Terkait dengan kondisi arstektural bangunan atau struktur yang ditinjau dari kelengkapan unsur atau komponen bangunan seperti bagian yang masih asli, yang telah diganti atau diubah maupun bagian yang telah hilang dengan memperhatikan keaslian arsitekturnya, maka kerusakan arsitektural Situs Liyangan dapat dipaparkan perobjek kajian sebagai berikut.
Candi I
Candi I terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian kaki dan yoni. Candi berukuran 5.35 x 5.35 x 1.5 meter dengan volume sebesar 42.93 m3. Material penyusun Candi adalah batu andesit. Identifikasi kerusakan yang dilakukan meliputi: kerusakan arsitektural, material dan struktural. Identifikasi kerusakan dilakukan terhadap batu-batu penyusun Candi untuk menentukan volume kerusakan serta untuk keperluan penggantian batu-batu yang rusak atau hilang. Hasil identifikasi menunjukkan kerusakan material paling banyak terjadi pada bidang Candi sisi Utara. Hasil pengukuran terhadap volume kerusakan Candi diperoleh angka 0.149 m3. Persentase kerusakan yang terjadi pada Candi 1 sebesar 0.35%.
Candi II
Candi II terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian kaki dan bilik. Bagian kaki Candi disusun dengan menggunakan batu putih, sedangkan pada bagian bilik disusun dengan menggunakan batu andesit. Candi berukuran 7.15 x 7.15 x 1.8 meter pada bagian kaki dan 4.6 x 4.7 x 0.8 pada bagian bilik dengan volume keseluruhan sebesar 109.32 m3. Hasil identifikasi kerusakan pada bagian kaki Candi menunjukkan hasil yang lebih beragam. Sisi Barat dan Selatan Candi mengalami jenis kerusakan paling banyak. Kerusakan material ditandai dengan adanya pelapukan pada batu penyusun baik yang terjadi secara khemis maupun mekanis. Kerusakan arsitektural ditunjukkan dengan batu penyusun yang hilang. Sedangkan kerusakan struktural ditandai dengan adanya batu-batu penyusun yang mengalami retak hingga pecah pada bagian tertentu. Kerusakan struktural diperkirakan karena berat beban yang berasal dari bilik dan perbedaan ketinggian tanah dasar. Pola retakan yang terjadi hanya dominan terjadi di sisi Barat dan Selatan Candi. Hasil pengukuran terhadap volume kerusakan Candi diperoleh 4.985 m3. Persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan Candi sebesar 4.56 %.
Batur I
Batur I terletak di sebelah selatan Candi 1 dengan ukuran 6.1 x 7.04 x 0.68 meter serta volume sebesar 29.20 m3. Batur I terdiri dari 4 lapis batu penyusun dengan teknik pengerjaan yang masih kasar. Material penyusun batur adalah batu andesit. Hasil identifikasi kerusakan menunjukkan bahwa kerusakan arsitektural paling banyak terjadi pada struktur ini. Kerusakan arsitektural ditandai dengan hilangnya batu-batu penyusun yang mempengaruhi bentuk asli batur. Kerusakan arsitektural paling banyak terjadi pada sisi Barat. Pengukuran volume terhadap kerusakan menghasilkan angka sebesar 0.274 m3 yang menunjukkan persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan batur adalah 0.94 %.
Batur II
Batur II terletak di sebelah selatan Batur I dengan ukuran 7.1 x 7.5 x 0.83 meter serta volume sebesar 44.20 m3. Batur II terdiri dari 4 lapis batu penyusun dengan teknik pengerjaan yang masih kasar. Material penyusun batur adalah batu andesit. Berdasarkan hasil identifikasi, jenis kerusakan yang paling banyak terjadi adalah kerusakan arsitektural yang ditandai dengan hilangnya batu-batu penyusun batur. Batu penyusun paling banyak hilang terdapat di sisi Selatan batur, dimana batu penyusun lapis 4 hampir hilang secara keseluruhan. Hasil pengukuran terhadap volume kerusakan batur diperoleh angka 1.02 m3. Persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan batur adalah 2.3 %.
