari pentingnya pendekatan psikologis dalam menghadapi perkembangan zaman,” tutur Judi.

Gelar wicara yang diselenggarakan secara luring sekaligus daring dengan menggunakan platform Zoom Meeting dan Youtube ini menghadirkan beberapa pakar dalam bidang psikologi, di antaranya Sali Rahadi Asih, Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia; Adjie Santosoputro, Praktisi Mindfulness dan Kesehatan Mental; dan Mia Maria, Managing Director and Founder EASE KITCHEN INDONESIA. Hanina Maulidha selaku Founder @SPEAKUPNOW.ID dan Trainer Public Speaking Sertification of BNSP RI ditunjuk sebagai moderator untuk memandu diskusi dalam gelar wicara ini. Mindfulness sendiri dapat dimaknai sebagai salah satu metode meditasi yang digunakan untuk melatih seseorang lebih fokus terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Mindfulness akan membantu sesorang untuk lebih sadar akan keadaan sekitar serta mampu menerima emosi secara terbuka.

Sementara itu, lokakarya batik diselenggarakan dengan menggandeng Suroso, seorang trainer Warna Alam, pendiri Batikpohon, sekaligus pengurus Perkumpulan Warna Alam Indonesia sebagai pemateri. Dalam kegiatan ini, pewarna alami dipilih untuk mendukung gerakan green product. Pewarna yang digunakan untuk membatik berasal dari bagian tumbuhan dan mineral dengan unsur logam yang hanya berasal dari bumi Nusantara, produk ramah lingkungan. Dengan bahan pewarna alami, limbah yang dihasilkan relatif rendah.

Masih sejalan dengan topik mindfulness, kegiatan ini menjadi salah satu bagian dari upaya mengurangi tingkat depresi, karena membatik bukanlah sekadar menggambar biasa. Membatik lebih kompleks lantaran membutuhkan lebih banyak sarana, karena harus menggunakan lilin cair, canting, dan proses pewarnaan yang berulang. Secara garis besar terapi membatik memiliki fungsi sama dengan fungsi terapi seni, yaitu sarana untuk menyelesaikan konflik emosional, meningkatkan kesadaran diri, mengembangkan keterampilan sosial, mengontrol perilaku menyelesaikan permasalahan, dan mengurangi kecemasan.

Kegiatan pendukungan peringatan Hari Museum Indonesia 2023 masih akan dilanjutkan dengan lokakarya rajut, aktivitas eksplorasi museum untuk anak bertajuk “Hikayat Bajak Laut”, dan walking tour yang akan diselenggarakan di Museum Bahari Jakarta serta lingkungan sekitarnya pada tanggal 19 November 2023. Dilaksanakannya berbagai kegiatan di dua museum ini diharapkan dapat memberikan kesan kepada masyarakat bahwa museum bukan lagi menjadi tempat eksklusif yang hanya dikunjungi orang-orang tertentu pada acara tertentu, namun juga merupakan ruang publik yang dapat digunakan masyarakat umum untuk melaksanakan hal-hal positif dan juga dapat memberikan dampak positif bagi pengunjungnya.

Kemendikbudristek Berupaya Penuhi Layanan Publik Bagi Para Penghayat Kepercayaan.

0

Tujuh tahun setelah Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 97/PUU-XIV/2016, beragam regulasi turunan sudah diterbitkan dalam rangka memenuhi kebutuhan layanan publik bagi penghayat kepercayaan, khususnya terkait administrasi kependudukan. Tantangan yang dihadapi adalah implementasi yang menyeluruh dari tingkat pusat hingga ke kabupaten/kota, untuk mewujudkan pelayanan publik yang optimal bagi penghayat kepercayaan.

Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat menyatakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen untuk mendorong implementasi pada kabupaten/kota dengan organisasi kepercayaan yang sudah mendapatkan Tanda Inventarisasi (TI) dari Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. Strategi percepatan dilakukan dengan penyebarluasan informasi sekaligus membangun sinergi dengan stakeholder, yang dilakukan melalui Sosialisasi Layanan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Upaya ini dilakukan dalam rangka mendorong partisipasi aktif para stakeholder dalam pemenuhan layanan publik, sekaligus melahirkan kolaborasi antar stakeholder untuk mengoptimalkan layanan publik bagi penghayat kepercayaan, tambahnya.

Kabupaten Sumba Barat yang memiliki penduduk penghayat kepercayaan Marapu menjadi lokasi sosialisasi kali ini. Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan berkerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat menyelenggarakan Sosialisasi Layanan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Rabu (1/11/2023) di Aula Kantor Bupati Sumba Barat.

Administrasi kependudukan dan pendidikan menjadi dua tema pada acara yang mengundang stakeholder penghayat kepercayaan tersebut. Pemaparan tentang administrasi kependudukan dan kaitannya dengan penghayat kepercayaan dijelaskan oleh pembicara dari Direktorat Kependudukan dan Jaminan Sosial Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Direktorat Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Direktorat Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Kemendagri. Untuk tema pendidikan menghadirkan pembicara dari Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur, dan Bidang Pendidikan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI).

Christriyati Ariani, Pamong Budaya Ahli Madya Kemendikbudristek mengungkapkan pada prinsipnya pemenuhan layanan publik tidak dapat dilakukan secara sektoral, diperlukan sinergi. Seperti halnya pencatatan perkawinan, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 Kemendikbudristek melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat memiliki peran untuk menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) bagi Pemuka Penghayat Kepercayaan yang bertugas mengisi dan menandatangani surat perkawinan penghayat kepercayaan sebagai kelengkapan dokumen pencatatan perkawinan penghayat kepercayaan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota.

Demikian juga dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 yang membutuhkan dukungan dari pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota untuk merealisasikan pemberian mata pelajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada peserta didik penghayat kepercayaan.

Bupati Sumba Barat, Yohanis Dade, mengatakan acara ini merupakan momentum bagi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat untuk terus mengoptimalkan pemenuhan layanan publik bagi penghayat kepercayaan. Dimulai dengan pencatatan perkawinan penghayat kepercayaan, dan penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) bagi penghayat kepercayaan.

Dalam kesempatan yang sama, Kemendikbudristek menyerahkan dokumen TI kepada Organisasi Kepercayaan Marapu Kabupaten Sumba Barat, juga SKT Pemuka Penghayat Kepercayaan. Pemerintah Kabupaten Sumba Barat juga menyerahkan secara simbolis dokumen administrasi kependudukan berupa Akta Perkawinan, KTP dan KK kepada perwakilan penghayat kepercayaan di Kabupaten Sumba Barat.

Sosialisasi ini merupakan upaya untuk menyebarluaskan informasi supaya penghayat kepercayaan mendapatkan layanan publik yang setara, karena mereka juga bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata Christriyati Ariani pada penghujung acara. Seperti kata pepatah “tak kenal, maka tak sayang” semoga acara ini dapat menggugah rasa “sayang” berbagai pihak sehingga hak penghayat kepercayaan dapat terpenuhi secara optimal, tutupnya.

Pelestarian Bangunan Bersejarah di Kompleks Kementerian Keuangan

0

Jakarta (04/11/23), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pelindungan Kebudayaan melakukan kunjungan lapangan ke kompleks Kementerian Keuangan yang terletak di Lapangan Banteng. Hadir dalam kunjungan ini M. Natsir Ridwan Muslim selaku Ketua Tim Kerja Warisan Budaya di Tetapkan (WBT), seluruh Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, seluruh anggota Tim Kerja WBT, serta Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memenuhi permohonan konsultasi dari Kementerian Keuangan terkait status bangunan yang berada di antara Gedung A.A. Maramis dan Gedung Jusuf Anwar. Saat ini gedung tersebut difungsikan sebagai koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.

