Dari Gedung Inilah Proklamasi Bergema Ke Penjuru Dunia

0
3369
Gedung Galeri Fotografi Jurnalistik Antara, Pasar Baru Jakarta.
Gedung Galeri Fotografi Jurnalistik Antara, Pasar Baru Jakarta.

Gedung Galeri Foto Jurnalistik Antara

Dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pada 13 April 2018, Tim Registrasi Nasional, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, melakukan pendataan Gedung Galeri Foto Jurnalistik Antara (selanjutnya disingkat GFJA). Kegiatan ini dilaksanakan karena akan diajukannya Gedung GFJA sebagai Cagar Budaya berperingkat Nasional.

Setibanya di Gedung GFJA, kami diterima oleh Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Antara, Oscar Motuloh. Beliau menerima dengan sangat hangat dan ramah. Dalam diskusi yang berlangsung di lantai dua Gedung GFJA, Oscar Motuloh menjelaskan mengenai sejarah Gedung GFJA. Dahulu gedung ini merupakan tempat disiarkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Nilai sejarah tersebutlah yang mendorong untuk mendaftarkan Gedung GFJA sebagai Cagar Budaya Nasional.

Wawancara terkait aspek kesejarahan Gedung GFJA yang terkesan artistik dan unik.
Wawancara terkait aspek kesejarahan Gedung GFJA yang terkesan artistik dan unik.

Algemeen Niewsen Telegraaf Agentschap

Gedung GFJA dahulu merupakan kantor berita swasta milik Dominique Willem Berretty, seorang berkebangsaan Belanda. Kantor berita tersebut bernama Algemeen Niewsen Telegraaf Agentschap (ANETA). Pada masanya, kantor berita tersebut sangat eksis sampai Jepang berkuasa Indonesia pada 1942. Pada masa pendudukan Jepang, ANETA dinasionalisasi menjadi milik Jepang. ANETA pun beralih nama menjadi YASHIMA (DOMEI).

Kumandang Proklamasi

Pasca kekalahan Jepang dari sekutu pada Perang Dunia II, tepatnya pada 17 Agustus 1945, berkumandanglah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta. Untuk menyebarkan berita proklamasi tersebut, Adam Malik memerintahkan rekannya di DOMEI, Sugirin dan Markonis Wua, untuk menyisipkan berita mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Akibat peristiwa tersebut, beberapa negara seperti Amerika Serikat, India, dan Australia menerima kabar kemerdekaan Indonesia dan menyebarkannya ke berbagai belahan dunia. Peristiwa yang terjadi di DOMEI tersebut merupakan latar sejarah yang kuat dan menjadi landasan Tim Pendaftaran Cagar Budaya Nasional untuk menetapkan GFJA sebagai Cagar Budaya Nasional.

Bagian dalam Gedung GFJA (tempat diselenggarakannya pameran fotografi anak berkebutuhan khusus).
Bagian dalam Gedung GFJA (tempat diselenggarakannya pameran fotografi anak berkebutuhan khusus).

Setelah memaparkan sejarah Gedung GFJA, Oscar Motuloh mengapresiasi upaya pendaftaran Gedung GFJA sebagai Cagar Budaya Nasional. Oscar menambahkan bahwa sudah selayaknya gedung bersejarah ini menjadi Cagar Budaya Nasional. Mengingat peristiwa penting yang pernah terjadi di dalamnya. Setelah berbincang dengan Oscar Motuloh, salah satu dari 30 fotografer paling berpengaruh di Asia tersebut memberikan buku berjudul Histori Masa Depan. Buku ini merupakan terbitan GFJA untuk memeringati sepuluh windu Antara berdiri.

Visualisasi karikatural yang menceritakan masa akhir pendudukan Jepang, masa saat Gedung Antara digunakan sebagai tempat penyiaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Visualisasi karikatural yang menceritakan masa akhir pendudukan Jepang, masa saat Gedung Antara digunakan sebagai tempat penyiaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Kami diberikan kesempatan untuk berkeliling Gedung GFJA untuk memotret beberapa bagian gedung. Kani juga diajak untuk melihat-lihat pameran foto anak berkebutuhan khusus, yang sedang diselenggarakan di Gedung GFJA. (Indrawan Dwisetya Suhendi-Subdirektorat Registrasi Nasional)

Baca juga: Kajian Cagar Budaya Nasional Melingkupi Seluruh Indonesia