Batur III
Batur III terletak di selatan Batur II dengan ukuran 5.94 x 6.5 x 0.7 meter serta volume sebesar 27.03 m3. Batur III terdiri dari 4 hingga 5 lapis batu penyusun dengan teknik pengerjaan yang masih kasar. Perbedaan lapis batu tiap sisi disebabkan karena ukuran batu penyusun yang digunakan berbeda-beda terutama tingginya. Batu penyusun Batur III adalah batu andesit yang merupakan material vulkanik. Berdasarkan hasil identifikasi, jenis kerusakan yang paling banyak terjadi adalah kerusakan arsitektural yang ditandai dengan hilangnya batu-batu penyusun Batur III. Batu penyusun paling banyak hilang terdapat di sisi timur batur, dimana batu penyusun lapis 3 hampir hilang secara keseluruhan. Hasil pengukuran terhadap volume kerusakan batur diperoleh angka 0.565 m3. Persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan Batur adalah 2.1 %.
Batur IV
Batur IV terletak di selatan Batur III dengan ukuran 6 x 5.65 x 0.7 meter serta volume sebesar 23.69 m3. Materi penyusun batur adalah batu andesit yang merupakan material vulkanik. Seperti halnya batur-batur yang lain, Batur IV terdiri dari 4 lapis batu penyusun dengan teknik pengerjaan yang masih kasar. Kerusakan struktural terjadi di batur ini, dimana kerusakan tersebut tidak terjadi pada batur yang lain. Kerusakan struktural ditandai dengan adanya batu penyusun yang retak hingga mengalami pecah dan terjadi perbedaan ketinggian (melesak). Selain itu, kerusakan arsitektural paling banyak terjadi pada sisi Barat batur yang ditandai dengan hilangnya batu penyusun pada lapis 4. Pengukuran volume terhadap kerusakan menghasilkan angka sebesar 0.359 m3 yang menunjukkan persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan batur adalah 1.5 %. Deskripsi lengkap kerusakan tiap sisi Batur IV dapat dilihat pada tabel di bawah.
Batur V
Batur V merupakan batur yang paling sedikit mengalami kerusakan apabila dibandingkan dengan batur lainnya, terutama pada bagian lantai. Perhitungan volume kerusakan menghasilkan 0.096 m3 yang menunjukkan persentase kerusakan terhadap volume keseluruhan Batur sebesar 0.4 %.
Batur VI
Batur VI merupakan batur paling besar dibandingkan batur-batur lainnya. Panjang sisi sebelah Timur mencapai 20.61 meter. Indentifikasi kerusakan hanya dapat dilakukan pada bagian tersebut, karena sisi yang lain belum ditemukan ujungnya.
Pagar Candi
Identifikasi kerusakan pada pagar halaman I menunjukkan bahwa kerusakan yang paling banyak terjadi adalah kerusakan arsitektural. Kerusakan tersebut ditandai dengan batu penyusun yang hilang pada bagian lis, ojief dan penutup. Kerusakan arsitektural lainnya adalah perubahan lapisan batu pada tubuh pagar. Batu susun coba yang digunakan sebagai batu isian tubuh pagar bukan berasal dari pagar tersebut. Kerusakan struktural terjadi pada segmen 13-14 yang ditandai dengan runtuhnya batu isian karena pengaruh hujan. Persentase volume kerusakan terhadap volume keseluruhan pagar adalah 4.23 %..
Dinding Halaman I
Kerusakan yang terjadi pada dinding halaman I adalah kerusakan arsitektural dimana banyak batu penyusun struktur tersebut hilang. Dinding halaman I memiliki ukuran 33.08 x 1.37 x 1.15 meter dengan volume 52.12 m3. Perhitungan terhadap volume kerusakan diperoleh 24.613 m3 yang menunjukkan persentase kerusakan terhadap volume keseluruhan batur sebesar 47.22 %.
Dinding Halaman II
Dinding halaman II berada dalam kondisi yang tidak utuh karena tertimbun material vulkanik. Kerusakan yang paling banyak terjadi adalah kerusakan arsitektural, dimana tubuh dinding runtuh pada sisi dalam dan luar. Dinding halaman II sisi dalam memiliki ukuran 56.5 x 0.43 x 0.9 meter, sedangkan sisi luarnya memiliki ukuran 56.5 x 0.43 x 2.1 meter dengan volume total sebesar 72.89 m3. Perhitungan volume kerusakan menghasilkan angka 70.95 m3 yang menunjukkan persentase kerusakan sebesar 97.3 % dari volume keseluruhan dinding. (Albert&Tim)