Penelusuran Koleksi Rumah Bersejarah Rengasdengklok

0
3644

Penelusuran artefak Rumah Bersejarah Rengasdengklok yang akan menjadi koleksi, dilakukan hingga ke Bandung. Menurut informasi, ada beberapa artefak yang dibawa ke Bandung, yaitu kursi, meja dan perlengkapan minum dibawa ke Museum Mandala Wangsit, dan tempat tidur dibawa ke Museum Sri Baduga Bandung. Tim dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman berangkat ke Bandung ditemani oleh sejarawan, yang sangat mencintai sejarah Sukarno, Rushdy Hoesein, pada Kamis, 3 September 2015.

Museum Mandala Wangsit-Rengasdengklok-1
Kursi, Meja dan perlengkapan minum yang berasal dari Rengasdengklok.

Kunjungan pertama ke Museum Mandala Wangsit yang berada di Jalan Lembong, No 38, Bandung. Di museum ini terdapat empat kursi, satu meja dan perlengkapan minum yang terdiri satu baki, satu ceret dan dua cangkir keramik.

Museum Mandala Wangsit-Rengasdengklok-2
Pengukuran untuk keperluan pembuatan replika.

 

Sementara di Museum Sri Baduga, yang berada di Jalan Pelajar pejuang, Kota Bandung, tim bertemu dengan Ibu Nita sebagai Kepala seksi koleksi. Ibu Nita meyakinkan bahwa tidak pernah ada koleksi yang berasal dari Rengasdengklok.

Sri Baduga-Rengasdengklok
Kunjungan ke Museum Sri Baduga Bandung untuk menelusuri koleksi Rengasdengklok lainnya.

Sore hari dilanjutkan ke Rengasdengklok. Di rumah bersejarah ini masih ditemui beberapa kursi yang sama dengan yang berada di Museum Mandala Wangsit. Sementara di kamar belakang terdapat tempat tidur, yang menurut informasi berasa dari kamar depan sebelah kanan.

Tempat Tidur Rengasdengklok
Ukiran pada bagian atas tempat tidur. Dahulu tempat tidur ini berada di kamar sebelah kanan.

Tempat tidur ini dipindahkan ke belakang karena takut ditawar pemburu barang antik. Selain itu juga ada satu lemari pakaian dan dua lemari untuk menyimpan makanan yang diduga sejaman dengan kursi dan meja. (Ivan Efendi)

Catatan:

Museum Mandala Wangsit

Bangunan Museum Mandala Wangsit bergaya arsitektur Late Romanticism. Dibangun pada 1910 hingga 1915 sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Pada 1949-1950 diambil alih oleh pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi Bandung). Pada 23 Mei 1966 bangunan ini menjadi Museum Wangsit Mandala Siliwangi, dan diresmikan oleh panglima Divisi Siliwangi ke-8, yaitu Kolonel Ibrahim Adjie. Pada 1979 gedung ini direhabilitasi menjadi gedung bertingkat dua, kemudian diresmikan pada 10 Nopember 1980 oleh Pangdam Siliwangi ke-15 Mayjen Yoga Sugama. Prasastinya ditandatangani oleh Presiden RI ke-2 (Soeharto). Sumber: id.wikipedia.org, dan lebih lengkapnya di disparbud.jabarprov.go.id.

Museum Sri Baduga

Museum ini terletak di Jl. B.K.R. No. 185. Museum ini dikelola oleh pemerintah propinsi Jawa Barat, yang mulai didirikan pada 1974 dengan memanfaatkan bangunan lama bekas Kawedanan Tegallega, yang kemudian diresmikan pada 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Daoed Joesoef. Penamaan museum ini diambil dari gelar salah seorang raja Pajajaran sebagaimana tertulis pada Prasasti Batutulis. Kemudian ditetapkan melalui Kepmendikbud, museum ini menyimpan benda-benda alam, benda budaya, yang sampai pada 2005 telah mengumpulkan sejumlah 5893 koleksi. Sumber: museumbandung.blogspot.co.id dan museumindonesia.com.