Bangunan di antara Gedung A.A. Maramis dan Gedung Jusuf Anwar merupakan  bangunan tambahan yang berada di utara Gedung A.A. Maramis dan di selatan Gedung Jusuf Anwar. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur Art Deco. Ciri arsitektur tersebut terlihat pada dinding plester yang menonjol di ventilasi serta kanopi yang memanjang sebagai ornamen dekoratif.

Kiki Girmani, selaku perwakilan dari Direktorat Jenderal Perbendaharan menyampaikan adanya keinginan dari Kementerian Keuangan untuk merubah bangunan tersebut dalam rangka meningkatkan estetika kawasan di Lingkungan Kompleks Kementerian Keuangan.

Surya Helmi menegaskan bahwa bangunan tersebut akan dikaji terlebih dahulu untuk menentukan statusnya apakah berupa ODCB atau bukan. Ada kemungkinan bangunan itu merupakan bagian dari gedung A.A. Maramis dan Gedung Jusuf Anwar yang memang diperuntukan sebagai perkantoran pada masa Belanda.

“Kami meyakini bahwa bangunan ini dibangun bukan sekadar untuk penambahan ruang semata tetapi ada fungsi lain sehingga ditempatkan di antara Gedung A.A. Maramis dan Gedung Jusuf Anwar, walaupun saat ini kami belum dapat memastikan lebih detail terkait hal itu,” tegas Surya Helmi.

Hasil dari kajian ini nantinya akan disampaikan kepada Direktorat Pelindungan Kebudayaan untuk ditindaklanjuti kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan.

Belajar Dari Pengelolaan Budaya Kota Daegu

0

Daegu – Salah satu kota di Korea Selatan dengan pengelolaan kebudayaan yang baik adalah Daegu. Di sini, terdapat berbagai peninggalan sejarah yang menjadi sarana edukasi hingga rekreasi seperti Museum Modern, taman Gyeongsan, Katedral bersejarah, Gukchaebosang Memorial Park dan lain sebagainya. Tak hanya tinggalan sejarah, budaya kontemporer pun menjamur, terbukti dengan banyaknya museum dan galeri kontemporer.

Para Pelaku Budaya Kemendikbudristek  yang menerima Fellowship Program Tata Kelola Budaya berkesempatan bertemu dengan pemerintah  Daegu untuk berdiskusi sekaligus belajar terkait pengelolaan budaya di kota tersebut (31/10). Dalam kesempatan ini, Wakil Walikota Daegu Chung Hae-kwan, mengatakan bahwa pemerintah Daegu sangat peduli dengan kegiatan-kegiatan budaya di kotanya. Selama beberapa tahun ini, pemerintah aktif melakukan perencanaan, eksekusi hingga promosi acara kebudayaan di Daegu.

Pemerintah kota Daegu juga melakukan pengembangan dan aktifasi ruang-ruang budaya di daerah-daerah kecil agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam konteks investasi dan pendanaan industri budaya, pemerintah melakukan kemudahan pajak sehingga diharapkan banyak investasi yang masuk.

Chung Hae-kwan juga menjelasakan bahwa pemerintah setempat memperhatikan dan melibatkan kaum muda dalam mengembangkan budaya.

Shalihah Prabarani, salah satu penerima Fellowship Program, mengatakan bahwa Program short course ini tidak hanya berfokus kepada misi studi komparasi semata, melainkan juga diskusi dengan para perumus kebijakan pemerintah pusat maupun daerah di Korea Selatan. “Melalui pertemuan-pertemuan yang digagas pihak kampus dengan para penyusun kebijakan, akademisi, praktisi industri budaya, dan beragam elemen pemangku kepentingan lainnya di Korea Selatan, banyak sekali praktik baik yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat sistem tata kelola kebudayaan di Indonesia”, terang Shalihah.

Kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian program pembelajaran tata kelola budaya di Korea Selatan. Sebelum pertemuan dengan pemerintah kota Daegu, para peserta berkesempatan mencoba pakaian tradisional Korea Selatan, Hanbok, yang telah disiapkan penyelenggara, serta diajak mengunjungi sejumlah titik kebudayaan di kawasan tersebut seperti Museum of Oriental Medicine, gereja bersejarah, serta museum rumah pergerakan Daegu. Diharapkan, para penerima program menemukan praktik baik kota Daegu yang dapat diterapkan untuk pemajuan kebudayaan di Indonesia

Hasil KKI 2023 : Komitmen untuk Pemajuan Kebudayaan

0

Jakarta, 28 Oktober 2023 – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah selesai menyelenggarakan rangkaian acara Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2023. Musyawarah akbar lima tahunan ini dilasanakan pada 23 s.d 27 Oktober 2023 dengan bertempat di komplek Kemendikbudristek.

Sebelumnya dalam pembukaan kongres, Senin (23/10), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan pentingnya kongres ini bagi pembangunan kebudayaan Indonesia.  “KKI 2023 merupakan momentum yang sangat penting sebagai ruang berkumpulnya pemangku kepentingan bidang kebudayaan untuk merembukkan arah  pembangunan kebudayaan Indonesia dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.

KKI 2023 sukses terlaksana sebagai ruang musyawarah para pemangku kepentingan guna merumuskan pembangunan kebudayaan Indonesia yang lebih terarah, berdampak, dan berbasis pada kebutuhan masyarakat. Sebanyak lebih dari 50 forum diskusi telah dilaksanakan. 

Bahasan diskusi tersebut mencakup berbagai aspek kebudayaan, seperti inklusivitas dan kebebasan berekspresi, interaksi seniman dengan buku, kebudayaan dan pendidikan, pemberdayaan desa, kebudayaan dan teknologi, serta kelembagaan kebudayaan, dan masih banyak lagi. Setiap tema dan sesi diskusi ini membentangkan pendekatan yang mendalam guna mengintegrasikan perspektif dari berbagai individu untuk menghasilkan rumusan yang komprehensif dan implementatif untuk kemajuan kebudayaan Indonesia.

Melalui kongres ini, telah dihasilkan sepuluh gagasan penting dalam pemajuan kebudayaan Indonesia. Sepuluh gagasan tersebut yaitu (1) kebudayaan sebagai daya utama dalam mengarungi perubahan global, (2) pemajuan kebudayaan sebagai kebutuhan dasar publik sekaligus panduan transformasi ekonomi, sosial, dan ekologi, (3) kebebasan berekspresi merupakan landasan pemajuan kebudayaan, (4) pendidikan yang berbasis berkebudayaan, (5) transformasi tata kelola Dewan Kesenian dan atau Dewan Kebudayaan untuk membangun ekosistem pemajuan kebudayaan, (6) Pekan Kebudayaan Nasional sebagai ruang perjumpaan budaya lintas batas, (7) pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan untuk memajukan kebudayaan, (8) masyarakat adat dan lokal berdaulat atas wilayah, sumber daya alam, dan sumber pengetahuan budaya, (9) Indonesia memerlukan suatu badan amatan pemajuan kebudayaan yang memantau, mengkaji perubahan budaya, dan merumuskan kebijakan, (10) model APBN/D diselaraskan dengan kerangka kerja kebudayaan serta perluasan akses terhadap dana kebudayaan.

Butir-butir gagasan dalam kongres ini disusun sebagai Rencana Aksi Nasional Pemajuan Kebudayaan 2025-2029, yang akan menjadi blueprint untuk kebijakan kebudayaan nasional Indonesia selama lima tahun mendatang. Ia juga adalah tonggak penting ransformasi dan komitmen bersama untuk mewujudkan kebudayaan yang berkelanjutan. 

Ditjen Kebudayaan Gelar Seminar Pelindungan Warisan Budaya Indonesia

0
Ditjenbud melaksanakan kegiatan seminar Pelindungan Warisan Budaya Indonesia.

JAKARTA–Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pelindungan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, mengadakan kegiatan Seminar Pelindungan Warisan Budaya Indonesia: Warisan Budaya Takbenda Indonesia dan Cagar Budaya Peringkat Nasional, bertempat di Hotel Novotel Mangga Dua Square (24/10/23). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Apresiasi Warisan Budaya Indonesia Tahun 2023, yaitu sebuah bentuk penghargaan pemerintah pusat kepada seluruh pihak yang terlibat dalam Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) dan Cagar Budaya Peringkat Nasional (CBN).

