Liang Bua menawarkan fase ilmu pengetahuan baru
Liang Bua, bagi dunia ilmu pengetahuan terutama arkeologi sempat menghebohkan dunia. Lalu, apakah sebenarnya Liang Bua? Bagi orang awam, nama ini terdengar asing. Namun bagi kalangan arkeolog Indonesia, Liang Bua merupakan tempat yang menawarkan fase ilmu pengetahuan baru.
Liang yang memiliki arti gua dari bahasa Manggarai dan Bua adalah nama gua tersebut. Tempat ini merupakan salah satu gua terpenting dalam penelusuran sejarah hunian Sapiens tertua tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Gua ini terletak di Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Profesor Harry Truman Simanjuntak salah satu peneliti prasejarah dari Pusat Arkeologi Nasional yang juga merupakan anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) mengatakan penelitian awal yang dilakukan pada 1980-an menunjukkan gua ini sudah sangat penting. “Terdapat kronologi budaya yang panjang dari paleolitik hingga logam,” ujar Truman, pada saat pelaksanaan kajian sidang TACBN di Labuan Bajo, Flores, NTT.
Ditemukan oleh Theodore Verhoeven
Liang Bua sudah banyak diteliti baik peneliti dari dalam maupun luar negeri. Namun, gua ini kali pertama ditemukan oleh Theodore Verhoeven seorang pastor sekaligus guru yang mengajar di Kabupaten Manggarai. Awalnya Verhoeven menemukan pecahan gerabah dan serpih batu di permukaan lantai gua. Hingga akhirnya dia melakukan test pit yang dilanjutkan dengan ekskavasi. Profesor Soejono pada 1978 dan 1979 juga melakukan ekskavasi. Ekskavasi pun terus berlangsung hingga 2000-an. Hasilnya, tinggalan yang ditemukan pada gua ini sangat kaya.
Sisa hewan purba di antaranya gajah purba atau stegodon, komodo, biawak, tikus, burung-burung besar, dan kura-kura beserta alat-alat serpih ditemukan di gua ini disamping sisa hunian dan kubur Neolitik dan Paleometalik.
Perempuan dengan perawakan kecil yang mendunia
Namun, temuan yang kaya ini belum cukup membuat Liang Bua mendunia. Temuan yang membuat dunia gempar adalah pada 2003 dengan ditemukannya sisa manusia dari 89 individu dari 38.000 hingga 18.000 tahun yang lalu. Penamaan LB 1 bagi salah satu rangka yang merupakan seorang perempuan dengan perawakan kecil berumur sekitar 30 tahun. Panjangnya hanya 105 cm dengan kapasitas otak 380 cc dan berat sekitar 30 hingga 40 kg.
Perempuan ini menghebohkan dunia lantaran tim yang menemukannya memublikasikan pada 2004 pada majalah “Nature” dengan menyebutnya sebagai spesies baru yang disebut Homo floresiensis. Tim yang dipimpin Mike Morwoof mengatakan bahwa beberapa karakter fisik dan volume otak penemuan yang seringkali disebut “Hobbit” ini mengingatkan pada Australopithecus dengan sebutan “Lucy” yang ditemukan di Afrika.
Liang Bua kini direkomendasikan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh TACBN namun sebelum bisa dikeluarkan Surat Keputusan sebagai Cagar Budaya peringkat Nasional, Liang Bua harus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah setempat. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Manggarai. Setelah memiliki SK maka Liang Bua dapat menjadi Situs Cagar Budaya peringkat Nasional. (Rucitra Deasy Fadila-Regnas)
Baca juga:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/giliran-liang-bua-di-manggarai-jadi-perhatian-tacbn/