Penelitian dan Pelestarian Situs Kota Cina

0
2516
Kajian Arkeologis di Situs Kota Cina.
Dit. PCBM bekerjasama dengan BPCB Aceh, Balar Medan, dan IAAI saat melakukan kajian arkeologi di Situs Kota Cina.

Penelitian dan Pelestarian

Situs Kota Cina telah menjadi perhatian para arkeolog. John Anderson salah satunya. Ia kali pertama menemukan situs ini pada 1823. Akan tetapi baru 2008 situs ini diperhatikan kelestariannya. Satu bangunan semi permanen didirikan untuk menyelematkan beberapa temuan arkeologis. Satu tahun kemudian, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh mengangkat Juru Pelihara di Situs Kota Cina.

Riwayat penelitian dan pelestarian di Situs Kota Cina dapat dilihat secara lengkap pada tabel berikut:

Tahun Aktifitas
1823 Situs Kota Cina ditemukan berdasarkan Laporan dari John Anderson dan dibukukan dalam “Mission to the East Coast of Sumatra and Malay Peninsula”.
1882 Laporan John Anderson ditulis dalam “Tijdschrift van het Bataviasche Genootschap”.
1914 Situs Kota Cina dicatat di Oudheidkundige Verslaag (laporan Dinas Kepurbakalaan Belanda).
1914 s/d 1960-an Lahan dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman, pertanian sawah, dan ladang oleh warga. Populasi penduduk masih sedikit dan letak permukiman warga masih saling berjauhan.
1970-an Situs Kota Cina dimanfaatkan sebagai lokasi penelitian arkeologis, dan dipublikasikan hanya pada jurnal ilmiah.
1980-an Dilakukan pengerukan material tanah sebagai bahan pembuatan jalan tol, akibat aktifitas tersebut terbentuk cekungan yang dikenal sebagai Danau Siombak. Penelitian di sekitar Danau Siombak menemukan sisa kayu kapal dan gerabah.
1980-an s/d

1990-an

Banyak terjadi jual beli barang antik yang berasal dari Situs Kota Cina.
1990-an s/d

awal 2000-an

Danau Siombak yang berada di Kota Cina dimanfaatkan sebagai lokasi wisata pemancingan.
2006 s/d 2007 Situs Kota Cina muncul kembali di ranah publikasi ilmiah terbatas dan media massa, disebabkan oleh aktifitas penelitian dan pemberitaan media massa.
2008 Awal didirikannya museum situs oleh perorangan, berupa bangunan semi permanen; Situs Kota Cina kembali mendapatkan perhatian dari pemerhati masa lalu di Kota Medan.
2009 BPCB Aceh mengangkat dan menetapkan Juru Pelihara Situs. Pengelola Museum Situs Kota Cina mulai beraktifitas mengumpulkan temuan dari lokasi yang akan dijadikan museum Situs Kota Cina.
 

2010 s/d 2011

Upaya pembebasan lahan di Situs Kota Cina, namun gagal karena tidak ada kecocokan harga. Museum menggunakan bangunan semi permanen untuk lokasi penyimpanan dan pameran temuan hasil penelitian di situs ini. Lokasi situs dimanfaatkan sebagai tempat penelitian arkeologis.
2012 Situs Kota Cina mulai mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Medan, dengan keluarnya himbauan Walikota Medan tentang penundaan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di lokasi yang banyak mengandung temuan. Luas areal Situs masih dalam perkiraan. Lokasi situs dimanfaatkan sebagai tempat penelitian arkeologis.
2013 Juru pelihara Situs Kota Cina mengundurkan diri, pada bulan September 2013 karena masalah pribadi. Museum mengembangkan aktifitas pengajaran membatik, dan mendirikan gedung permanen sebagai lokasi display temuan dan membatik. Lokasi situs dimanfaatkan sebagai tempat penelitian arkeologis.
2014 Museum  Situs  Kota  Cina  menjadi  sarana  edukasi  bagi  masyarakat  Kota Medan dan sekitarnya. Situs Kota Cina tanpa juru pelihara.
2011 s/d 2015 Kota Cina diteliti oleh Puslit Arkenas, EFEO, dan Balai Arkeologi Sumatera Utara.
2016 Diadakan program Rumah Peradaban Poros Kota Cina – Kota Rantang yang diselenggarakan oleh Balai Arkeologi Sumatera utara.
2017 PCBM, BPCB Aceh, Balar Sumut, IAAI Komda Sumut-Aceh, dan Dinas Kebudayaan Kota Medan mengadakan Kajian Pelestarian Situs Kota Cina.

 

Keramik dan tembikar yang ditemukan di Situs Kota Cina.
Keramik dan tembikar yang ditemukan di Situs Kota Cina.

Penelitian Arkeologis

Riwayat penelitian dengan kaidah arkeologi dilakukan kali pertama oleh McKinnon sejak 1972 hingga 1984. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan dengan metode survei dan ekskavasi. Hasilnya adalah pemerian data arkeologi berupa gerabah, keramik, koin Cina, arca, dan struktur bata kuna. Temuan yang banyak itu memberikan kesimpulan bahwa daerah Kota Cina dianggap sebagai daerah penting dari jaringan perdagangan di Asia Tenggara pada abad ke-12 hingga ke-14 Masehi (McKinnon, 1984).

