Koordinasi program Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman kali ini dilakukan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT. Kegiatan yang dilaksanakan dari 22 hingga 24 November 2015 bertujuan untuk menginformasikan kegiatan Tugas Pembantuan yang anggarannya dilimpahkan ke dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, serta menjelaskan pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan.
Koordinasi program dilakukan dengan menempuh perjalanan udara dari Jakarta menuju Denpasar, Bali, lalu dilanjutkan ke Bandar Udara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Selanjutnya menuju ke lokasi ditempuh dengan perjalanan darat menggunakan mobil rental dari bandara. Perjalanan darat memakan waktu kurang lebih 10 menit. Hal yang sama dilakukan pada perjalanan pulang.
Pada hari pertama, tim dari pusat ditemani pemilik museum Budaya Sumba langsung mengunjungi museum, tetapi setibanya di lokasi lampu padam, sehingga tinjauan lapangan dilanjutkan esok hari. Pada hari kedua kami bertemu dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Daya, Kepala Bidang Pariwisata, serta pemilik Museum Budaya Sumba.
Dari hasil pertemuan dan koordinasi tersebut, kami menyampaikan beberapa hal yang penting untuk menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan pada 2016. (Pandu Hahendratama)
Sekilas tentang Museum Sumba atau Rumah Budaya Sumba
Museum Sumba atau Rumah Budaya Sumba merupakan museum di Pulau Sumba, NTT. Museum yang berlokasi di Waitabula, Sumba Barat Daya ini menyimpan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan oleh seorang pastor, putra asli Sumba, Pater Robert Ramone C Ss R yang lahir di Kodi.
Museumnya hanya terdiri dari sebuah ruangan tanpa sekat, dimana arsitekturnya mengadopsi rumah tradisional Sumba. Yang menjadi ciri khas dari rumah tradisional Sumba adalah atap tinggi yang disebut menara dan empat buah pilar di dalamnya. Di setiap pilar ada ukiran berupa simbol, sedangkan ketinggian atap melambangkan tingkat kekayaan (sumber:travel.detik.com)