(Thai Underwater Archaeology Department dan National Maritime Museum, Thailland)
25-27 Desember 2014
Oleh: Khanifuddin Malik
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang ke dua di dunia menyimpan potensi yang sangat besar di bidang maritim. Selain kekayaan laut yang melimpah, Indonesia juga memiliki kekayaan lain berupa peninggalan benda-benda berharga yang terdapat di dasar laut. Peninggalan tersebut biasanya merupakan kapal-kapal karam yang dahulu digunakan sebagai pengangkut barang dagangan dari Tiongkok maupun negara lainnya menuju tanah Jawa dan sekitarnya. Selain itu terdapat pula banyak kapal perang yang karam dan pesawat tempur yang jatuh di perairan Indonesia selama masa perang dunia I dan II. Seluruh peninggalan tersebut merupakan kekayaan negara Indonesia sebagai Cagar Budaya yang wajib dilestarikan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Sejalan dengan hal tersebut, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menekankan prioritas tentang dunia kemaritiman Indonesia dalam program visi pembangunan bangsa ke depan. Hal ini semakin menguatkan niat Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman untuk meningkatkan upaya pelestarian Cagar Budaya bawah air yang berada di wilayah maritim Indonesia. Salah satu upaya tersebut adalah peogram pembangunan pusat pelatihan pelestarian cagar budaya bawah air di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sejak 2012, telah dilaksanakan pelatihan pelestarian Cagar Budaya bawah air di Makassar yang diikuti oleh peserta dari Indonesia dan beberapa negara di kawasan Aisa Tenggara seperti Thailand, Filipina, dan Kamboja. Para pengajar dalam pelatihan ini merupakan para ahli selam dan eksplorasi bawah air, terutama yang berhubungan dengan penyelamatan Cagar Budaya dari beberapa negara seperti Thailand, Australia, dan Filipina. Seluruh biaya untuk melaksanakan pelatihan tersebut bersumber dari APBN, DIPA Direktorat Pelestaraian Cagar Budaya dan Permuseuman.
Di Kawasan Asia Tenggara, Thailand adalah sebuah negara yang maju dalam bidang pelestarian Cagar Budaya bawah air. Negara ini termasuk leading country dalam pelestarian kebudayaan, termasuk Cagar Budaya. Thailand memiliki Kementerian Kebudayaan sendiri, sehingga negara tersebut selalu fokus dalam mengelola budaya yang dimiliki. Salah satu Departemen yang berada di bawah Kementerian Kebudayaan adalah Department of Fine Art yang membawahi The Thai Underwater Archaeological Office. Kantor arkeologi bawah air ini berada di Kota Chantaburi, sekitar 200 km dari kota Bangkok. Di kota ini juga terdapat Museum Maritim Nasional yang menyimpan, menyajikan, dan mengelola koleksi-koleksi cagar budaya bawah air yang ditemukan di wilayah Thailand.
Pada 2014 ini, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mengirimkan delegasi ke Thailand untuk menjajaki kerjasama program, terutama program pelestarian Cagar Budaya bawah air melalui kegiatan Perjalanan Luar Negeri.
Tujuan
Tujuan dari kunjungan kerjasama ke Thailand ini adalah:
- Menjajaki kerjasama program pelestarian Cagar Budaya Bawah Air.
- Studi banding program pelestarian Cagar Budaya Bawah Air.
- Mempelajari storyline dan manajemen pengelolaan Museum Maritim Nasional Thailand untuk dijadikan sebagai salah satu contoh untuk Museum Maritim Indonesia di Belitung
Waktu
Kunjungan kerjasama ke Thailand dilaksanakan selama 3 hari pada 25-27 Desember 2014.
Peserta
Delegasi yang dikirim untuk kunjugan kerjasama ke Thailand sebanyak 2 orang pegawai dari 3 orang yang direncanakan. Kedua pegawai tersebut adalah Dewi Murwaningrum, M.Hum dan Khanifudin Malik, MA. Sedangkan Kosasih Bismantara, S.H batal mengikuti kunjungan disebabkan karena passport dinas yang yang bersangkutan harus diperpanjang terlebih dahulu, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk perpanjangan tidak dapat mengejar waktu pada saat kunjungan dilaksanakan.
Tempat
Kunjungan ini dilaksanakan di Thai Underwater Archaeology dan Museum Maritim Nasional di Kota Chanthaburi dan Kawasan Cagar Budaya termasuk Museum Nasional di Kota Bangkok.
