Gereja Bethel, Cagar Budaya di Kota Gurindam

0
2513
Gereja Bethel-Tanjungpinang tampak samping (utara) dengan jendela-jendela yang unik dan atap bertrap dengan enam undakan.
Gereja Bethel-Tanjungpinang tampak samping (utara) dengan jendela-jendela yang unik dan atap bertrap dengan enam undakan.

Gereja Serdadu Hindia-Belanda

Gereja Bethel yang dibangun pada 1883 ini berada di Jalan Gereja, Nomor 1, Kota Tanjungpinang, Kepaulan Riau. Tepatnya pada koordinat N 0° 55′ 42.81″ E 104° 26′ 37.31″, dengan ketinggian 4 meter dpl. Saat kali pertama dibangun, gereja ini hanya digunakan untuk peribadatan bagi orang-orang Belanda dan kerabatnya, serta serdadu militer Hindia-Belanda yang memeluk agama Kristen Protestan di Tanjungpinang.

Gereja tertua di Kepulauan Riau yang ketika diresmikan disebut “De Nederlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang” itu berfungsi sebagai Gereja Protestan Belanda di Tanjungpinang. Kini bangunan yang memiliki nomor Inventaris Cagar Budaya: 15/BCB-TB/C/01/2007 merupakan tempat peribadatan organisasi Gereja Protestan di Indonesia bagian barat Jemaat Bethel Tanjungpinang.

Dari catatan yang diterbitkan dengan judul “Berichten omtrent Indie, gedurende een tienjarig verblijf aldaar” (laporan tentang Hindia, selama sepuluh tahun tinggal di sana) diperolah informasi bahwa bangunan gereja dalam bentuk yang sangat sederhana sudah ada sejak 14 Februari 1835. Tulisan tersebut diterbitkan oleh penerbit Ballot di Kota Deventer pada 1846. Pendeta Eberhardt Herman Rottger adalah tokoh penting yang terlibat dalam Pembangunan gereja ini. Ia bertugas sebagai misionaris di Riouw, Tanjungpinang dari 1833 hingga 1842.

Berjuluk Gereja Ayam

Gereja yang berjuluk Gereja Ayam ini telah beberapa kali mengalami perubahan. Sebutan Gereja Ayam ini disebabkan adanya hiasan berbentuk ayam di atas menara yang menyatu dengan atap bagian depan. Menara yang berfungsi sebagai tempat lonceng beserta “ayam”nya itu, kemungkinan dibuat saat dilakukan renovasi antara 1920 hingga 1930an. Bentuk ayam yang terbuat dari besi pipih itu berfungsi sebagai penunjuk arah angin. Bentuknya yang pipih membuatnya dapat bergerak mengikuti hembusan angin.

Di bagian depan geraja yang menghadap ke barat ini terdapat pintu yang menjorok ke depan, sehingga membentuk seperti kanopi dengan atap pelana. Pintunya berbentuk lengkung sederhana. Di kanan kirinya terdapat jendela. Bentuk jendela itu seolah terdiri atas dua jendela dengan lengkung kecil, yang disatukan dengan lengkung besar di atasnya. Jendela seperti ini juga terdapat di sisi kiri (utara) dan kanannya (selatan).

Gereja yang memiliki luas 19 x 9 (171 m2) ini bercat coklat muda dihiasi garis-garis coklat tua. Bagian depan atapnya bertrap seperti tangga dengan enam undakan. Begitu juga dengan bagian belakang atap. Pada bagian kiri dan kanan sisi depan terdapat pilaster sederhana.

Di bagian dasar gereja yang berdiri di atas lahan seluas  44 x 45 m (1980 m2) terdapat profil seperti candi bercat coklat. Profil seperti ini juga terdapat di bagian antara tubuh bangunan dan atap dengan warna yang sama. Lahan gereja ini berbatasan dengan Jalan Teratai utara, bangunan sekolah di selatan, Jalan geraja di sebelah timur dan Jalan Ketapan di sebelah barat. Bangunan Sekolah Dasar yang berada di sebelah selatan gereja dibangun pada 1962.

Tidak seperti bagian luar bangunan yang masih memperlihatkan keasliannya, bagian dalam sudah mengalami perubahan. Penambahan keramik pada lantai, pilar dan tangga tidak lagi mengesankan gereja ini sebagai bangunan tua. Unsur kekunoannya memang tidak tampak lagi, kecuali beberapa deret kursi kuno yang terutama berada di balkon.

Baca juga: Jejak Vietnam di Pulau Galang