Situs di Lembah Deli
Situs Kota Cina secara topografis terletak di Lembah Deli, yang termasuk wilayah pantai timur Sumatera. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda empat dari Kota Medan. Dengan menelusuri tepi Sungai Deli sejauh 14 km menuju arah utara. Kemudian menyeberanginya sejauh dua kilometer menuju arah barat. Kota Cina dan Paya Pasir merupakan situs pelabuhan kuno yang sangat penting dalam rangka perdagangan Asia Tenggara pada abad ke-11–14 Masehi.
Letaknya di lembah Sungai Deli Pantai Timur Sumatera Utara. Sekitar 16 km dari kota Medan, dan sekitar 7 km ke arah hulu dari muara Sungai Deli. Menurut McKinnon, Kota Cina telah dimukimi oleh orang-orang Tamil pada masa itu. Di Kota Cina ini diduga terdapat jaringan dagang, yaitu perserikatan besar pedagang Tamil, yang bernama Ayyavole ainnuarruvar dan Mannikiram. Perserikatan ini melakukan kegiatan di wilayah Asia Tenggara (McKinnon 1993:56). Rupanya orang-orang Tamil ini pernah berjaya di wilayah Sumatera bagian utara. Mulai dari Barus, Banda Aceh, Kota Cina, dan Sumatera Barat.
Temua Arkeologis
Di Situs Kota Cina, pada areal yang luasnya sekitar 25 hektar, di dalam lingkungan “benteng” tanah, ditemukan tiga struktur bangunan bata. Struktur bata itu dibuat dengan perekatan langsung (tanpa spesi semen). Temuan lainnya adalah empat arca batu, serta pecahan-pecahan keramik dan tembikar. Pecahan keramik Tiongkok yang ditemukan terdiri atas celadon lung-chuan berbentuk mangkuk dan sejumlah piring putih Song Awal (abad ke-10 Masehi), serta keramik Yuan (abad ke-13–14 Masehi). Di samping pecahan-pecahan keramik Tiongkok dan tembikar, juga beberapa fragmen perunggu dan alat-alat untuk pengerjaan barang-barang logam, terutama logam emas.
Berdasarkan analisis laboratorium karon C-14 yang menunjuk pertanggalan pada 1200 Masehi, dan temuan pecahan keramik Tiongkok dari masa Dinasti Song-Yuan, dapat disimpulkan bahwa daerah itu pernah menjadi pemukiman dari abad ke-11–14 Masehi. Tidak tertutup kemungkinan bahwa Situs Kota Cina berasal dari masa yang lebih awal. Indikator itu diperoleh dari mata uang Tiongkok yang berasal dari masa Dinasti Sui (589–618 Masehi) dan masa Dinasti T’ang dan Song Awal (sekitar abad ke-8–10 Masehi). Mata uang yang lebih muda berasal dari 1264 Masehi (Suleiman 1976:26).
Aktivitas orang Tamil di Situs Kota Cina tidak hanya dalam bidang perdagangan. Selain karena mereka bertempat tinggal di tempat itu, diduga mereka juga melakukan aktivitas keagamaan. Terbukti dengan ditemukannya empat arca (dua arca Buddha dan dua arca Hindu). Juga sisa bangunan yang diduga merupakan sisa bangunan kuil. Menurut McKinnon, arca-arca yang ditemukan di Kota Cina dibawa oleh para pedagang Tamil. Dugaan ini diketahui dari ciri arca tersebut yang berlanggam Tamilnadu Pedesaan (McKinnon 1993:59).
Archa Buddha
Ada dua Arca Buddha yang ditemukan. Satu di antaranya bagian kepalanya telah rusak /hilang dan diganti dengan kepala dari bahan semen. Kedua arca itu dibuat dari batu basalt yang berwarna hitam. Tinggi arca yang masih tersisa 62 cm. Bagian lapiknya berukuran 32 x 67 cm. Digambarkan dalam sikap tangan dhyānamudrā. Jubahnya tidak seluruhnya menutupi bagian bahu. Bahu kanannya tidak tertutup jubah sampai ke bagian dada kanan. Lapisan jubahnya menjuntai dari bahu kiri depan sampai ke perut.
Kondisi Arca Buddha berikutnya masih utuh. Ditemukan pada 1974 oleh penduduk desa ketika menggali tanah untuk tempat sampah. Dibuat dari bahan granit yang berwarna putih dengan ukuran tinggi 82 cm. Bagian lapiknya berukuran 38 x 43 cm. Arca Buddha Amitabha itu digambarkan memakai jubah yang bagian bahu kanannya terbuka. Sikap tangannya dhyānamudrā, dengan tangan kanan ditumpangkan pada telapak tangan kiri.
Arca Hindu
Ada dua Arca Hindu yang ditemukan, dalam kondisinya rusak. Kedua arca itu adalah arca Wisnu dan Sri (?). Kepala Arca Wisnu, yang digambarkan bertangan empat dan berpakaian dhoti, telah hilang. Tangan kanan belakang memegang cakra. Tangan kiri belakang memegang sangkha. Tangan kanan depan dalam sikap abhayamudrā. Tangan kiri depan mengarah ke bagian paha. Tinggi arca keseluruhan tanpa kepala 140 cm.
Arca Śrī juga sudah sudah rusak, dengan bagian yang masih tersisa. Mulai dari perut hingga ke bagian lapik. Memakai dhoti dengan kain yang berlipit-lipit hingga ke bagian kaki. Tangan kanan digambarkan sangat gemuk tidak proporsional.
Tinggalan budaya lain yang menunjukan kehinduan adalah lapik dari batu granit berukuran 90 x 90 cm. Di bagian atasnya terdapat lingkaran bergaris tengah 70 cm dan dalamnya 4 cm. Pada salah satu sisinya terdapat saluran air semacam saluran air pada yoni. Tinggalan budaya ini ditemukan pada areal persawahan dekat Kramat Pahlawan.
Di dekat lapik batu granit, ditemukan yoni yang berbentuk lingkaran bergaris tengah 56 cm. Di bagian tengahnya terdapat satu lubang yang berdenah bujursangkar dengan ukuran 20 x 20 cm. Lubang ini dipakai untuk menempatkan lingga, yang juga ditemukan dekat dengan yoni.
Ekskavasi yang dilakukan pada 1979 oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional berhasil menemukan satu struktur bangunan bata. Struktur bangunan ini merupakan bagian sudut bangunan. Di bagian atasnya terdapat struktur yang bentuknya membulat dengan ukuran tinggi 44 cm. Struktur bangunan ini diduga merupakan sisa bangunan kuil Hindu karena ditemukan dekat dengan tinggalan budaya Hinduis. (Bambang Budi Utomo)
Baca juga: Uji Gali di Bekas Kapitan Cina
Bambang Budi Otomo, 2014. “Situs Kota Cina” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.), Candi Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 82–85.