Ringkasan Isi Naskah Serat Centhini (II)

0
2791
serat centhini
Serat Centhini Latin (Koleksi Perpustakaan BPNB D.I. Yogyakarta)

 

 

BPNB DIY, April 2019 – Naskah Serat Centhini lengkap koleksi milik Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) D.I Yogyakarta, pada tahun 1976 sudah dilatinkan oleh sebuah tim yang terdiri atas: YB. Suparlan, AM. Renang Soebharso, Ny. Sri Punagi Sukardeman, Ny. Surasmini, Mardiyono dan Sutrisno Diponolo. Kemudian pada tahun 1986-1989 melalui Yayasan Centhini, Kamajaya (R. Karkono), menerbitkan hasil pelatinan naskah Serat Centhini tersebut. Penelitian naskah Serat Centhini juga dilakukan oleh tim Peneliti dari BPNB D.I. Yogyakarta yang terdiri dari Drs. Wahjudi Pantja Sunjata, Drs. Sumarno, dan Dra. Titi Mumfangati. Penelitian tersebut meneliti aspek kuliner yang ada di dalamnya. Pada buku hasil penelitian tersebut terdapat pula ringkasan isi Naskah Serat Centhini dari Jilid I – XII. Di bawah ini adalah ringkasan isi Naskah Serat Centhini Jilid II.

(Jilid I)……..Cebolang di Sokayasa dikenal sebagai pemuda yang tidak baik pekertinya. Ia pergi meninggalkan Padepokan Sokayasa dengan membawa 4 orang santri yang bernama Saloka, Kartipala, Palakarti, dan Nurwitri.

(Jilid II)
Cebolang beserta empat orang santrinya yaitu Saloka, Kartipala, Palakarti, dan Nurwitri dari Sokayasa mengembara melewatii beberapa wilayah seperti Banyumas, Cilacap, Sumbing, Mergawati, Rawa pening, Gunung Tidar, Borobudur, dan Mendut. Kemudian menuju ke Kerta, yang merupakan ibukota Kerajaan Mataram, yang pada waktu itu diperintah oleh Sri Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma. Syekh Wakidiyat di Padepokan Gunung Tidar memberikan hidangan kepada Mas Cebolang dan pengiringnya.

Di  Kerta  Mas  Cebolang  bertamu  ke  rumah  Amat  Tengara  dan ibunya yang menjadi abdi dalem Keraton Mataram. Karena tuan rumah yang ditemui adalah orang yang kurang mampu, maka Mas Cebolang dengan kesaktiannya menciptakan berbagai hidangan makanan, minuman, sekaligus perlengkapan rumah tangga. Di Kerta ini Cebolang bisa bertemu dengan tokoh-tokoh dari berbagai macam keahlian ilmu pengetahuan. Antara lain Cebolang bertemu dengan ahli keris yang bernama Empu Ki Anom, bertemu dengan ahli karawitan yang bernama Ki Bawaraga, dengan ahli ilmu kuda yang bernama Ki Mardihaswa, bertemu dengan ahli primbon yang bernama Ki Juru Pujangkara, bertemu dengan ahli seni tari bernama Ki  Wireng  Suwignya,  dan  bertemu  dengan  Nyai  Sriyanta,  seorang yang ahli membuat sesaji dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan hajat pernikahan disajikan berbagai hidangan untuk sesaji pada tahap-tahap acaranya. Sesaji sebelum memasang tarub (tambahan bangunan yang terdiri dari bambu wulung untuk tiang-tiangnya dan anyaman daun kelapa yang hijau untuk atapnya), sesaji saat memasang tarub, sesaji menyembelih kerbau, sesaji adang (menanak nasi), sesaji untuk tempat penyimpanan beras, sesaji pawon, gedhong ulam, gedhong sekul, gedhong  dhaharan,  gedhong  sirih,  gangsa  agung,  paturon  pangantin,  sajen majang patanen, sesaji garenda, sesaji siraman, sajen paes, sesaji menikah/ijab, wilujengan majemukan, sesaji memule, selamatan sesudah nikah, brokohan sesudah panggih, sesaji sepasaran, sesaji gedhong wedang, sajen ruwatan. Pada saat perhelatan juga dilengkapi dengan pertunjukan wayang, yang didatangi pula oleh banyak para penjual makanan yang berada di sana untuk berjualan pada saat pertunjukan berlangsung. Pada saat itu, makanan yang dijual oleh para penjual sangat beraneka ragam.

 

sumber :

  • buku “Kuliner Jawa dalam Serat Centini (Wahjudi Pantja Sunjata, dkk., 2014)” (Koleksi Perpustakaan BPNB D.I. Yogyakarta)
  • TARUB DAN PERLENGKAPANNYA SARAT DENGAN MAKNA DAN FILOSOFI (Endang Setyaningsih)
    Jurnal Teknobuga, Volume 2 No.1 – Juni 2015: 69 – 75

(bpw)