Kongres IAAI 2017 dan PIA XIV Resmi Dibuka

0
964
Direktur Jenderal Kebudayaa, Hilmar Farid, saat memberikan sambutan sekaligus membuka Kongres IAAI 2017 dan PIA XIV di Bogor.
Direktur Jenderal Kebudayaa, Hilmar Farid, saat memberikan sambutan sekaligus membuka Kongres IAAI 2017 dan PIA XIV di Bogor.

Kebudayaan adalah sumber daya pendidikan karakter

Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) 2017 dan Pertemuan Ilmiah Arkeologi XIV resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, yang mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 24 Juli 2017 di Hotel Novotel, Bogor, Jawa Barat.

Dalam sambutannya Hilmaf Farid mengatakan bahwa kebudayaan adalah sumber daya pendidikan karakter. Arkeologi telah berperan aktif membangun pengetahuan tentang sejarah peradaban bangsa Indonesia, yaitu sejak akhir abad ke-19 hingga sekarang. Hasil-hasil yang dihimpun oleh cendekiawan bumiputera dan Eropa di awal pertumbuhannya memunculkan banyak informasi yang masih relevan hingga sekarang. Misalnya tentang manusia purba, saat Pulau Jawa menjadi salah satu tempat yang sangat sedikit di dunia untuk menjelaskan evolusi kebudayaan yang berlangsung jutaan tahun lamanya.

Pengetahuan masa lalu yang tidak terdukung data tekstual akan selalu dan menjadi tugas besar disiplin ilmu arkeologi untuk menyumbangkan hasil-hasil kajiannya bagi penulisan sejarah. Bahan-bahan ini sudah lama dikemas menjadi bahan ajar untuk kepentingan pendidikan melalui jalur sekolah atau luar sekolah. Memungkinkan dipahaminya proses terbentuknya bangsa dan kemajemukan budayanya oleh peserta didik.

Hasil kajian arkeologi menyumbang informasi yang kaya tentang diaspora penduduk, pertukaran budaya, dan kontak sosial. Menyadarkan kita akan kekokohan landasan negara yang tersusun dari kelompok-kelompok masyarakat beragam yang tersebar di berbagai pulau di Nusantara. Laut justru berperan sebagai pemersatu bukannya pemisah.

Interaksi kemaritiman di Indonesia meninggalkan jejak panjang terbentuknya peradaban

Pertumbuhan peradaban bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh maritim, demikian halnya dengan bangsa-bangsa lain yang terhubung dengan laut. Melalui laut dan pantai kontak-kontak budaya lebih intensif terjadi. Mempengaruhi munculnya pola baru di dalam kehidupan masyarakat seperti di bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, demikian pula dengan agama. Munculnya pemerintahan bercorak Hindu, Buddha, Islam, dan Nasrani di masa lalu menjadi bukti bahwa interaksi kemaritiman di Indonesia meninggalkan jejak panjang terbentuknya peradaban.

Pengalaman tersebut perlu selalu diingat dalam sistem pembangunan budaya nasional, yang sering dihadapkan pada wacana-wacana baru, tetapi bertolak belakang dengan fakta. Generasi muda perlu memperoleh informasi yang tepat, adil, dan tidak membingungkan. Supaya terbuka peluang bagi mereka untuk membangun kepribadian yang kokoh. Karakter kepribadian yang kokoh bisa diciptakan melalui jalur pendidikan, dengan menggunakan pemikiran-pemikiran yang nalar, terarah, tetapi mudah dicerna. Bahan-bahan di bidang kebudayaan, termasuk dari lingkup arkeologi, mempunyai nilai yang strategis berkontribusi dalam mencapai tujuan itu.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan tetap membutuhkan sumbangan pemikiran dari para arkeolog, yang berurusan langsung dengan kekayaan budaya masa lalu. Untuk itu semua pihak perlu bersama-sama memikirkan bagaimana menghasilkan rumusan kebijakan, dasar hukum, atau program-program yang berkontribusi langsung kepada upaya pelestarian jangka panjang, baik cagar budaya yang berada di darat maupun di air sebagai modal sosial.

Perintah undang-undang sudah menugaskan kementerian yang membidangi kebudayaan sebagai leading sector mengampu pelestarian cagar budaya. Oleh karena itu sangat tepat bila IAAI sebagai organisasi profesi tunggal di bidang arkeologi dapat menyumbangkan pemikiran konstruktif untuk menjaga warisan budaya masa lalu tersebut, dan mengembangkan alternatif yang bermanfaat bagi masyarakat.