Candi Agung, Candi di Kalimantan yang Berasal dari 750 Masehi

0
9484

Candi Agung-Amuntai-KalimantanCandi Agung berada di Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan koordinat Terletak sekitar 200 km dari Banjarasin atau sekitar 4-5 jam dengan kendaraan darat. Ditemukan pada 1962 ketika Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara meratakan tanah untuk dijadikan jalan dan perluasan kota ke arah barat. Keadaan permukaan tanah situs pada umumnya datar. Lokasinya dikelilingi oleh tiga batang sungai, yaitu sungai Tabalong, Sungai Balangan dan Sungai Negara. Semua sungai itu bermuara di Sungai Barito. Di dekat sungai terdapat sungai buatan yang bermuara di Sungai Negara.

Ketika membuka hutan dan meratakan tanah bukit yang dianggap keramat pada 1962, muncullah benda-benda tinggalan budaya masa lampau yang berupa fragmen sepasang kaki yang oleh penduduk disebut “sepatu raksasa”, dan fragmen lapik (?) teratai yang dibuat dari batu alam. Fragmen sepasang kaki tersebut, sekarang disimpang di rumah ada Banjar di Taman Mini Indonesia Indah.

Menurut sejarah lokal yang lebih tepat disebut cerita rakyat, Candi Agung merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke-14 Masehi. Dari kerajaan tersebut akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri pada 1438 di persimpangan tiga aliran sungai, yaitu Sungai Tabalong, Balangan dan Nagara.

Pada 1967 dilakukan penelitian arkeologi di Situs Candi Agung oleh tim kerja sama Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil ekskavasi berupa struktur tembok/fondasi bangunan berukuran 7 x 7 meter, fragmen kepala kala dari terakota, lapik padma dalam bentuk utuh dan fragmen,  hiasan bangunan yang berbentuk antefiks, bata, manik-manik dari bahan tanah liat bakar, dan pecahanpecahan tembikar serta keramik. Ditemukan juga lima periuk, di antaranya berisi sisa abu, tulang, manik-manik, dan tanah.

Suatu keistimewaan jika dibandingkan dengan candi atau Stupa dari daerah lain di Indonesia, bangunan Candi Agung itu rupanya dibangun di atas tanah rawa yang diurug. Melihat sisa undakan, sepertinya bangunan candi ini menghadap arah tenggara. Sebelum diurug terlebih dahulu diberi tiang pancang dari kayu ulin. Setelah cukup kuat tanah urugannya, barulah dibuat konstruksi bangunannya. Keseluruhan bangunan dibuat dari bahan bata, dan hiasannya dibuat dari terrakota. Material lainnya berupa kayu ulin yang dipakai sebagai fondasi yang ditancapkan ke tanah rawa.

Penelitian terhadap Candi Agung dilakukan kembali pada 1997 oleh Balai Arkeologi Banjarmasin. Pada penelitian ini dilakukan analisis radiokarbon C-14 terhadap sampel kayu ulin yang tertancap di halaman kerikil Candi Agung. Hasil analisis tersebut didapatkan bahwa Candi Agung berasal dari 750 Masehi atau abad ke-8 M. Hasil penanggalan ini lebih tua enam abad daripada usia berdasarkan cerita rakyat (abad ke-14 M).

Sumber:

Utomo, Bambang Budi, 2014, “Candi Agung” dalam Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan (ed.) Candi  Indonesia Seri Sumatera, Kalimantan, Bali, Sumbawa, Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hlm. 188–190