Lebih tua dari Masjid Jami Sumenep
Langgar Bindhara Saod berada tidak jauh dari Masjid Jami Sumenep. Tepatnya di sebelah timurnya. Untuk mencapai Langgar yang berada di belakang Gedung Binamarga ini diperlukan waktu lima menit berjalan kaki dari Keraton Sumenep. Letak Langgar berada di dalam gang di antara rumah penduduk. Tidak begitu terlihat dari jalan. Hanya atap Langgar yang menjadi penanda karena terlihat tidak sejajar dengan jalan.
Di halaman Langgar terdapat satu prasati yang hampir tertutup tumpukan kayu. Prasasti itu menyebutkan bahwa Langgar ini adalah wakaf dari Bendoro Moh. Saod saat beliau memerintah di Sumenep. Bendoro Saod atau Bindhara Saod merupakan Raja Sumenep yang bergelar R. Tumenggung Tirtinegoro (1750–1762). Ia merupakan anak dari Bindhara Bungso (K. Abdullah) dari Batu Ampar. Ia juga merupakan ayah dari Panembahan Notokusumo I (1762–1811), yang kelak membangun Masjid Jamik Sumenep yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Jauh dari suasana damai dan tenang layaknya rumah ibadah
Sayang sekali, Langgar yang sudah berdiri sejak abad ke-18 ini tidak lagi digunakan. Tidak ada yang mendirikan shalat di dalamya. Tidak terdengar lagi suara bedug yang terbujur di sudut Langgar. Padahal lima tahun lalu, saat penjual bunga belum direlokasi ke Bangkal, mushola ini menjadi tempat shalat mereka.
Sebagian besar dari Langgar yang berusia lebih dari dua abad itu tampak asli. Hanya lantai dan sebagian dinding bagian dalam telah ditutupi keramik. Kondisi Langgar saat ini sangat tidak terawat. Pintu masuk utama yang berada di sisi timur ditutup pagar bambu. Satu daun pintu sederhana yang terbuat dari bambu manjadi penutup pintu di sisi utara. Bagian dalamnya kotor dan berdebu. Tampak bahan bangunan berserakan di dalamnya. Plafon Langgar dihiasi rumah laba-laba. Menutupi indahnya ukiran kayu jati berwarna emas dan hijau. Jauh dari suasana damai dan tenang layaknya rumah ibadah.
Langgar Bindhara Saod yang lebih tua dari Masjid Jamik Sumenep merupakan peninggalan tak ternilai dari seorang tokoh yang melegenda di Sumenep, Bindhara Saod. Idealnya harus terjaga dan terawat dengan baik. Menjadi tempat warga di sekelilingnya beribadah kepada Robbnya. Menjadi tempat para pencinta sejarah dan pelestari Cagar Budaya menikmati kekunoannya.
Dapat dibayangkan jika ruang di sebelah timurnya terbuka. Tak terhalang satu bangunan pun. Menjadikan Langgar ini lebih terlihat dan mudah ditemukan. Tentu akan menjadi tempat ibadah yang baik. Menjadi warisan yang berharga untuk anak dan cucuk kita kelak. (Asri Hayati Nufus)
Baca juga
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/menata-kembali-masjid-jami-sultan-nata/