Warisan budaya dapat berupa benda (tangible) seperti manuskrip atau naskah kuno, prasasti, bangunan, lokasi, satuan ruang geografis, dan sebagainya. Ada juga warisan budaya yang bersifat takbenda (intangible), seperti cerita rakyat yang melegenda, resep makanan, bahasa, permainan rakyat, dan seni pertunjukan seperti tari-tarian. Warisan Budaya Indonesia inilah yang patut dilestarikan dan dilindungi keberadaannya dari ambang kepunahan. Pemerintah berupaya untuk melestarikan dan melindungi Warisan Budaya Indonesia melalui pencatatan dan penetapan warisan budaya, baik Cagar Budaya Peringkat Nasional maupun Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Judi Wahjudin selaku Direktur Pelindungan Kebudayaan, Kemendikbudristek.

“Pemerintah, melalui Direktorat Pelindungan Kebudayaan, berupaya untuk melestarikan dan juga melindungi Warisan Budaya Indonesia melalui pencatatan dan penetapan warisan budaya baik Cagar Budaya Peringkat Nasional dan juga Warisan Budaya Takbenda Indonesia,” ucap Judi Wahjudin.

Penetapan Warisan Budaya tidak selesai hanya sampai ditetapkannya sebagai warisan budaya nasional, namun perlu tindak lanjut yang nyata agar warisan budaya yang ada di nusantara tetap terlindungi. Selain itu, warisan budaya nasional harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik pemilik budaya maupun untuk masyarakat luas serta tidak hilang ditelan zaman.

Kegiatan seminar ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama seminar berfokus pada tindak lanjut penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia dengan Narasumber Ketua Tim Ahli WBTb, Perwakilan Pemerintah Provinsi, dan Komunitas Budaya. Adapun Sesi Kedua menekankan pada Tindak Lanjut Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional dengan Narasumber Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN), Perwakilan Pemerintah Provinsi, dan perwakilan Pemilik dan Pengelola Cagar Budaya Peringkat Nasional. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan diperoleh titik temu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta para pemangku kebudayaan di berbagai daerah sebagai tindak lanjut dari proses penetapan, kegiatan pelindungan Warisan Budaya.

Judi Wahjudin juga menyampaikan bahwa Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2023 mengadopsi mekanisme baru secara berjenjang melalui pengusulan oleh Pemerintah Provinsi. Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2023 melibatkan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Balai Pelestarian Kebudayaan, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab/Kota, TACB Daerah, Pemilik/Pengelola, serta sejumlah pemangku kepentingan terkait. Terdapat 19 Cagar Budaya Peringkat Nasional yang sertifikat penetapannya akan diserahkan pada Malam Apresiasi Warisan Budaya Indonesia 2023, 25 Oktober 2023 mendatang. Jumlah tersebut mencakup 5 kategori Cagar Budaya yang berasal dari 8 provinsi di Indonesia. Pada kesempatan yang sama akan diserahkan pula sertifikat penetapan Warisan Budaya Takbenda sejumlah 213 sertifikat yang mencakup 5 domain dari 31 provinsi di Indonesia.

Keragaman Indonesia dalam Festival Multikultur Korea

0

Changwon – Bertempat di pusat kota Changwon, Korea Selatan, tim dari Direktorat Jenderal Kebudayaan berkesempatan berpartisipasi dalam helatan Migrant Arirang Multicultural Festival (MAMF) 2023. Pada gelaran ini, mereka terlibat dalam parade budaya sekaligus menyuguhkan pertunjukan tari tradisional dari Indonesia (22/10). 

