Benteng Wolio yang Terluas di Indonesia Segera Menjadi Cagar Budaya Nasional

0
3885
Benteng Wolio di Bau Bau, Sulawesi Tenggara benteng terluas di Dunia.
Benteng Wolio di Bau Bau, Sulawesi Tenggara benteng terluas di Dunia.

Foto: referensi.data.kemdikbud.go.id/kebudayaan

Benteng terluas di Indonesia

“Benteng Keraton Wolio Buton merupakan benteng yang paling luas di Indonesia, yang dibangun oleh masyarakat Buton,” jelas Susanto Zuhdi salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN). Benteng Keraton Wolio Buton sudah dianggap memenuhi salah satu syarat menjadi Cagar Budaya peringkat nasional sesuai dengan Pasal 42 UU No. 11/2010 tentang Cagar Budaya, karena Benteng Keraton Wolio Buton ini merupakan Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di Indonesia.

Benteng Wolio berada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Peninggalan Kesultanan Buton yang merupakan kerajaan Islam ini tercatat dalam Guinness Book of Record dan MURI sebagai benteng terluas di dunia. Di dalamnya terdapat hunian tempat tinggal para keturunan dan raja dan bangsawan.

Benteng Wolio memiliki tinggi antara 1 meter hingga 8 meter. Tebal dinding antara 50 cm hingga 2 meter. Memiliki 12 Lawa (pintu) dan 16 tempat penyimpanan meriam yang disebut Baluara (bastion). Keliling benteng 2.740 meter dan luas 22,8 Ha.

Benteng Wolio Buton mulai dibangun sejak masa pemerintahan La Sangaji, Sultan ke-3 (1591-1597). Selesai secara keseluruhan pada masa pemerintahan Sultan ke-6, yaitu La Buke Gafurul Wadudu (1632-1645). Selengkapnya baca di sini.

Masjid Agung Keraton Buton di Baubau. Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel

Masjid kuno berusia ratusan tahun

Di dalam benteng ini terdapat satu masjid kuno yang dibangun pada sekitar abad ke-16 tepatnya pada 1527 M. Masjid yang didirikan sejak awal kedatangan Islam di Buton ini bernama Masigi Wolio, disebut juga Masigi Ogena, sesuai dengan sebutan masyarakat Buton, dalam bahasa daerah Wolio. Pada 1976 melalui persetujuan dewan adat dan Pemerintah Daerah masjid ini resmi bernama Mesjid Agung Keraton Buton

Masjid dengan nomor registrasi RNCB.20030304.02.000966 ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dengan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardika pada 4 Maret 2003, Nomor KM8/PW007/Mkp03.

Masjid ini beralamat di Jl. Labuke, Kampung/Dusun Bukit Turisima, Desa/Kelurahan Melai, Kecamatan Betoambari, Kabupaten/Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, Pulau Buton.

Gua prasejarah

Selain benteng, terdapat gua di Kawasan Maros Pangkep, yang pada September 2016 lalu direkomedasikan sebagai Cagar Budaya Nasional, kini telah lolos verifikasi (dalam Tahap Kajian dan Penilaian Tim Ahli).

Leang Timpuseng di Kawasan Maros Pangkep. Foto: cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Leang Timpuseng atau Gua Timpuseng memiliki keunikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari Wollongong University bersama dengan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan menyatakan bahwa lukisan-lukisan gua yang ada di Leang Timpuseng merupakan yang tertua di dunia. Lukisan cap tangan yang berada di dalam Leang Timpuseng diperkirakan dibuat pada 39.500 SM. Sementara lukisan lain yang menggambarkan Babi Rusa diperkirakan dibuat pada 35.400 SM.