Hasil
Dari kunjungan kerjasama ini didapatkan beberapa informasi penting dari narasumber-narasumber yang ditemui. Narasumber adalah Mr. Erbprem Vatcarangkul – Direktur The Thai Underwater Archaeology Office dan Ms. Anh Duangpond – Kepala Museum Maritim Nasional Thailand.
1. Thai Underwater Archaeology
Kantor Thai Underwater Archaeology berada di dalam satu kompleks yang sama dengan Museum Maritim Nasional, yaitu di dalam suatu benteng bersejarah. Tugas dan fungsi Kantor ini adalah mengurusi bidang arkeologi bawah air yang berada di bawah koordinasi Departement of Fine Arts, Kementerian Kebudayaan Thailand. Pimpinan kantor ini adalah seorang Direktur. Beliau adalah seorang arkeolog lululan University of York, Inggris, teman seangkatan mantan Direktur Jenderal Kebudayaan, Bapak Hari Untoro Drajat. Pegawai kantor ini berjumlah 25 orang, terdiri atas 15 orang PNS dan 10 orang tenaga kontrak.
Bangunan kantor ini sedang direnovasi, sehingga pegawainya masih menumpang di kantor Museum Maritim. Pada saat ini sedang dibangun kolam renang untuk latihan penyelaman khusus untuk penelitian arkeologi bawah air di sebelah kiri kantor yang sednag direnovasi. Kolam renang khusus ini adalah kolam renang untuk pelatihan arkeologi yang pertama di dunia. Kedalaman kolam renang ini mencapai 12 meter, sehingga cocok untuk pelatihan selam. Selain itu, lantai kolam renang yang dangkal dilengkapi kait-kait yang dipasang dengan aman yang dipersiapkan untuk membuat jaring khusus untuk pengukuran dan eksplorasi benda dan struktur yang diduga sebagai cagar budaya bawah air.
Anggaran untuk pembuatan kolam dan renovasi kantor ini diperkirakan mencapai 1 juta US Dollar atau sekitar 13 Milyar Rupiah. Anggaran berasal dari pemerintah, khususnya Kementerian Kebudayaan. Namun, dalam mewujudkan anggaran ini Direktur memerlukan waktu 10 tahun untuk mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat Thailand. Pekerjaan renovasi kantor dan pembuatan kolam pelatihan selam akan selesai pada Februari tahun 2015.
Pelatihan Selam Arkeologi Bawah Air
Pemerintah Thailand bekerjasama dengan UNESCO telah berhasil menyelenggarakan pelatihan selam untuk eksplorasi Cagar Budaya bawah air untuk seluruh negara-negara di Asia Tenggara dan beberapa negara di Asia Pasifik sejak 2009. Biaya pelatihan ini merupakan hibah dari Pemerintah Kerajaan Norwegia kepada UNESCO Bangkok. Pelatihan ini bagian dari proyek yang berjudul ‘Safeguarding the Underwater Cultural Heritage of Asia and the Pacific: Building Regional Capacities to Protect and Manage Underwater Archaeology Sites through the Establishement of a Regional Centre of Excellence Field Training Facility and Programme of Instruction’.
Tujuan dari Pelatihan ini adalah:
- Menyiapkan negara-negara di Asia Pasifik untuk meratifikasi dan mengimplementasikan konvensi UNESCO tahun 2001 dan mendorong kolaborasi para ahli di antara negara-negara tersebut
- Membangun kemampuan regional dalam melindungi dan mengorganisasi Cagar Budaya bawah air di negara-negara Asia Pasifik
- Meningkatkan keprofesionalan arkeologi bawah
- Membantu dan mendorong negara-negara di Asia Pasifik dalam membangun unit arkeologi bawah air di negara masing-masing
- Mempromosikan pendekatan multidisipin dalam pelindungan dan pengelolaan Cagar Budaya bawah air
- Menyediakan wadah untuk menjalin kerjasama di antara negara-negara di Asia Pasifik
- Menyebarluaskan praktek terbaik (best pactise) dalam eksplorasi Cagar Budaya bawah air yang dimiliki oleh negara-negara di Asia Pasifik
- Melanjutkan program arkeologi maritim di kawasan Asia-Pasifik.