Tarian yang disuguhkan adalah tari tradisional dengan konsep kasih sayang dan kebersamaan.  Purnawan Andra, penanggung jawab untuk koreografi tari, menjelaskan bahwa tema tari yang disajikan selaras dengan semangat MAMF yaitu keharmonisan.  Karena itu,  gerak dalam tarian dilakukan secara berpasang-pasangan.  “Dalam gerak ini, yang ditonjolkan adalah respons dan interaksi satu sama lain”,  jelas Purnawan.

Dian Nisa, salah satu penampil tari, mengaku bangga bisa menjadi bagian dari acara ini. Bagi Dian, ini adalah pertama kali dirinya terlibat dalam sebuah festival budaya bertaraf internasional.  “Saya juga senang dan bangga bisa turut memperlihatkan budaya kita di mancanegara”, imbuhnya.

Para peserta tersebut merupakan penerima fellowship program dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek. Mereka adalah para ASN praktisi budaya yang dikirim untuk melakukan studi manajemen kebudayaan di Daegu Catholic University. 

Shanty Roulina selaku panitia fellowship program mengatakan bahwa kesempatan untuk tampil dalam festival multikultur di Korea Selatan ini adalah momen langka.  Menurutnya, dengan ikut berpartisipasi, para peserta tidak hanya mewakili kampus tempat mereka belajar tapi juga dapat menampilkan wajah Indonesia kepada masyarakat Korea.

Semangat festival ini, keberagaman budaya, selaras dengan apa yang disajikan oleh para penampil Indonesia. Dari sisi kostum, para penari menyajikan gerak tari tradisional Jawa dengan menggunakan busana daerah yang beragam mulai dari Melayu, Sunda, Banten, Bugis, hingga Sasak. Selain itu, delegasi Indonesia lainnya berkesempatan menyuguhkan Reog Ponorogo. Ini menunjukan bahwa Indonesia adalah bangsa yang sudah sangat multikultur dan selalu menjaga keragaman tersebut. 

Gelaran Pekan Kebudayaan Nasional 2023 Resmi Dibuka, #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

0
Pekan Kebudayaan Nasional 2023 resmi dibuka.

Nomor: 546/sipres/A6/X/2023

Jakarta, 20 Oktober 2023 – Setelah berbagai rangkaian proses pelumbungan karya di seluruh Indonesia sejak bulan Juli 2023, hari ini Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 resmi dibuka di Galeri Nasional Indonesia pada Jumat malam (20/10). PKN merupakan gelaran dwitahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2019 silam.

Sejalan dengan semangat Merdeka Berbudaya yang digelorakan Kemendikbudristek, perhelatan PKN 2023 mengusung tema ‘Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan’. Tema ini merupakan cerminan dari pengembangan konsep lumbung padi dan praktik gotong royong yang berlaku di Indonesia.

“Kita mewarisi gagasan lumbung padi dan gotong royong sebagai satu bangsa yang besar dan terus bersatu di tengah keragaman budaya dan tradisi serta perkembangan zaman. Merawat bumi, Merawat Kebudayaan merupakan misi, visi, dan panggilan aksi kepada kita semua untuk menjaga kebudayaan dan alam, dua hal yang tidak terpisahkan dan saling memengaruhi,” jelas Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid pada sambutannya menyampaikan bahwa PKN merupakan salah satu implementasi dari strategi pemajuan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.

“Gelaran ini adalah wadah untuk mewujudkan serta menyediakan ruang untuk apresiasi, ekspresi, serta kreasi seni dan budaya yang beragam dan turut mendukung terciptanya interaksi budaya yang inklusif di seluruh Indonesia,” tutur Hilmar Farid.

Pada pembukaan PKN 2023, ditampilkan prosesi potong tumpeng yang dilakukan sesuai filosofi, penampilan tari dan inklusivitas dari Gigi Art Dance, serta lantunan dari tiga empu sudut beranda Rantai Bunyi yakni Achmad (Kik Mad); Keroncong Stambul Fajar, Bangka Belitung; La Asiru, Gambus Wakatobi, Sulawesi Tenggara; dan Kahi Ata Ratu, Jungga Sumba, Nusa Tenggara Timur. Ada juga penampilan Rombong Dangdut, serta kehadiran 20 gerobak kuliner sebagai jamuan bersama untuk seluruh masyarakat yang hadir.

