Dukun Kampong dalam Pengelolaan Arkeologi Maritim

0
1144
Ritual yang dilakukan oleh dukun kampong sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan (sumber: dok Balar Sumsel).
Ritual yang dilakukan oleh dukun kampong sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan (sumber: dok Balar Sumsel).

Peran Dukun Kampong

Dalam struktur masyarakat Belitung dukun kampong dianggap sebagai pemimpin informal di tiap-tiap desa. Seorang dukun kampong dipercaya memiliki kemampuan untuk mengobati orang yang menderita sakit baik secara medis maupun non medis. Selain itu mereka juga memiliki kemampuan untuk menjadi mediator dunia natural dan supranatural. Oleh karena itu bagi masyarakat Belitung seorang dukun kampong memunyai peran sebagai penjaga wilayah kampung. Agar terhindar dari berbagai macam gangguan baik gangguan mahluk kasat mata maupun mahluk ghaib.

Seorang dukun kampong memiliki wilayah tersendiri yang tidak didasarkan pada wilayah administrasi. Bisa saja seorang dukun kampong memiliki wilayah yang terdiri atas dua atau tiga desa. Sebagai pemimpin informal, posisi dukun kampong berada di luar struktur pemerintahan daerah. Namun demikian pemerintah daerah tetap mengakui keberadaannya seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 8 Tahun 2010 tentang Kelembagaan Adat Melayu. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa dukun kampong memiliki peran sebagai pembina adat (Sulaiman, 2016:560).

Dalam kehidupan sehari-hari peranan dukun kampong melebihi peran seorang kepala desa. Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh masyarakat selalu mengikuti tata cara yang telah ditetapkan oleh dukun kampong. Pelanggaran terhadap larangan tersebut mengakibatkan resiko yang harus ditanggung oleh pelanggar.

Aliran malaikat dan aliran staraguru

Secara umum terdapat dua aliran dukun kampong, yaitu aliran malaikat dan aliran staraguru. Dukun kampong yang beraliran malaikat ketika melaksanakan ritual menggunakan ayat-ayat Al Quran dan menggunakan ‘tepung tawar’ sebagai media untuk berkomunikasi dengan roh-roh halus; sedangkan dukun kampong yang beraliran staraguru ketika melaksanakan ritualnya menggunakan mantra dan menggunakan daun ‘kesalan’ sebagai media komunikasinya (Siburian, 2016:92).

Dalam penelitian tentang konservasi mangrove di Pulau Belitung, Siburian (2016) menyatakan bahwa kelestarian mangrove di wilayah penelitiannya relatif terjaga karena tidak lepas dari peranan dukun kampong. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya sebagai panutan bagi masyrakat, dukun kampong berperan dalam penggunaan lahan. Oleh karena di wilayah-wilayah tertentu baik di darat maupun di laut terdapat daerah terlarang yang dianggap dihuni oleh mahluk ghaib. Informasi yang didapat pada saat penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan diketahui bahwa wilayah perairan yang dianggap sebagai daerah terlarang tersebut sebenarnya merupakan tempat ikan bertelur.

Selengkapnya baca di sini