Biaro di tepi Batang Pane
Situs Biaro Tanjungbangun terdapat di Kampung Tanjungbangun. Di kampung ini mengalir satu sungai bernama Batang Pane. Sungai di Desa Bangunpurba, Kecamatan Padangbolak, Kabupaten Padanglawas Utara ini mengalir ke arah selatan. Pada 1976, dalam Berita Penelitian Arkeologi (BPA), dilaporkan mengenai penelitian arkeologi yang dilakukan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Saat itu para peneliti harus menempuh perjalanan yang cukup berat. Mereka menempuh perjalanan dari jalan Gunung Tua hingga ke Portibi. Menembus kampung-kampung sejauh lebih kurang 4 km. Mereka pun dengan susah payah menyeberangi sungai Pane.
Hamparan reruntuha bata
Sesampianya di situs, para peneliti itu hanya menemukan hamparan reruntuhan bata. “Peninggalan biaro ini ternyata hampir habis” pikir para peneliti itu. “Sisanya mungkin masih di dalam tanah. Yang tampak di atas tanah hanya sedikit sekali. Tidak dapat memberikan gambaran lagi ke arah mana biaro menghadap. Tidak diketahui pula bagaimana bentuk serta ukurannya.” Begitulah catatan peneliti dalam laporan BPA itu.
Di atas sisa-sisa yang membentuk gundukan yang tidak terlalu tinggi itu, berdiri bangunan berkerangka kayu dan berkolong. Penduduk setempat menggunakannya sebagai balai kampung. Bangunan itu disebutnya Sopo Godang. Bangunan tempat melakukan upacara adat. Seperti upacara pemberian gelar bagi orang yang sudah menikah. Di sebelah timurnya tampak satu gundukan lagi. Meski tidak begitu jelas, tetapi kemungkinan bekas struktur yang terbuat dari susunan bata. Dugaan ini didasarkan atas banyaknya fragmen bata yang berserakan di sekitar gundukan itu.
Makara kembar
Di tempat ini ditemukan juga dua makara. Keduanya terbuat dari batupasir (sandstone) dengan bentuk yang mirip. Kedua makara itu memiliki tinggi 63 cm, panjang 51 cm, dan lebar 42 cm. Di beberapa bagian terlihat rusak. Terutama bagian atas makara. Kemungkinan disebabkan seringnya tersentuh tangan. Meskipun begitu, motif ukirannya masih cukup jelas. Makara ini memiliki kemiripan dengan makara-makara di Bahal dan di Si Pamutung. Bahan dan tipenya serupa. Perbedaannya adalah di mulut makara Tanjungbangun terdapat arca setengah badan, sedangkan arca di makara di Bahal I dan II digambarkan penuh dengan posisi berdiri.
Pagar keliling
Tembok pagar keliling yang seharusnya ada tidak tampak lagi. Keberadaan pagar keliling ini penting, karena dapat menjadi pembatas situs. Dengan pagar keliling inilah luas situs dapat diketahui. Pada 2006 dijumpai sisa pagar keliling yang terbuat dari susunan bata. Lebar pagar keliling itu satu meter. Sebagian struktur pagar keliling itu ada di depan rumah penduduk. Di seberang Sopo Godang. Tidak diketahui luas situsnya, karena pagar keliling hanya ada di satu tempat itu.
Sekarang situs tersebut sudah menjadi pemukiman. Sejumlah rumah Melayu berdiri di dekatnya. Rumah-rumah itu pada umumnya memiliki bentuk panggung atau berkolong rendah, dengan tinggi 0,60 atau 0.80 meter.
Baca juga: Situs Kota Cina di Lembah Deli
Daftar Pustaka
Soesetyo, S. (2010). Kepurbakalaan Padang Lawas: Tinjauan Literatur. Unpublished undergraduate thesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Suleiman, Satyawati, 1983, “Laporan Survei Peninggalan-Peninggalan di Sumatra Utara Dalam Rangka Penyusunan Masterplan”, dalam Berita Penelititan Arkeologi, No. 4, Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.