Konservasi Perahu Rembang Memerlukan Kreativitas

0
3105
Sekoci dalam Mangkuk Perahu Kuna Rembang.
Sekoci dalam Mangkuk Perahu Kuna Rembang.

Diketahui melalui analisis radiokarbon pada ijuk

Mengonservasi benda cagar budaya yang berusia sangat tua tidaklah mudah. Apalagi berupa kayu yang berusia ratusan tahun. Salah satunya perahu yang berasal dari antara abad ke-7 atau 8 M. Papan-papan kayu yang membentuk perahu itu berusia lebih tua dari Candi Borobudur. Bisa juga sezaman dengan Mataram Hindu. Usia perahu itu diketahui melalui analisis radiokarbon pada ijuk yang digunakan sebagai tali pengikat.

Perahu kuna itu ditemukan di Desa Punjulharjo, Rembang, Jawa Tengah. Ketika seorang penduduk desa hendak membuat tambak garam. Tepatnya pada 26 Juli 2008, perahu ditemukan pada kedalaman 2 m dengan posisi membujur timur-barat. Perahu dengan panjang 18 m ini kini sedang dalam perawatan.

Kayu yang setelah berabad-abad terendam air, jika diangkat dan dikeringkan akan menyusut dan pecah. Untuk menghindari itu maka bagian dari kayu yang tadinya terisi air harus diganti dengan larutan yang bernama Polyethylene glycol (PEG).

Pertama di Indonesia

Konservasi kayu di Rembang ini adalah yang pertama di Indonesia dengan biaya yang sangat besar. Selain rumit dan lama, juga memerlukan kreativias. Salah satunya membuat mangkuk berukuran besar. Tentunya lebih besar dari perahu. Agar bagian-bagian perahu dapat sepenuhnya terendam larutan PEG.

Mangkuk yang berukuran besar ini memerlukan larutan yang sangat banyak. Akibatnya biaya yang dikeluarkan menjadi sangat mahal. Untuk mengatasinya dibuatlah sekoci. Lalu bagaimana sekoci ini bisa mengurangi volume larutan PEG. Sekoci ini ditaruh mengambang di tengah mangkok treatmen, sehingga volume larutan PEG  digantikan dengan benda ini.

Sekoci itu menyerupai perahu, yang bagian bawahnya datar. Berbentuk dua trapesium pada bagian depan dan belakang. Dengan ukuran garis sejajarnya satu meter dan tiga meter. Bagian tengahnya berbentuk empat persegi panjang.

Bidang atas pada bagian depan dan belakang berbentuk dua trapesium. Bagian tengahnya berbentuk empat persegi panjang. Panjang bidang datar 12 meter, dan lebar bagian tengah tiga meter. Tinggi antara bidang atas dan bawah satu meter.

Kerangka sekoci terbuat dari besi holo berukuran  4 x 4 x 0,2 cm. Lalu dirangkai dengan cara dilas. Bagian lambung dan bawah ditutup dengan kayu lapis setebal 18 mm. Kemudian dilapisi dengan dua lapis serat kaca. Bagian atasnya ditutup dengan kayu lapis setebal 12 mm tanpa bahan pelapis.

Pembuatan sekoci dilakukan di luar mangkok treatmen. Lalu diusung secara manual ke atas mangkuk. Kemudian diturunkan ke dalam larutan PEG dengan 6 katrol, yang digantungkan pada tiang besi.

Menerapkan hukum Archimides

Bagian bawah sekoci yang datar menyulitkan untuk tenggelam. Malah cenderung mengapung. Untuk mencapai posisi yang diinginkan harus diberi beban. Empat belas drum berisi air yang masing-masing berisi 0,2 m³ atau setara dengan berat 2,8 ton dinaikan ke atas sekoci. Apabila berat sekoci diperkirakan 10 ton maka total berat sekoci plus air adalah 12,8 ton. Jadi menurut hukum Archimides larutan PEG yang dipindahkan dengan Berat jenis 1,04 adalah 12,8 : 1,04 = 12,30 m³.

Setelah posisinya sesuai, sekoci  dilas pada 6 setatip yang terbuat dari besi. Setatip itu ditancapkan ke dalam tanah sedalam 1 meter. Kemudian dicor dengan beton. Jika terjadi penguapan drastis, sekoci akan turun. Agar tetap stabil, maka setiap sudut sekoci diikat dengan tali/tambang berdiameter 16 mm ke tiang besi.

Posisi sekoci tidak boleh naik atau turun, karena berhubungan langsung dengan sistim pemanas. Sistem ini berada di bawah sekoci. Berupa empat pipa pemanas stainlles steel berdiamter 1 inch tebal 1 mm. Setiap terjadi penguapan harus ditambah larutan sampai level yang telah ditentukan. Sebaliknya, bila terjadi penambahan volume harus diikuti dengan penambahan beban pada sekoci. Sistem pemanas ini akan diuraikan pada tulisan lain.