Kaleidoskop Presiden Republik Indonesia-Museum Kepresidenan “Balai Kirti”
Setelah dua tahun kegiatan perencanaan yang berlangsung sejak 1979, dan tiga tahun pelaksanaan pembangunan yang dimulai pada 1981, akhirnya Pabrik Pupuk ASEAN di Aceh diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pabrik ini mulai berproduksi secara komersial pada 1 Januari 1984, setelah kegiatan percobaan yang berlangsung sejak Oktober 1983 dinilai baik. Kapasitasnya 570.000 ton per tahun.
Pabrik penghasil pupuk urea ini merupakan salah satu dari lima proyek ASEAN yang telah disetujui para pemimpin ASEAN dalam KTT ASEAN I pada 1976 di Bali. Empat proyek lainnya, masing-masing direncanakan di Singapura, Malaysia, Muangthai, dan Filipina. Pengelolaan pabrik ini dilakukan oleh PT. ASEAN Aceh Fertilizer, yang saham-sahamnya dimiliki oleh semua negara anggota ASEAN yaitu Indonesia 60%, Malaysia, Filipina, Muangthai masing-masing 13%, dan Singapura 1%.
Pada tanggal yang sama, Presiden meresmikan pula penyelesaian perluasan pabrik gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di Blang Lancang, Aceh. Perluasan ini adalah yang ketiga kalinya, dalam bentuk penambahan satu train. Dengan penambahan ini, pabrik LNG di Arun seluruhnya memiliki lima train dengan total kapasitas produksi sebesar sembilan juta ton per tahun.
Tim Storyline Museum Kepresidenan “Balai Kirti” Bogor