Revitalisasi Situs Karangkamulyan yang merupakan peninggalan Kerajaan Galuh telah selesai dilakukan. Situs ini terletak antara Ciamis dan Banjar, jaraknya sekitar 17 km ke arah timur dari kota Ciamis, tepatnya di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat. Kata “karang kamulyan” berarti “tempat yang dimuliakan”. Revitalisasi di situs ini difokuskan pada pembuatan pagar untuk melindungi struktur yang sebagian besar terdiri atas tumpukan batu tanpa spesi.
Di situs ini terdapat hewan liar, terutama monyet (Macaca fascicularis) dan lutung atau langur (Trachypithecus) yang berkeliaran di dalam situs yang memang sangat rimbun dan mirip hutan belantara. Kondisi seperti ini membuat bangunan di situs ini cepat rusak, terutama yang terbuat dari besi karena kelembaban yang tinggi. Maka dari itu perlu lakukan pengawasan yang berkelanjutan agar kondisi bangunan tetap terjaga dengan baik.
Di Situs Karangkamulyan ini terdapat beberapa bangunan, di antaranya Pangcalikan, Sanghyang Bedil, Penyabungan Ayam, Lambang Peribadatan, Panyandaran, Cikahuripan, dan Makam Adipati Panaekan.
Situs ini memiliki satu legenda yang cukup terkenal di Jawa Barat, yaitu “Ciung Wanara”. Legenda ini berhubungan dengan Kerajaan Galuh. Dalam legenda itu diceritakan mengenai Raja Galuh yang bergelar Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana Di Kusumah dengan dua permaisuri, yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Saat menjelang ajal, sang Prabu mengasingkan diri, dan kekuasaan diserahkan kepada Patih Bondan Sarati. Oleh karena Sang Prabu belum mempunyai anak dari permaisuri pertama (Dewi Naganingrum). Singkat cerita, dalam memerintah Raja Bondan hanya mementingkan diri sendiri, sehingga atas kuasa Tuhan Dewi Naganingrum dianugerahi seorang putera, yaitu Ciung Wanara yang kelak akan menjadi penerus resmi kerajaan Galuh yang adil dan bijaksana (id.wikipedia.org).