Perlu digarisbawahi bahwa Thailand berkomitment untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ekplorasi Cagar Budaya bawah air, sehingga UNESCO sangat mengapresiasi langkah tersebut. UNESCO mencarikan dana dari berbagai negara untuk mendukung usaha tersebut, sehingga pelaksanaan pelatihan selam untuk eksplorasi bawah air di Thailand sangat maju karena dukungan finansial yang memadai. Bahkan di Chanthaburi juga telah didirikan sebuah training centre atau biasa disebut sebagai ‘markas’ bagi para peserta dan trainer selama kegiatan pelatihan berlangsung. Di training centre ini terdapat 8 kamar yang masing masing terdapat 2 kamar double deck, sehingga bisa menampung 32 orang. Ruang aula yang digunakan sebagai ruang perkuliahan terdapat di bagian belakang gedung yang letraknya langsung menghadap ke laut. Training centre ini telah memiliki perahu dan peralatan khusus yang biasa digunakan untuk pelatihan di laut lepas.
Majunya fasilitas dan program pelestarian Cagar Budaya bawah air di Thailand ini dimulai dari beberapa tahun lalu ketika pusat pelatihan selam UNESCO yang berada di Srilanka terkena musibah, sehingga dipindahkan ke Thailand. Selain itu, UNESCO Bangkok merupakan pusat kebudayaan untuk kawasan Asia Pasifik sehingga anggaran UNESCO pusat di Paris untuk bidang kebudayaan banyak dikucurkan di UNESCO Bangkok.
Pada 2015, training centre ini juga akan melaksanakan workshop tentang konservasi perahu sulam. Panitia juga telah mengirimkan surat undangan mengenai hal ini dan masih menunggu jawaban dari Direktur PCBM. Seluruh biaya pelatihan seperti biasa ditanggung oleh panitia penyelenggara.
Perlu disampaikan pula bahwa negara Thailand menerapkan tahun anggaran yang berawal di Bulan Oktober dan berakhir di Blan September. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang menerapakan awal tahun anggaran pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Desember. Sehingga untuk kerjasama bilateral ke depan, Indonesia harus dapat menyesuaikan dengan tahun anggaran mereka agar kerjasama dapat berjalan dengan lancar.
Sebagai tambahan informasi, menurut Bapak Erbprem Vatcharangkul yang beberapa kali menjadi narasumber pelatihan selam untuk ekslporasi Cagar Budaya bawah air di Indonesia, pelaksanaan pelatihan di di Indonesia tersebut perlu ditingkatkan lagi kualitasnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah koordinasi di antara para narasumber agar materi yang disampaikan tidak tumpang tindih, sehingga pelatihan bisa berjalan lebih efektif.
2. Museum Maritim Nasional
a. Sejarah Museum. Museum Maritim Nasional telah berdiri sejak 12 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2002. Museum ini merupakan museum maritim pertama di Asia Tenggara. Sekarang ini sudah terdapat beberapa Museum Maritim di Asia Tenggara seperti di Singapura dan Malaysia. Indonesia sedang membangun Museum Maritim di Provinsi Bangka Belitung yang telah dimulai sejak 2011.
b. Bangunan dan Isi Museum
Museum Maritim Thailand terdiri dari 2 lantai yang terbagi menjadi 6 ruangan.
1) Ruang artefak dan barang yang berhubungan dengan perdagangan
Ruang ini memamerkan barang-barang dagangan pada abad ke-17 dan mengilustrasikan kehidupan pedagang maritim pada abad itu.
2) Ruang Arkeologi bawah air
Ruang ini menampilkan pengenalan terhadap arkeologi bawah air termasuk gambaran teknik ekskavasi yang berbeda dengan ekskavasi arkeologi biasanya. Selain itu ditampilkan beberapa peralatan ekskavasi bawah air yang berbeda dengan peralatan arkeologi di darat.
3) Warehouse atau storage
Storage ini merupakan tempat penyimpanan barang-barang yang ditemukan oleh arkeolog bawah air. Storage ini ditampilkan dengan sangat rapih, tidak seperti storage pada umumnya. Pengunjung dapat melihatnya melalui jendela kaca yang lebar namun tidak diperbolehkan memasuki ruangan storage.
4) Ruang Perahu
Ruang ini menampilkan berbagai bentuk perahu yang digunakan oleh rakyat Thailand dari waktu ke waktu. Perahu yang ditampilkan meliputi seluruh perahu baik yang digunakan oleh rakyat biasa maupun perahu kerajaan Thailand.
5) Ruang Perhiasan Chanthaburi
Ruang ini menampilkan sejarah Provinsi Chanthaburi. Ruang ini menampilkan asal dan sejarah Provinsi Chanthaburi termasuk tempat wisata yang menarik serta hasil bumi Chanthaburi seperti buah-buahan dan batu-batu perhiasan
6) Ruang Hall of fame Raja
Ruang ini menampilkan kehidupan Raja Taksin termasuk peperangannya yang heroik melawan bangsa Birma yang difokuskan pada jatuhnya kerajaan Ayutaya.
