Semua benda yang terbuat dari tanah liat bakar. Ada tiga jenis bahan keramik yang selama ini dikenal yaitu tembikar, bahan batuan, dan porselen.
Bahan batuan disebut juga stoneware, berwarna agak keabuan dan banyak mengandung feldspar, alumina, silikat, sedikit soda dan kaolin. Bahan batuan memiliki sifat keras karena dibakar pada suhu lebih dari 1200o C dan bila pecah dapat menghasilkan pecahan dengan tepian yang tajam. Tembikar terbuat dari tanah liat biasa, pada umumnya agak lunak karena hanya dibakar pada suhu 500o s.d 800o C sehingga mudah pecah. Warna tembikar berkisar dari kehitaman, coklat sampai dengan merah. Oleh masyarakat Jawa, tembikar disebut gerabah, masyarakat Sunda menyebutnya tarawengkar dan oleh masyarakat Melayu disebut periuk belanga. Masyarakat Batak menyebutnya hudun tano.
Di antara ketiga bahan keramik itu porselen merupakan yang terbaik, umumnya berwarna putih karena banyak mengandung kaolin, yaitu tanah liat yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan yang didominasi oleh unsur silika dengan campuran feldspar dan alumina dalam konsentrasi yang lebih rendah. Porselen dibakar pada suhu lebih tinggi dibandingkan dengan bahan batuan, yaitu lebih dari 1300o C sehingga memiliki tingkat kebeningan dan kekompakan yang lebih baik. Bahan batuan dan porselen keduanya sama-sama memiliki sifat kedap air, sedangkan gerabah cenderung menyerap air karena memiliki pori-pori relatif lebih besar.
Bahan campuran dalam pembuatan gerabah yang bukan berasal dari tanah liat disebut temper. Temper dapat berupa sekam, jerami, rumput, potongan-potongan kayu, pasir, dsb. Temper yang terbuat dari bahan keramik disebut grog. Grog dihasilkan dengan cara menumbuk atau memecah-mecah keramik yang tidak dipakai lagi atau merupakan limbah. Bahan campuran berupa batu-batu kerikil, pecahan karang, atau pecahan-pecahan cangkang moluska seperti kerang maupun siput disebut grit. Nama khusus untuk pecahan keramik tembikar disebut kereweng. (Lihat: Glasir, Gloss, Slip, dan Wadah)