Fenomena yang sama juga dijumpai di Bali yaitu pada saat munculnya Kesari Warmmadewa yang merupakan cikal bakal dari dinasti Wardemmadewa yang memerintah di pulau ini. Kesari warmadewa disebutkan dalam prasasti Blanjong, Malat gede dan Penempahan. Pada ketiga prasasti tersebut Kesari dinyatakan senantiasa dapat mengalahkan musuh-musuhnya. Dalam prasasti Blanjong disebutkan bahwa Kesari Warmmadewa telah mengalahkan musuh di Gurun dan Sawal. Stutterheim dan Van eerde menduga Gurun adalah sama dengan Nusa Penida, pulau kecil di selatan. Suwal adalah pantai Ketewel di daerah Sukawati, Gianyar.[1] Sejauhmana kebenaran dugaan para ahli tersebut masih perlu dibuktikan.
Prasasti Malat gede dituliskan pada tugu batu yang terdiri atas empat baris.[2] Pada baris pertama dituliskan angka Saka 835 dan bulan Phalguna. Baris kedua menyebutkan nama tokoh dalam keadaan tidak lengkap Sri Kesari Warmmadewa(?), baris ketiga menyebutkan musuh, dan baris keempat terdapat tulisan kadya kadya maksa. Prasasti penempuhan hampir sama dengan prasasti Malat Gede. Namun angka tahunnya tidak dapat dibaca. Namun bulan yang tertulis adalah Phalguna, nama bulan yang juga disebutkan dalam prasasti Blanjong dan Malat Gede. Baris kedua menyebutkan nama raja yakni Sri Kaisari. Baris ketiga menyebutkan musuh sang raja, dan pada baris keempat terdapat ungkapan kadya-kadya maka iki di tunggalan[3]. Berdasarkan prasasti Malat Gede, Penempahan Blanjong kita dapat menarik suatu kesimpulan sementara bahwa raja Kesari Warmmadewa telah menaklukkan musuh-musuhnya di daerah pedalaman Bali, pesisir dan juga daerah lain yang kemungkinan terletak di luar Bali.
[1] (Stutterheim, 1934:130) dan Van eerde (wheatly, 1985;257, note 48)
[2] (Sukarto, 1977:150-154)
[3] (ibid.,:156)
(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II)