Hal yang menarik adalah bahwa seluruh museum dilengkapi dengan ramp yang ditujukan untuk pengunjung yang disable. Sedangkan hal yang mungkin dapat ditingkatkan di museum ini adalah pemasangan audio visual yang interaktif ataupun audio guide. Namun, instalasi fasilitas-fasilitas ini pasti membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan hal ini cukup sulit diterapkan karena adanya pemotongan budget untuk pengelolaan permuseuman di Thailand. Di Thailand terdapat 43 museum bertaraf nasional. Karena ada pemotongan budget ini, maka jumlah museum tingkat nasional akan dikurangi dan belum dapat diketahui bagaimana pengelolaan museum tingkat nasional selanjutnya, termasuk Museum Maritim.
c. Pengelolaan Museum
Museum ini dikelola oleh pemerintah, di bawah Kementerian Kebudayaan, tepatnya Department of Fine Arts. Pengelola museum ini hanya terdiri atas tiga PNS (2 kurator dan 1 administrator) dan 15 orang honorer. Museum dibuka untuk umum pada Rabu-Minggu jam 09.00-16.00 (Libur pada Senin dan Selasa). Tiket masuk museum untuk pengunjung Asing adalah 100 Baht (Rp. 40.000), sedangkan masyarakat Thailand tidak dipungut biaya. Fasilitas yang terdapat di Museum ini antara lain adalah souvenir shop, kantin, toilet yang bersih dan parkir yang cukup luas.
3. Kunjungan Tambahan
Selain mengunjungi kedua tempat di atas, dilakukan juga kunjungan mandiri ke beberapa pusat kebudayaan di Kota Bangkok di antaranya Kompleks Grand Palace, Wat Arun, Wat Pho, dan Museum Nasional Thailand. Perlu disampaikan di sini bahwa semua Cagar Budaya yang dikunjungi dirawat dengan sangat baik. Cagar Budaya tersebut dilestarikan hingga pada tahap pemanfaatannya, sehingga Cagar Budaya tersebut dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat walaupun pengelolaannya dikendalikan oleh Kerajaan Thailand.
Rencana untuk mengunjungi kantor UNESCO tidak terlaksana, sebab mulai 19 Desember 2014 hingga 5 Januari 2015 kantor tersebut libur panjang Natal dan Tahun Baru.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil kunjungan kerjasama program ini bisa sampaikan beberapa rekomendasi untuk Direktorat Pelestarian Cagar budaya dan Permuseuman:
- Direktorat PCBM perlu melaksanakan penjajakan kerjasama yang intensif dengan Museum Maritim Nasional Thailand terutama dalam pengkajian storylinenya agar Museum Maritim Belitung bisa dibangun lebih baik daripada Museum di Thailand. Namun perlu disampaikan pula bahwa Museum Maritim Thailand memiliki kekurangan, yaitu bahwa kajian story line nya baru dikerjakan ketika pembangunan gedung telah selesai, sehingga terdapat beberapa perubahan pada konstruksi gedung guna menyesuaikan dengan story line Hal ini diakui oleh Kepala Museum sebagai kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan. Oleh sebab itu Kajian story line Museum Maritim Belitung harus dikerjakan sebelum pembangunan gedung, paling tidak beriringan dengan perencanaan pembangunan gedung.
- Pusat pelatihan eksporasi Cagar Budaya bawah air Thailand menjadi salah satu yang termaju di dunia. Hal ini dapat terwujud sebab pemerintah memperhatikan bidang ini secara serius dan memiliki lembaga tersendiri yang mengurusinya. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman diharapkan dapat merekomendasikan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayan RI untuk lebih memperhatikan bidang pelestarian Cagar Budaya bawah air, terlebih Presiden RI saat ini, Joko Widodo, menekankan prioritas kemaritiman di Indonesia sebagai leading sector program pembangunannya.
- Pelestarian Cagar Budaya di Thailand sudah dilakukan dengan baik hingga tahap pemanfatannya. Indonesia yang memiliki keanekaragam budaya dari Sabang hingga Merauke memilki potensi yang jauh lebih besar untuk dikembangkan dan dimanfatkan untuk kemajuan pembangunan bidang kebudayaan, pendidikan, sosial dan ekonomi.