Fungsi dasar museum adalah melakukan penelitian, konservasi atau pelestarian dan komunikasi sebagai aspek mediasi dengan masyarakat. Komunikasi mencakup kegiatan penyebaran hasil peneitian berupa pengetahuan. Misalnya melalui pameran, events, roadshow, dan publikasi. Berkaitan dengan aspek komunikasi, akan tampak jelas sebagaimana pentingnya komunikasi yang baik dalam suatu sistem tata pameran di museum. Hal ini harus dipahami secara mendalam agar tidak terjadi kesalahan pada saat menyajikan suatu materi informasi.
Sejak awal pihak museum sudah harus memikirkan pesan yang sebenarnya ingin disampaikan kepada pengunjung. Selanjutnya dapat ditentukan materi-materi yang dibutuhkan untuk menunjang pesan yang ingin disampaikan agar dapat dipahami dengan baik.
Sebesar apapun bobot materi informasi yang ingin disampaikan, atau sepenting apapun nilai informasi yang ingin diberikan, tidak akan memberikan makna apapun kepada pengunjung apabila pihak museum salah dalam menyajikannya. Artinya pihak museum harus memahami bobot materi informasi yang akan disajikan, media apa yang akan digunakan, dan unsur pendukung apa saja yang dibutuhkan untuk menyajikan informasi tersebut.
Komunikasi bukan hanya sekadar tukar-menukar pikiran atau pendapat saja, tetapi proses mengubah perilaku orang lain. komunikasi pada hakikatnya adalah roses menyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekuatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna antara pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
Sumber: Tjahjopurnomo, dkk, Konsep Penyajian Museum, Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, hlm. 57-59