Candi Kedaton

0
1193

Candi Kedaton terletak sekitar 1500 meter menuju arah barat dari Candi Gedong II, di dataran yang sekelilingnya masih merupakan semak belukar. Secara administatif terletak di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muarosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Untuk mencapai lokasi ini harus berjalan kaki atau dengan kendaraan roda dua dengan melalui jalan setapak yang menghubungkan Desa Muara Jambi dan Sengeti. Lokasi kelompok candi secara administratif terletak di wilayah Desa Dusun Baru, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro jambi.

Kelompok Candi Kedaton dibatasi tembok pagar keliling yang berukuran 200 x 230 meter membujur arah utaraselatan. Di sisi utara tembok pagar keliling terdapat runtuhan gerbang pintu masuk halaman kelompok candi. Sebagaimana halnya kelompok Candi Gumpung dan Candi Tinggi, halaman kelompok Candi Kedaton dibagi dalam beberapa ruang. Antara ruang yang satu dengan ruang yang lain dibatasi tembok bata. Tembok-tembok penyekat itu membagi halaman candi menjadi sembilan ruang. Di dalam halaman yang terpisah-pisah ini terdapat sekurang-kurangnya 10 buah runtuhan bangunan, yaitu bangunan induk, bangunan maṇḍapa, gerbang, dan bangunan perwara yang ukurannya lebih kecil. Bangunan induk dan bangunan maṇḍapa terletak di halaman tengah agak ke selatan.

Bangunan induk letaknya agak ke arah selatan dan merupakan bangunan yang terbesar dari seluruh bangunan candi yang ada di Kompleks Candi Muara Jambi. Bangunan strukturnya mirip dengan struktur Candi Gumpung, hanya dalam ukuran yang lebih besar. Penampil terletak di sisi utara, tetapi tidak ditemukan tangga, Bagian yang masih tersisa adalah bagian kaki bangunan. Bagian kaki bangunan ini dibagi dalam beberapa ruang. Ruang yang terbesar berukuran 16,25 x 16,25 meter dengan tinggi 7,20 meter, yang diisi dengan batu kerakal. Adapun fungsi batu isian ini belum diketahui. Mungkin berkaitan dengan konstruksi bangunan agar tidak mudah runtuh.

Penggalian arkeologis yang mengambil lokasi di sebelah timur Candi Kedaton berhasil menemukan sebuah sumur yang tersusun dari batu bata, demikian pula sebuah belanga yang dibuat dari bahan perunggu. Belanga ini berukuran cukup besar dengan garis tengah lebih dari satu meter. Pada bagian tepiannya terdapat sepasang kupingan yang cukup besar guna mengaitkan pada kayu/logam yang melintang ketika dipakai memasak.

Jauh di sisi utara halaman, di tengah tembok pagar keliling sisi utara terdapat gapura pintu masuk halaman. Ambang pintu gapura itu tidak lurus dengan undak-undakan pada bangunan utama dan bangunan maṇḍapa melainkan agak bergeser ke arah barat. Di sisi kiri dan kanan tangga naik gapura terdapat dua pasang makara, sepasang menghadap ke arah utara (luar), dan sepasang menghadap selatan (dalam).

Sepasang makara yang menghadap ke arah dalam pada bagian badannya terdapat tulisan. Pada bagian bawah belakang belalai makara sebelah barat terdapat dua baris tulisan yang ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa Kuno. Bunyi dari tulisan tersebut adalah: //[1] pamursitanira mpu ku [2] suma// yang dapat ditafsirkan sebagai “tempat mengheningkan ciptanya (meditasinya) Mpu Kusuma”. Boleh jadi, Candi Kedaton dimaksudkan sebagai tempat meditasi dari Mpu Kusuma. Makara yang satunya terletak di sebelah timur dengan tulisan singkat terdapat di bagian belakang belalai. Tulisan yang ditulis dalam aksara Jawa Kuno tersebut berbunyi // so ja //.

Bentuk aksara yang terdapat pada kedua makara ini berlanggam kuadrat, salah satu bentuk aksara yang berkembang di Kadiri, Jawa Timur pada sekitar abad ke-11 Masehi. Cirinya sangat berbeda pada cara pemahatannya. Kalau pada prasasti lain dipahatkan masuk, tetapi pada aksara kuadrat dipahatkan menonjol. Aksara kwadrat yang muncul pasa zaman Kediri, masih dipakai pada zaman Majapahit, yaitu pada Kompleks Candi Sukuh.

Pada pipi tangga pintu gerbang di bagian luar hanya terdapat sebuah makara, yaitu di sisi sebelah kanan. Bentuknya agak berbeda dengan kedua makara di dalam, di mulut makara bagian luar ini terdapat kepala seekor binatang, yang mirip monyet bertanduk. Perbingkaian kaki candi induk maupun pintu gerbang cukup indah bingkai bulat SDGPD dan sederetan daun bunga.

Sumber:

Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.), 2014, Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 132–134.