Pembukaan dan peresmian ini sekaligus jadi penanda bahwa PKN 2023 siap menyambut masyarakat di ruang tamu-ruang tamunya. Pendekatan ruang tamu ini sendiri sebagai konsep diharapkan bisa memantik percakapan, tidak hanya antar pelaku budaya tapi juga antar masyarakat/pengunjung sehingga membuka peluang kolaborasi dan aksi kolektif untuk memperpanjang semangat #IndonesiaMelumbung untuk Melambung.

“PKN memberi ruang dan wadah untuk membuka pintu kesempatan kolaborasi bagi siapa saja, tidak terbatas pada medan seni dan kebudayaan, tapi juga pada banyak hal lain yang bersinggungan dengan dua aspek tersebut. Semangat Indonesia Melumbung untuk Melambung diharapkan bisa terus bergulir terlepas dari selesainya rangkaian PKN 2023 serta bisa menjadi energi yang terus menginspirasi pegiat, pelaku, serta seluruh masyarakat di seluruh Indonesia untuk terus berkolaborasi dan berkreasi,” jelas Dirjen Hilmar.

Pada PKN 2023 ini, terdapat 40 titik ruang tamu di seluruh Jabodetabek, dengan empat titik ruang tamu utama yaitu Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, PT. Produksi Film Negara (Persero), dan MBloc Space.

Adapun 40 titik tersebut nantinya tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Kepulauan Seribu. Mulai dari kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, PFN, Taman Suropati, Kampung Kali Pasir, Kelurahan Paseban, Kelurahan Galur, Pintu 6 Gelora Bung Karno, Taman Ismail Marzuki, Rubanah, Bundaran HI, Stasiun BNI City, Stasiun Palmerah, Gudskul, Pasar Cipulir, Kelurahan Ulujami, Blok M Square, Ateliar Ceremai, BKT Duren Sawit, Kongsi 8, Sanggar Anak Akar, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 10, SMPN 195, Taman Mini Indonesia Indah, Kelurahan Penjaringan, Stasiun Tanjung Priok, Kampung Kranggan Bekasi, Grand Galaxy Park Bekasi, UIN Syarif Hidayatullah Tangerang, Stasiun Bogor, Taman Ekspresi Bogor, Alun-Alun Kota Bogor, dan Kelurahan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Sepanjang 20 hingga 29 Oktober, mulai pukul 10.00 – 21.00 WIB, dalam PKN 2023 akan diadakan serangkaian pameran dan acara publik seperti lokakarya, diskusi seniman, pasar ilmu, bazaar barter, dan Festival Layar Tancap. Lokus kegiatan puncak acara PKN sendiri akan berlangsung di 40 titik di Jakarta yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas.

Tentang Pekan Kebudayaan Nasional

Pekan Kebudayan Nasional atau yang lebih akrab disebut PKN adalah rangkaian acara dwitahunan yang diselenggarakan secara rutin oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sejak tahun 2019 silam. Pelaksanaan ini merupakan salah satu implementasi dari strategi untuk memajukan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia pada tahun 2018. Mewujudkan serta menyediakan ruang untuk apresiasi, ekspresi, serta kreasi seni dan budaya yang beragam dan turut mendukung terciptanya interaksi budaya yang inklusif di seluruh Indonesia.

Tim Komunikasi PKN 2023 dapat dihubungi melalui:

Narahubung : Indri Ariefiandi
Telp : +62 813-1990-1099
Laman Resmi : https://pkn.id/
Instagram Resmi : https://bit.ly/InstagramPKN2023
Twitter Resmi : https://bit.ly/TwitterXPKN2023

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id

#MerdekaBelajar #IndonesiaMelumbung untuk Melambung #SinggahdiPKN2023