Pada 1977, Ambary melakukan survei dan ekskavasi di daerah ini. Penelitiannya yang memfokuskan pada klasifikasi keramik menghasilkan pemerian jenis, periodisasi serta asal tempat pembuatannya (Ambary, 1984). Pada 1981, Wibisono melakukan analisis gerabah hasil ekskavasi pada 1979. Ia melakukan klasifikasi bahan, motif dan teknik hias. Dari analisis itu dapat diketahui periodisasinya (Wibisono, 1981).

Kegiatan bersama

Kegiatan ekskavasi kerjasama lintas instansi dilakukan pada 1989 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan EFÉO Perancis. Penelitian difokuskan pada temuan papan/kayu bagian badan perahu kuna di lokasi penggalian pasir, sekarang disebut Danau Siombak. Hasil penelitian itu memberikan informasi mengenai pemerian jenis kayu yang dipakai, jenis perahu, serta pertanggalan absolut perahu berdasarkan C14, yaitu abad ke-12 hingga ke-14 Masehi (Manguin, 1989).

Pada 1992 John Norman Miksic bersama Yap Choon Teck menganalisis temuan gerabah dari Kota Cina menggunakan x-ray fluorescence test (analisis komposisi mineral). Hasilnya menunjukkan bahwa fragmen gerabah tersebut berasal dari Jawa bagian timur, khususnya dari Majapahit. Hasil tersebut juga menyiratkan bahwa terdapat lebih dari satu pusat produksi gerabah di Jawa bagian timur sepanjang abad ke-12 hingga abad ke-13 Masehi (Miksic &Teck, 1992).

Meningkatnya kuantitas data arkeologis

Balai Arkeologi Medan juga melakukan pemetaan ulang lokasi kepurbakalaan Kota Cina sebagai bagian situs-situs yang terdapat di Kota Medan (Koestoro dkk. 2006). Awal 2011 Puslitbangarkenas, Balai Arkeologi Medan, dan EFÉO melakukan survei dan ekskavasi di Kota Cina. Kemudian pada akhir 2011, Soedewo dan kawan-kawan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara melakukan analisis lanjutan terhadap temuan fragmentaris dan monumental yang dikaitkan dengan eksistensi pengaruh Hindu-Buddha dari India (Soedewo dkk., 2011).

Arca Buddha yang ditemukan di Situs Kota Ciha.
Arca Buddha yang ditemukan di Situs Kota Ciha.

Pada 2013 EFÉO Perancis, Pusat Arkeologi Nasional, serta Balai Arkeologi Medan melakukan analisis dan pengkajian awal terhadap hasil ekeksvasi yang telah dilakukan sejak 2011 hingga 2013. Hasilnya adalah bertambahannya kuantitas data arkeologis dan pemeriannya, serta pemetaan ulang di Kota Cina (Perret dkk., 2013).

Pada 2016 Balai Arkeologi Sumatera Utara melaksanakan kegiatan penelitian dan kegiatan Rumah Peradaban di Kota Cina dan Kota Rantang. Hasilnya berupa adalah analisis radiocarbon rangka manusia dan analisis petrografi. Pada 2017 EFEO Perancis, Puslit Arkenas dan Balai Arkeologi Sumatera Utara melanjutkan tahapan analisis data hasil ekskavasi terdahulu.

Arca Hindu yang ditemukan di Situs Kota Cina.
Arca Hindu yang ditemukan di Situs Kota Cina.

Aktifitas terakhir dilakukan pada 2017 oleh tim Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM). Dit PCBM bekerjsama dengan BPCB, Balai Arkeologi Sumatera Utara, dan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Sumut-Aceh untuk melakukan pengkajian pelestarian terhadap lokasi arkeologis Kota Cina. (Subdit Pelestarian)

Baca juga: Situs Kota Cina di Medan Marelan

Daftar Pustaka

Ambary, Hasan Muarif, 1984. Further Notes on Classification of Ceramics From the Excavation of Kota Cina, dalam Studies on Ceramics. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Koestoro, Lucas Partanda et al. 2006. Medan, Kota di Pesisir Timur Sumatera dan Peninggalan Tuanya. Medan: Balai Arkeologi Medan

Manguin, Pierre-Yves, 1989. The Trading Ships of Insular South-East Asia. New Evidence from Indonesian Archaeological Sites, dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi V (1). Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.

Miksic, John N.; Yap, Choon Tek, Compositional Analysis of Pottery from Kota Cina, North Sumatra: Implications for Regional Trade during the Twelfth to Fourteenth Centuries A.D. , 1992, University of Hawai’i Press (Honolulu)

McKinnon, Edmund Edwards, 1984. Kota Cina Its Context and Meaning in the Trade of Southeast Asia in the Twelfth to Fourteenth Centuries. Disertasi. London: Cornell University.

Perret, Daniel, dkk. 2013. “The French-. Indonesian Archaeological Project in. Kota Cina (North Sumatra): Preliminary. Results and Prospects”, dalam Archipel. 86. Paris: Association Archipel.

Soedewo, Ery; Damanik, Erond; Sipayung, Hernauli; Sinaga, Ater Budiman, 2011, Penelitian Situs Dunia di Sumatera Utara: Situs Kota Cina, Medan, Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

Wibisono, Sonny Chr, 1981. Tembikar Kota Cina: Sebuah Analisis Hasil Penggalian Tahun 1979 di Sumatera Utara. Skripsi. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia