Sarkofagus

0
10768

Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata “sarkofaus” berasal dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, “daging”) dan φαγεῖνειν (phagein,”memakan”), dengan demikian sarkofagus bermakna “memakan daging”.

Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabaster

Sarkofagus—kadang-kadang dari logam atau batu kapur—juga digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk dikubur di dalam tanah.[1]

(Sumber: id.wikipedia.org)

Tentang Sarkofagus di Indonesia

Sistem penguburan dengan sarkopagus ditemukan di daerah Basuki (Jawa Timur) dan beberapa situs di Bali. Temuan sarkopagus di situs Gilimanuk telah membantah dugaan sebelumnya bahwa masyarakat pesisir tidak mengenal sistem kubur dengan sarkopagus, mengingat batu padas sebagai bahan baku sarkopagus tidak ditemukan di daerah pesisir[1]. Bentuk atau tipe sarkopagus yang ditemukan di situs Gilimanuk menunjukkan persamaan dengan sarkopagus Munduk Tumpeng di Kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Keberadaan sarkopagus di situs Gilimanuk menunjukkan adanya hubungan atau kontak antara daerah pedalaman (Munduk Tumpeng) dan Gilimanuk sebagai daerah pesisir pada masa awal logam di Bali. Selain itu, temuan bekal kubur dalam sarkopagus Pangkungliplip (Kabupaten Jembrana) dan Margatengah (Kabupaten Gianyar) yang berupa lempengan emas penutup mata menunjukkan kesamaan dengan temuan bekal kubur di situs Gilimanuk[2]. Di luar Bali, lempengan daun emas sebagai penutup mata juga ditemukan di situs megalitik Adhichanallur (Tamilnadu, India), Santugong (Serawak) dan Oton di pulau Panay (Filipina)[3]. Sistem penguburan dengan sarkopagus ataupun tempayan, serta bekal kubur yang disertakan pada orang mati sekaligus menunjukkan hubungan situs Gilimanuk dengan situs lain di Bali maupun daerah di Indonesia dan Asia Tenggara serta India Selatan.

[1] (Soejono, 1977)

[2] ibid.

[3] (O’Connor and Harrisson, 1971)

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)