Salah satu bangunan di dalam Benteng Rotterdam, Makasssar.
Ruang penyimpanan koleksi (storage) Museum Provinsi Sulawesi Selatan-La Galigo akan disegarkan dengan dana Tugas Pembantuan dari APBN 2016. Dana Tugas Pembantuan ini diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Museum bersejarah dan menempati Bangunan Cagar Budaya ini lahir pada Pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya 1938. Saat itu Makassar sebagai ibukota pemerintahan Sulawesi dan daerah taklukannya (Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden).
Museum yang memiliki 16 koleksi Cagar Budaya ini menempati gedung di dalam Benteng Ujung Pandang atau Fort Rotterdam. Tepatnya gedung bekas kediaman Laksamana Cornelis Speelman. Kepala museum saat itu, dan merupakan kepala museum pertama, adalah Tuan Ness.
Kepala Museum Provinsi Sulawesi Selatan-La Galigo, Andi Fatima, saat ditemui di ruang kerjanya pada akhir Agustus 2016 lalu, mengatakan bahwa Kondisi ruang penyimpanan museum ini tidak layak lagi. Maka dari itu fokus program revitalisasi museum ini ada pada ruang ini. Di antaranya perbaikan rak dan lemari yang baik dan aman untuk menyimpan koleksi.
Museum ini sempat ‘mati’ saat pendudukan Jepang, tetapi kemudian bangkit kembali pada 1966. Empat tahun berselang, tepatnya pada 1 Mei 1970 museum ini diresmikan melalui SK Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sulawsi Selatan, Nomor 182/V/1970. Kemudian diberi nama ‘La Galigo”. Pada 1979, melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berubah menjadi Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada 1988, Direktur Jenderal Kebudayaan, melalui Direktur Permuseuman museum ini diubah menjadi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selaan La Galigo. Kemudian pada 2001 berganti nama kembali menjadi UPTD Museum La Galigo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinswi Sulawesi Selatan. Saat ini museum ini lebih dikenal dengan nama Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan La Galigo.
La Galogo adalah nama dari salah satu purta Sawaregading Opunna Ware dari perkawinanya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Ia adalah tokoh dalam mitologi Bugis, yang setelah dewasa dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14. Menariknya, tokoh Sawerigading juga terdapat dalam ceritera lisan di Makassar, Toraja, Mandar, Massenrempulu, Selayar, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.
La Galigo juga merupakan karya sastra klasik yang ditulis dalam bahasa Bugis. Nama lengkapnya adalah Surek La Galigo, yang memiliki 9.000 halaman. Karya sastra yang dibacakan berlagu ini berisi cerita, tatanan, dan tuntunan hidup orang Sulawesi Selatan. Di antaranya sistem religi, ajaran kosmos, adat-istiadat, bentuk dan tatanan masyarakat/pemerintahan, pertumbuhan kerajaan sistem ekonomi/perdagangan, keadaan geografis, dan peristiwa penting yang pernah terjadi.