Candi Teluk

0
2501

Candi Teluk berada di Desa Kimingking Dalam, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Pada awal ditemukannya, pada 1981, runtuhan bangunan candi yang dibuat dari bahan bata itu ditutupi semak belukar, di tepi hutan. Oleh karena ada pekerjaan pembangunan pabrik, semak belukar itu kemudian ditebas dan muncullah runtuhan bangunan bata. Pada saat ini runtuhan bangunan terletak di tengah bangunan pabrik pengolahan kayu lapis milik P.T. Gaya Wahana Plywood. Keadaannya sudah sangat memprihatinkan, beberapa bagian bangunan telah hilang sebagai aktivitas pabrik.

Penelitian arkeologi yang sistematis di sekitar Candi Teluk kali pertama dilakukan pada 1981, kemudian pada 1986 oleh tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Penelitian pada 1981, tim berhasil mengetahui ukuran tembok pagar keliling bangunan candi, yaitu 50 x 50 meter. Selain itu berhasil diketahui bahwa bangunan candi yang masih utuh terletak di bagian kaki bangunan.

Pada 1986, tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional kembali melakukan penelitian arkeologi yang sistematis di Candi Teluk. Dalam penelitian itu, tim berhasil menampakkan sisa gapura pintu masuk halaman candi. Gapura pintu masuk terletak di sisi timurlaut. Sisi-sisi dindingnya membentuk profil sisi genta (padma) dan profil bulat setengah lingkaran. Bentuk denahnya membentuk sudut-sudut. Secara garis besar denahnya berukuran 6 x 6 meter. Pada salah satu sudut bagian dalam gapura pintu masuk, pada halaman candi masih ditemukan sisa lantai bata. Sisa lantai bata ini merupakan hamparan bata yang utuh dan pecahan. Dengan ditemukannya sisa lantai tersebut, dapat diduga bahwa halaman Candi Teluk ditutupi dengan lantai bata.

Bentuk denah bangunan Candi Teluk hingga saat ini belum diketahui karena belum dilakukan ekskavasi secara keseluruhan. Gejala yang tampak pada runtuhan Candi Teluk adalah bahwa di dalam halaman itu terdapat dua buah runtuhan bangunan. Runtuhan bangunan yang terdapat di sebelah timur laut tampaknya lebih kecil jika dibandingkan dengan runtuhan bangunan yang ada di sebelah barat daya. Pada jarak sekitar 100 meter ke arah barat laut, di tepi Sungai Batanghari, ditemukan struktur lantai bata. Struktur lantai bata ini terdiri dari bata yang utuh. Struktur lantai bata ini mungkin sengaja dipaang di tepian Sugai Batanghari.

Menuju ke arah selatan, pada jarak sekitar 350 meter dari bangunan Candi Teluk, ditemukan runtuhan bangunan lain yang dinamakan Manapo Teluk 2. Keadaan runtuhan bangunan ini sangat memprihatinkan. Lingkungan sekitarnya dimanfaatkan oleh pihak Pabrik kayu lapis sebagai lokasi pembakaran limbah kayu. Ekskavasi yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu pada 1993 berhasil menampakkan sebagian kaki bangunan. Berdasarkan pengukuran terhadap runtuhan bangunan, dapat diduga bahwa bangunan Manapo Teluk 2 berukuran 12 x 12 meter. Temuan lain yang terdapat di sekitar runtuhan berupa pecahan-pecahan keramik yang berasal dari masa Dinasti Song (abad ke-10–13 Masehi), Dinasti Ming (abad ke-14–17 Masehi, dan Dinasti Qing (abad ke-18-19 Masehi).

Dekat dengan runtuhan bangunan Manapo Teluk 2, pada jarak 12 meter dari tepi Sungai Kemingking, ditemukan sebuah runtuhan bangunan. Penduduk setempak menyebut runtuhan bangunan ini dengan nama Manapo Istano. Sekelilingnya masih tertutup semak belukar yang cukup lebat. Demikian pula runtuhan bangunannya. Oleh karena keadaan yang demikian, maka pengamatan terhadap manapo ini tidak dapat dilakukan secara mendalam.

Pada jarak sekitar 500 meter menuju arah barat daya dari runtuhan Candi Teluk ditemukan runtuhan bangunan lain yang oleh penduduk setempat dinamakan Candi Cina. Lingkungan sekitar runtuhan bangunan masih merupakan hutan belukar. Di sekeliling runtuhan terdapat parit yang lebarnya sekitar 14 meter. Ukuran halaman candi yang dikelilingi parit adalah 90 x 90 meter. Di sisi timur, parit ini terputus seolah-olah merupakan jalan masuk menuju halaman candi. Ekskavasi yang dilakukan oleh SPSP Jambi, pada 1993 menghasilkan temukan berupa struktur bata yang masih intak, pecahanpecahan genting, keramik, dan tembikar. Pecahan keramik yang ditemukan berasal dari masa Dinasti Song (abad ke-10–13 Masehi), Dinasti Ming (abad ke-14–17 Masehi), dan Dinasti Qing (abad ke-18 Masehi).

Sumber

Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.), 2014, Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 140–141.