Candi Astano, Candi di Tepi Sungai Batanghari

0
4255
Candi Astano di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muarosebo, Kabupaten Muaro Jambi.
Candi Astano di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muarosebo, Kabupaten Muaro Jambi.

Candi di Tepi Sungai Batanghari

Candi Astano terletak 1.250 meter ke arah timurlaut dari Candi Tinggi. Sekitar 350 meter ke arah utara dari tepi Sungai Batanghari. Tepatnya di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Muarosebo, Kabupaten Muaro Jambi, pada koordinat 1o28’27” LS 103o40’43” BT. Bangunan candi itu berdiri di atas sebidang tanah berukuran 48 x 50 meter. Permukaan tanah tempat candi berdiri letaknya 1,70 meter lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya. Di sekeliling lahan terdapat parit keliling dengan lebar sekitar lima meter dengan kedalaman sekitar tiga meter.

Candi Astano dinamakan demikian karena dalam wilayahnya terdapat beberapa makam. Menurut legenda setempat makam-makam tersebut merupakan makam raja-raja. Kata “Astano” memberikan makna “makam raja”. Pada 1936 Schnitger pernah mencoba untuk menggali makam tersebut, tetapi maksudnya tidak terlaksana karena tidak mendapat izin dari masyarakat setempat. Dengan merujuk pada laporan Adam, Schnitger mencoba untuk menggambarkan bentuk dan denah Candi Astano.

Ukuran bangunan candi di bagian tengah adalah 6 x 13 meter. Memanjang utara-selatan, dengan tinggi 3,5 meter. Di atas bangunan bagian tengah ini terdapat bagian tubuh yang tersisa. Tepat di bagian atas tubuh ini terdapat lubang yang diketahui pada saat pemugaran dilakukan. Di sisi belakang bangunan terdapat bekas (profil) dinding lama bangunan sebelum ditambah. Ukuran bangunan tambahan di sebelah kiri, sedangkan ukuran bangunan tambahan kedua di sebelah kanan. Arah hadap bangunan tersebut belum diketahui, karena tidak ditemukan sisa tangga atau bangunan penampil yang merupakan indikator arah hadap bangunan. Bangunan yang dibangun pada tahap kedua menunjukkan kesamaan ciri profil bangunan tahap pertama.

Candi Perwara

Di halaman Candi Astano ditemukan dua candi perwara, 14 fragmen arca batu dari berbagai bentuk dan ukuran, satu pipisan batu, satu lesung batu, manik-manik kaca dan batu, dan pecahan tembikar dan keramik dari berbagai bentuk dan ukuran. Pecahan keramik yang ditemukan sebagian besar berasal dari masa Dinasti Song dan Yuan (abad ke-11–14 Masehi). Ekskavasi pada 1982 yang dilakukan di luar halaman Candi Astano berhasil menemukan sisa pemukiman para penziarah, atau pemukiman pengelola bangunan candi. Indikatornya berupa barang-barang keramik dan tembikar, manik-manik kaca di antaranya terdapat tulisan //balye//, mata uang emas dengan tulisan //gha// dan fragmen besi. Pecahan tembikar yang merupakan indikator pemukiman sementara adalah berupa sisa tungku memasak yang bentuknya seperti sepatu.

Baca juga: Kawasan Muarajambi

Sumber:

Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.), 2014, Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 124–125.