Kota Kapur, Pelabuhan Andalan Sriwijaya pada Abad VII

0
3603
Tonggak-tonggak kayu sisa dermaga Pelabuhan Kota Kapur di tepi sungai Menduk, (dok. Puslitarkenas 2013).
Tonggak-tonggak kayu sisa dermaga Pelabuhan Kota Kapur di tepi sungai Menduk, (dok. Puslitarkenas 2013).

Serangan Balatentara Śrīwijaya

Balatentara Śrīwijaya datang menyerang Kota Kapur dari Palembang melalui Sungai Musi. Kemudian menyebarang Selat Bangka, dan masuk ke Sungai Menduk di Pulau Bangka di daerah Kota Kapur. Bala tentara itu berasal dari Palembang. Kota yang menjadi pusat pemerintahan yang didirikan pada 16 Juni 682. Setelah menyerang Kota Kapur, balatentara Śrīwijaya kemudian melanjutkan penyerbuannya ke bhūmi jāwa, sebagaimana disebutkan di dalam prasasti. Dari informasi ini tampak bahwa balatentara Śrīwijaya tiba dan berangkat dari Kota Kapur melalui pelabuhan. Pelabuhan yang dimaksud diduga merupakan pelabuhan sungai yang ada di tepi sungai Menduk.

Pelabuhan Kota Kapur berada di tepi sungai Menduk. Agak jauh sekitar 3 km dari muara sungai di Selat Bangka. Dengan demikian secara teoritis lokasinya sebagai pelabuhan sangat ideal. Terlindung dari angin dan arus selat yang kuat Berair tenang (Sungai Menduk berair tenang) karena terlindung dari hutan bakau yang banyak terdapat di tepiannya. Dugaan ini perlu dikonfirmasi melalui kajian arkeologi maritim di lapangan dan konteksnya dengan bentengtanah Kota Kapur.

Ramai tidaknya pelabuhan dapat tergantung dari berbagai faktor, di antaranya yang terpenting adalah faktor ekologi sebagai faktor determinan. Pelabuhan yang baik adalah tempat kapal dapat berlabuh dengan aman, terlindung dari ombak yang besar, angin, dan arus yang kuat (Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 2009:141). Tempat yang paling ideal bagi pelabuhan adalah di sebatang sungai, agak jauh ke dalam. Akan tetapi lebar dan kedalaman sungai membatasi perkembangan pelabuhan bersangkutan.

Pelabuhan Śrīwijaya yang letaknya di kota Palembang sekarang merupakan pelabuhan sungai yang ideal. Sungai Musi yang lebar dan dalam serta agak jauh dari laut, menjadikan kota Śrīwijaya terus berkembang hingga sekarang menjadi kota Palembang. Lain halnya dengan pelabuhan Kota Kapur. Letaknya memang tidak jauh dari muara sungai, tetapi lebar dan kedalaman sungai Menduk (pada masa sekarang) kurang memenuhi syarat untuk dapat berkembang menjadi kota seperti Palembang.

Kota Kapur tambang timah

Situs Kota Kapur memiliki kontur tanah yang bergelombang lemah. Sebagian merupakan perbukitan, dan sebagian lagi rawa-rawa dengan vegetasi tanaman bakau. Terutama di tepian sungai Menduk, mulai dari hilir hingga muara di Selat Bangka. Di daerah kaki perbukitan, di lembah di antara Bukit Besar dan bukit Kota Kapur banyak terdapat lubang bekas galian penambangan timah penduduk. Dahulu merupakan areal penambangan resmi pemerintah kolonial. Karena dipandang sudah tidak ekonomis lagi, penambangan tersebut dilanjutkan oleh penduduk secara sembarangan. Akibatnya lingkungan menjadi rusak.

Kalau dilihat dari kondisi geografis Kota Kapur, secara teoritis pemukiman di sini pernah mengalami masa kejayaan. Penduduk telah mengadakan kontak dengan daerah lain di luar Bangka, khususnya di luar Kota Kapur. Tinggalan budaya masa lampau yang berupa arca dengan langgam pre-Angkor merupakan buktinya. Boleh jadi penduduk di sini juga telah mengadakan kontak dagang dengan India Selatan. Beberapa situs arkeologi di daerah lahan basah di muara Musi, seperti di Situs Air Sugihan, yang letaknya agak di seberang Kota Kapur di pesisir timur Sumatra, banyak ditemukan manik-manik batu karnelian. Manik-manik batu ini merupakan komoditi perdagangan dari India Selatan yang ramai diperdagangkan pada sekitar abad ke-56 Masehi. Dengan demikian masyarakat di Air Sugihan telah mengenal perdagangan jarak jauh, baik dengan India maupun dengan Tiongkok. Tidak mustahil, kelompok masyarakat di Kota Kapur juga telah mengenal perdagangan jarak jauh, setidak-tidaknya dengan Angkor.

Melalui kajian arkeologi maritim penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana posisi pelabuhan Kota Kapur terhadap pemukiman yang terdapat di dalam lingkungan bentengtanah; bagaimana gambaran (rekonstruksi) pelabuhan sungai Kota Kapur; komoditi perdagangan apa yang dikapalkan melalui pelabuhan sungai di Kota Kapur. Selengkapnya baca di sini.