Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah yang seharusnya menjadi tempat masyarakat Tanjungpinang untuk mengetahui dan mempelajari sejarah dan budaya dengan menyenangkan justru menjadi tempat yang menyeramkan.
Salah satu bagian atap bangunan sudah runtuh. Kuda-kuda penopang atap sudah busuk dan rapuh, sehingga tidak lagi mampu menopang genting tanah liat. Saat ini bagian ruang ini diberi terpal hanya sekadar melindungi dari hujan dan sengata matahari sementara.
Pada beberapa bagian dinding memperlihatkan kerusakan, dan ditumbuhi lumut. Selai itu, banyak kusen dan jendela kondisinya tidak layak lagi.
Museum ini sungguh memprihatinkan dan harus secepatnya mendapatkan sentuhan revitalisasi, agar kondosinya baik kembali. Agar menjadi tempat yang menyenangkan bagi masyarakat untuk menikmati tata pamernya.
Sekilas tentang Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah
Museum yang beralamat di Jl. Ketapang no.2, Tanjungpinang, Kepulauan Riau ini menempati eks gedung pertama Sekolah Tingkat Dasar masa kolonial dengan nama Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada 1918. Kemudian pada zaman Jepang diganti menjadi Futsuko Gakko, dan pada zaman kemerdekaan gedung ini difungsikan sebagai Sekolah Rakyat, dan akhirnya dijadikan SD 01 sampai pada 2004. Mengingat gedung ini memiliki nilai penting bagi sejarah awal mula pendidikan di Tanjungpinang, maka direkomendasikan untuk dijadikan Museum Kota Tanjungpinang dengan nama Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah.
Koleksi yang dipamerkan di museum menceritakan tentang sejarah kota Tanjungpinang mencakup seni dan keragaman budaya, serta berbagai jenis keramik yang dikumpulkan dari Tanjungpinang dan daerah sekitarnya. Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah ditujukan sebagai pusat studi wisata budaya, pelestarian, dan upaya menjadikan masyarakat lebih menghayati nilai luhur kebudayaan (Sumber: asosiasimuseumindonesia.org)
Museum bertamaddun melayu ini mengambil nama sultan pertama kerajaan Riau Lingga (Riau–Johor–Pahang–Lingga: 1722), yang kekuasaannya berawal di Sungai Carang (Hulu Riau). Visi dan Misi museum ini adalah “Pengembangan museum sebagai pusat pelestarian dan informasi sejarah budaya Tamadun Melayu”. Visi Misi ini memperlihatkan adanya semangat dan cita-cita pemerintah dan pengelola museum untuk menampilkan akar sejarah-budaya Tamadun Melayu di kawasan Provinsi Kepulauan Riau (Sumber: kepri.travel)