Penerapan Konsep New Museology dalam Model Tata Pamer Museum

0
4834
A model of the visitor experience.
A model of the visitor experience.

Oleh: Annita Intaniasari Mokodongan

Konsep Museologi Baru

Konsep New Museology sebagai cara untuk merujuk, tidak hanya pengenalan perspektif teoritis ke dalam pembelajaran tentang museum, tetapi juga untuk perubahan yang lebih luas di dunia museum. Perubahan karakter kerja museum harus jelas dan tidak lagi mengikuti karakter kerja seperti refleksivitas kerja yang telah ada sejak sebelum munculnya kelembagaan museum pada 1970-an. New Museology mengacu pada transformasi museum dari museum yang bersifat ekslusif dan lembaga yang memecah belah sosial menjadi museum yang berorientasi kepada pengunjung serta melibatkan pengunjung, baik dalam bentuk sumbangan ide dan pemikiran, juga pengadaan koleksi di museum (Ross, 2004:84).

Pendapat lain mengenai New Museology disampaikan oleh George Brown Goode, pejabat Direktur pertama di Museum Nasional Smithsonian. Goode berpandangan maju bahwa museum harusnya melayani masyarakat luas dan memiliki tujuan pendidikan yang jelas. Dia menulis: “Museum pada masa depan di tanah yang demokratis ini harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan para mekanik, operator pabrik, buruh harian, salesman dan petugas, sebanding dengan mereka yang bekerja secara profesional dan melakukan rekreasi. Tidak ada museum yang dapat tumbuh dan dihormati jika tidak setiap tahun memberikan bukti tambahan dari tuntutan masyarakat untuk dianggap sebagai pusat pembelajaran” (Boyer, 1993:18).

Teori Museologi Baru

Teori New Museology tidak hanya dapat diterapkan kepada museum-museum yang berbasis koleksi berubah koleksi etnografi, tetapi juga bisa diterapkan kepada museum seni. Seperti yang dijelaskan Lyndel King, yang merupakan direktur dan kepala Kurator di Weisman Art Museum di Universitas Minnesota, USA sejak 1981, dan juga sebagai arsitek untuk bangunan new art museum yang dibuka pada 1993. Beliau menjadikan galeri Universitas sebagai obyek penelitiannya. Galeri Universitas tersebut yang dibangun dengan konsep museum baru akan memberikan para siswa pengalaman yang kuat dalam pemikiran kritis dan sebagai model pembelajaran baru yang interdisiplin.

Pada studi kasus itu siswa diharapkan dapat menjadikan Galeri Seni di Universitas sebagai situs yang ideal untuk mengeluarkan pendapat-pendapat dan kritikan-kritikan yang sebelumnya suatu karya seniman merupakan sistem nilai besar yang tidak dikatakan pada museum dan Universitas (King, 2012:266). Pada kasus ini, peran New Museology adalah dengan memberikan pengunjung, dalam hal ini adalah siswa, untuk dapat mengemukakan pendapat mereka tentang koleksi yang diamati. Juga memberikan ruang debat atau diskusi dalam menuangkan seluruh pendapat dan kritikan para siswa. Agar galeri yang terdapat di universitas menjadi lebih hidup dan menarik untuk dikunjungi, baik sebagai tujuan penelitian maupun pembelajaran.

Tujuan dan Implikasi

Tujuan dan implikasi new museology telah merambah ke berbagai tingkatan desain dan manajemen museum terutama sejak 1950 dan 1970-an. Pada 1986 asosiasi Museologie Nouvelleet Eksperimen Sociale (MNES) menyatakan ‘seorang profesional di museum adalah makhluk sosial, seorang aktor untuk perubahan, dan hamba masyarakat’. Pengunjung bukanlah konsumen yang patuh, dan dianggap sebagai idiot. Akan tetapi pencipta yang dapat dan harus berpartisipasi dalam pembangunan masa depan-penelitian museum (mendefinisikan museum dan galeri, 2002) MNES menjadi gerakan internationale pour lamuseologie nouvelle (MINOM) dan ICOM mendukung nilai-nilai sosial dan masyarakat, keterlibatan sosial, pusat etos pengunjung, peningkatan aksesibilitas, pembangunan berkelanjutan, komunikasi dan intervensi komunitas, untuk bersama-sama ‘memastikan’ penghormatan terhadap keragaman dengan penguatan identitas (Coats, 2012:2–3).

Museum juga harus dapat memberikan kesan kepada pengunjung yang datang ke museum. Kesan tersebut bisa diperoleh pengunjung dengan ditemuinya sesuatu yang unik di dalam museum tersebut. Dengan begitu, pengunjung akan merasa berada di tempat yang berbeda dari tempat yang biasa didatanginya misalnya Mall, atau rumah pengunjung.

Suatu pengalaman yang diperoleh pengunjung merupakan modal bagi museum dalam keberlanjutan pengembangan museum tersebut. Drama yang diciptakan museum menjadi daya tarik bagi pengunjung. Drama yang membuat pengunjung memperoleh kesan dan berinteraksi dengan pameran yang ditampilkan museum. Berikut adalah contoh model tentang pengalaman apa saja yang dicari dan bisa dikembangkan di museum (Fraser, 2012:291).

Penerapan

Berdasarkan a model of the visitor experience tersebut, maka konsep new museology dapat diterapkan dalam pembentukan museum yang berbasis pada komunitas. Seperti museum Hakka Indonesia di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Tujuan pengelolaan museum yang pada awalnya berorientasi kepada obyek. Dewasa ini tidak lagi dipraktikkan pada museum-museum yang sudah melabelkan diri mereka dengan konsep new museology. Pengelolaan museum berorientasi kepada pengunjung adalah model yang dewasa ini lebih diperhatikan untuk dikembangkan.

Pengunjung akan dilibatkan mulai dari pembuatan konsep, storyline tata pamer sampai kepada penentuan koleksi. Maksudmya bukan berarti pengunjung ikut serta secara penuh berkegiatan. Akan tetapi lebih kepada pemberian saran dan masukan kepada museum. Juga terlibat dalam kegiatan participatory di museum. Museum harus bersifat terbuka terhadap semua saran dan kritikan dari pengunjung. Memiliki tim yang akan mengolah semua informasi yang ada. Kemudian memutuskan untuk menjawab semua masukan dan kritikan tersebut. Tanpa melupakan konsep awal mengapa museum itu berdiri sesuai dengan definisi umum pembentukan museum.

Baca juga: Representasi Identitas Hakka dalam Museum Hakka Indonesia

 

Daftar pustaka

Coats, Ann. (2010). “Who or What Are Museum For? The Essence of the Museum Message” dalam The International Journal of the Inclusive Museum vol. 3 no. 1.

Fraser, Jem. (2007). “Museum – Drama, Ritual and Power” dalam Simon J. Knell et.Al.(eds) Museum Revolutions. London & New York: Routledge.

King, Lyndel & Marstine, Janet. (2006). “The University Museum and Gallery: A Site for Institutional Critique and A Focus of the Curriculum” dalam Janet Marstine (ed.) New Museum Theory and Practice. An Introduction. USA: Blackwell Publishing.

Ross, Max. (2004). “Interpreting the New Museology” dalam Museum and Society. Vol.2. No.2 Hal 84.