Jejak Syekh Maulana Ishaq di Masjid Tiban Babussalam

0
6848
Masjid Tiban Babussalam, masjid tua di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Masjid Tiban Babussalam, masjid tua di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. (foto: Ade Dani)

Menyimpan sejarah napak tilas dakwah Syekh Maulana Ishaq

Masjid Tiban Babussalam menyimpan sejarah napak tilas dakwah Syekh Maulana Ishaq. Syekh Maulana Ishak adalah tokoh penting dalam penyebaran agama Islam. Ulama ini menikah dengan Dewi Sekardadu, putri dari Raja Blambangan. Pernikahan tersebut dikaruniai seorang putra yang sholeh bernama Ainul Yaqin, atau lebih dikenal dengan Sunan Giri.

Tidak sulit untuk menemukan masjid ini, karena berada di tepi jalan pantura. Tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta, Nomor137, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan. Letaknya yang di tepi jalan ini menjadikan Masjid Tiban Babussalam sebagai tempat singgah oleh orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Mereka menunaikan shalat sekaligus beristirahat di masjid ini.

Kabarnya masjid ini muncul secara tiba-tiba. Warga menemukannya ketika hendak membuka lahan di hutan bakau. Tidak pernah diketahui siapa pembuatnya. Oleh karena itu, masjid ini dinamai Tiban.

Atap Masjid Tiban Babussalam yang unik dengan mustoko asli di puncaknya.
Atap Masjid Tiban Babussalam yang unik dengan mustaka asli di puncaknya. Tampak sumur tua di kiri bawah foto. (foto: Pandu)

Perpaduan Arsitektur Islam dan Jawa

Masjid Tiban Babussalam dibangun dengan perpaduan arsitektur Islam dan Jawa. Menguatkan akulturasi budaya dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa. Bangunan lama yang berada di bagian barat tetap dipertahankan tanpa ada perubahan. Begitu juga dengan atap masjid pada bangunan lama yang bergaya nusantara. Atap lama itu bertumpang (susun) dua berbentuk prisma. Bagian puncak atap berhiaskan mustaka yang masih asli. Berbentuk kuncup bunga padma yang terbuat dari batu padas.

Masjid Tiban kini tampak lebih megah. Masjid ini diperluas pada 1974 dengan menambah bangunan baru. Salah satunya berada di sebelah selatan bangunan lama. Bangunan baru itu bernama pawestren. Berfungsi sebagai tempat sholat untuk jamaah wanita.

Bangunan lama dan bangunan baru memiliki bentuk dan arsitektur yang berbeda. Bangunan lama kental dengan gaya Jawa, sedangkan yang baru merupakan bangunan bergaya modern. Bangunan lama dirancang dengan menggunakan cara-cara kuno. Pembangunannya tidak menggunakan paku logam, melainkan pasak kayu untuk mengunci pasangan satu kayu dengan kayu lainnya. Sementara bangunan baru tampak lebih megah dengan kubah besar berwarna hijau di atasnya.

Tidak satupun data tertulis ditemukan di Masjid Tiban Babussalam. Hubungannya dengan tokoh Syekh Maulana Ishaq diperoleh dari beberapa benda yang ditemukan di sekitar masjid. Di antaranya petilasan Syekh Maulana Ishaq yang berada di belakang masjid. Hingga kini petilasan itu masih menjadi tempat orang memanjatkan doa.

Di halaman barat masjid terdapat pemakaman. Para ahli waris pengurus Masjid Tiban dimakamkan di tempat ini. Di makam tersebut masih ada batu besar yang konon dijadikan mimbar bagi Syekh Maulana Ishaq saat memberi khotbah. Tak jauh dari batu besar itu terdapat sumur tua. Airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tak jarang musafir yang singgah ke Masjid Tiban Babussalam menyempatkan diri untuk meminum air dari sumur tersebut. (Noverita)