Beberapa Prasasti yang Berisi tentang Irigasi Sawah

0
2421

Beberapa sarana irigasi sawah yang berkembang pada masa kuna di Kepulauan Nusantara adalah meliputi dawuhan (waduk), arung (trowongan air), tambak (tanggul), tameng (dam), weluran (saluran), dan sebagainya. Beberapa istilah tersebut memiliki pengertian yang mirip, yang berhubungan dengan aktivitas perbendungan untuk meningkatkan air bagi irigasi pertanian. Sejauh ini spesifikasinya belum sepenuhnya jelas walaupun diduga perbedaannya terletak pada ukuran fisik, intensitas pekerjaan, atau pun fungsi-fungsi sekundernya. Dawuhan tersurat pada prasasti Harinjing A (804 M), Bakalan (934 M), dan Kelagen atau Kamalagyan (1037 M).

Sarana irigasi yang disebut dalam prasasti tersebut berfungsi dalam waktu yang lama dan bahkan mengalami perbaikan, sebagaimana disebut dalam prasasti Harijing B (921 M), Kandangan (1350 M), dan Trailokyapuri (1456 M). Pemakaian waduk atau dawuhan tersebut meliputi kawasan alluvial sungai Brantas dan anak-anak sungainya yang mendapat pengaruh kuat dari Gunung Kelud, Gunung Anjasmoro, dan Welirang.[1]

[1]    Bugie M.H. Kusumohartono. “Aspek Adaptasi Dalam Subsistansi Sawah Pada Jaman Indonesia Kuna di Jawa”, dalam Kehidupan Ekonomi Masa Lampau Berdasarkan Data Arkeologi Jilid I. Trowulan: Proceeding Analisis Hasil Penelitian Arkeologi II, 8-11 Nopember 1988, hal. 137.

lihat juga tentang Subak

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilik II)