Tahukah Anda?
Kedudukan Ken Arok sebagai pendiri dinasti tidak dicatat dalam prasasti yang dikeluarkan atas namanya saat itu. Kedudukannya sebagai peletak dasar Kerajaan Singasari didukung oleh sumber epigrafi, yang dikeluarkan oleh cucunya, Wisnuwardhana, dalam prasasti Mula Malurung dan prasasti Maribong. Prasasti Mula Malurung bertarikh 1177 Saka (1255 M) dikeluarkan oleh Raja Sminingrat atau Wisnuwardhana, lempeng II.b.2-3 menginformasikan bahwa kakek (kaki) Raja Sminingrat adalah ia yang meninggal di tahta kencana (sang lina ring … dampa [l/r]mas). Beliau ditabiskan dan diarcakan sebagai Wisnu (maka swarupang wisnwarccha) pada Sang Hyang Dharma di Kagenengan.[1] Lempeng IX.a baris 6-7 menyebutkan dengan nama Bhatara Siwa yang meninggal di tahta kencana (dampa kanaka), sebagai pendiri kerajaan yang kini berada dalam kekuasaan Sminingrat (makasawana pandiri lmahi talapakan ra sanhuluna) dan pelindung bagi seluruh pulau Jawa serta telah menaklukkan pulau-pulau lainnya (pinakaicchatra ning bhuwana sayadwipamandala anuluyani nusantara).[2] Pada lempeng IIb: 2–3 menegaskan kakek Sminingrat yang meninggal dunia di kursi emas didharmakan di Kagenengan dalam wujud arca Wisnu. Prasasti Maribong (Trawulan II) bertarikh 1186 Saka (1264 M) dikeluarkan oleh raja yang sama, menyebutkan bahwa kakeknya telah berhasil menentramkan dan mempersatukan dunia (swapita-mahastawanabhinnasranta lokapala).
[1] Lempeng II dari tamraprasasti Mula Malurung ditemukan di sebuah ruko di pasar Rebo Kota Kadiri pada tahun 2000 beserta lempeng IV dan VI, sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
[2] (Boechari 1985/1986:187)
(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)