Berawal dari gedung sekolah
Gedung Sekolah Dasar yang pernah berperan sebagai Balai Penyelamatan itu kini menjadi Museum. Dahulu Balai Penyelamatan itu berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan dan merawat benda-benda bernilai sejarah dan budaya. Terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan kota Malang sejak abad VIII M sampai 1950-an. Kemudian benda-benda tersebut dititipkan di DPU Jalan Halmahera. Lalu dititipkan lagi di Taman Rekreasi Senaputera.
Pada 2001, Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Pendidikan mengumpulkan benda purbakala yang ada di Kota Malang di gedung bekas SDN Mojolangu 2 Malang. Kemudian Gedung Balai Penyelamatan Benda Purbakala ini dinamakan ‘Mpu Purwa’. Nama ini diambil dari seorang tokoh religius masyarakat Jawa Kuno yang hidup sekitar abad XII Masehi di Desa Panawijen, sebelah timur lereng Gunung Kawi (sekarang Kelurahan Polowijen, Kota Malang).
Pada 2014 hingga 2017 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merevitalisasi museum Mpu Purwa melalui dana Tugas Pembantuan, sehingga jadilah Museum Mpu Purwa seperti sekarang ini.
Sosok Mpu Purwa
Mpu Purwa terpilih sebagai nama museum karena sosok ini merupakan cikal bakal raja-raja besar seperti Kertanegara dari Singasari, dan Hayam Wuruk dari Majapahit. Anak Mpu Purwa, yaitu Ken Dedes adalah sumber keturunan raja-raja tersebut. Mpu Purwa tidak hanya sebagai sosok pendeta agama Buddha biasa, melainkan seorang Sthapaka. Ia adalah pendeta yang utama, yang mengerti makna kitab suci, mahir dalam ilmu pengetahuannya, dan bertingkah laku sesuai ajaran kitab suci. Nasehat dan tuahnya dinanti semua orang. Kutukannya pun ditakuti semua orang.
Diresmikan oleh Mendikbud
Pada Sabtu, 14/07/2018 lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi meresmikan Museum Mpu Purwa dengan didampingi Plt. Wali Kota Malang, Sutiaji. Dalam sambutannya, Muhadjir Effendy mengatakan bahwa dengan diresmikannya Museum Mpu Purwa akan menjadi salah satu upaya eksplorasi budaya Indonesia melalui benda-benda bersejarah dalam museum. “Museum ini sebagai bentuk dalam mengembangkan kreativitas. Apalagi Malang punya reputasi yang sangat baik. Terutama dalam eksplorasi budaya dan seninya,” ucap Muhadjir Effendy. Peresmian Museum Mpu Purwa itu ditutup dengan penandatanganan prasasti. Kemudian dilanjutkan dengan berkeliling menikmati sajian koleksi Museum Mpu Purwa.
Museum yang berada di Jalan Soekarno Hatta No 210, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang itu memiliki koleksi yang sangat beharga. Di museum seluas 1.200 meter persegi itu terpajang 58 koleksi dalam tata pamer yang menarik. Sebagian besar berupa arca dan prasasti dari masa Mpu Sindok hingga Majapahit.
Di lantai 1 terpajang arca-arca, salah satunya arca Brahma catur muka. Arca ini berbeda dengan arca-arca Brahma lain. Arca Brahma Catur Muka ini termasuk koleksi masterpiece yang ditemukan di sekitar Candi Singosari. Ada juga arca Ganesya yang paling unik, yaitu arca Ganesya tikus. Arca berukuran kecil ini menggambarkan Ganesya sedang duduk di atas Musaka (seekor tikus kecil). Lalu ada juga arca Bodhisatwa yang hanya ditemukan di India. Di lantai ini pula terdapat ruang audio visual. Tempat pengunjung dapat menikmati kisah masa lalu secara singkat. Di lantai 2 juga terpajang koleksi yang lebih fokus pada kisah Ken Arok.
Baca juga:
Museum Mpu Purwa dari gedung bekas SDN hingga menjadi museum yang modern