TENUN SIAK

0
11797

Kain songket atau kain tenun merupakan mahkota seni yang bernilai tinggi. Teknik pembuatannya juga memerlukan tingkat kecermatan yang tinggi. Dalam pembuatan songket diperlukan ketekunan, keuletan, dan kesabaran. Jika dilakukan dengan terburu-buru maka hasilnya akan tidak maksimal. Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika pekerjaan mengurus rumah tangga atau bertani telah selesai. Dengan pembuatan dan pengerjaan yang harus sangat telaten ini wajarlah harga kain songket bisa berlipat ganda dibandingkan kain-kain yang lainnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk menenun satu songket biasanya paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan. Waktu tersebut belum termasuk membuat motif.Karena rumitnya proses bertenun ini, sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu berbulan-bulan. Sehingga untuk membuat satu songket waktu diperlukan bisa satu bulan setengah. Senuah songket eksklusif memerlukan waktu antara satu hingga tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 7-14 hari.
Gambar 2. Proses pembuatan Songket dengan Menggunakan Kik

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
Pada awalnya, Songket Siak dibuat dengan sistim tumpu. Seiring perkembangan zaman, proses pembuatannya juga berubah, yaitu dengan alat yang bernama Kik. Kik adalah alat tenun yang cukup sederhana, terbuat dari kayu berukuran sekitar 1×2 meter. Oleh karena alatnya yang relatif kecil, kain tenun yang dihasilkan juga relatif kecil. Untuk membuat kain sarung misalnya, diperlukan dua helai kain tenun yang disambung menjadi satu (kain berkampuh). Seiring perkembangan zaman, alat tenun Kik diganti dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Dengan ATBM ini waktu pengerjaan tenun dapat lebih dipersingkat serta mampu menghasilkan ukuran kain yang relatif lebih besar.
Bahan-bahan dan Peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Songket Siak, antara lain:
• Kapas.
Kapas merupakan bahan dasar untuk membuat Songket Siak. Pada zaman dahulu, para pengrajin tenun melakukan sendiri proses memintal kapas menjadi benang. Biji-biji kapas yang baru dipanen dikeluarkan dengan cara dijemur. Setelah biji-bijinya dipisahkan oleh panas matahari, kapas itu dipintal menjadi benang, sebagaimana bidal melayu di atas “dari kapas menjadi benang, pilin benang menjadi kain” (dalam Pusdatin Puanri, 2007: 108-109). Saat ini, para pengrajin tidak perlu lagi memintal kapas menjadi benang, karena benang untuk tenunan telah banyak dijual di toko-toko. Oleh karena benang tidak dibuat sendiri oleh para pengrajin, maka waktu yang dibutuhkan untuk membuat selembar kain Songket Siak menjadi jauh lebih cepat.
Gambar 3. Benang kapas sebagai bahan utama pembuatan Songket

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
• Pewarna
Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki. Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna – warna yang didapat dari alam. Teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Sedangkan untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas. Bahan ini diperlukan untuk mewarnai benang yang hendak digunakan untuk membuat kain Songket Siak.
Benang diwarnai sesuai kebutuhan kain tenun yang akan dibuat. Bahan pewarna ini biasanya berasal dari bahan-bahan yang alami. Untuk membuat warna merah menyenggau, dilakukan dengan merebus buah kesumba keling yang dicampur dengan kapur. Warna jingga dihasilkan dari campuran rebusan umbi temu kuning dengan kapur, atau dari campuran kulit manggis yang direbus dengan celisan manggar kelapa. Hitam dari pencelup hitam semacam wantek (pewarna tekstil). Hijau dari campuran rebusan daun kayu nodo dan kapur. Warna biru merupakan hasil campuran dari senduduk/kenduduk dengan temulawak. Sedangkan warna coklat dari rebusan kayu samak (Pusdatin Puanri, 2007: 113).
Untuk menghasilkan warna yang diinginkan, diperlukan waktu yang cukup lama. Namun kini pewarna buatan dengan kualitas beragam telah dapat dengan mudah didapatkan di toko-toko tekstil terdekat dari pengrajin, sehingga proses pewarnaan benang dapat berlangsung jauh lebih singkat. Lebih dari itu, kini pengrajin dapat dengan mudah langsung membeli benang-benang yang sudah diwarnai sehingga kembali memangkas waktu pembuatan sehelai kain Songket.
• Benang Emas.
Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Songket Siak tidak dapat dipisahkan dari benang jenis ini. Bisa dikatakan benang emas inilah ciri khas dari kain Tenun Sumatera yang menjadikan hasil tenun lebih memiliki nilai keindahan, kebesaran dan tentunya nilai ekonomis. Kualitas benang emas yang digunakan pengrajin amat mempengaruhi harga kain tenun buatannya dipasaran. Sayangnya, tidak ditemukan literatur yang membahas mengenai bagaimana awal benang emas ini dipergunakan dalam kain Songket Siak.
Benang emas yang dipakai ada beberapa jenis, yaitu benang emas cabutan, benang emas Sartibi dan benang emas Bangkok. Untuk mendapatkan motif songket berbenang emas, ditambahkan benang emas yang sudah dihitung kemudian ditenunkan di antara benang tadi. Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat. Pengerjaaan yang rumit dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket yang baru yang berkesan antik.
Gambar 4. Benang emas yang digunakan untuk membuat Songket

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
Jenis yang kedua, benang emas impor. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan memang didatangkan dari Bangkok. Hanya saja, diakui oleh salah seorang pengrajin songket di Pekanbaru bahwa benang emas dengan kualitas terbaik bagi Songket Siak masih diproduksi oleh India. Untuk memperoleh benang emas dengan mutu terbaik ini biasanya para pengrajin berbelanja benang emas ini di Singapura atau Malaysia. Indonesia bukannya tidak mampu membuat benang emas untuk digunakan dalam berbagai kain tenun, hanya saja diakui oleh pengarajin bahwa kualitas benang emas buatan lokal masih kalah ketimbang benang emas buatan India.
Selain songket yang dibuat dengan benang emas baru, songket juga dibuat dengan benang emas cabutan. Proses cabutan adalah proses pemisahan benang Emas dari songket lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan longsen lama yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang emas yang sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang dipisah dari kain yang lama, kemudian digulung.

Peralatan Menenun
Secara garis besar, peralatan yang digunakan untuk membuat Tenun Siak ada dua macam, yaitu Kik dan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Untuk peralatan Kik, diperlukan tambahan sebagai berikut:
• Karap, yaitu alat pemisah benang atas dengan benang bawah.
• Sisir, yaitu alat pemisah susunan benang lonsen/longsi.
• Belebas, alat bantu menyusun motif.
• Peleting, bambu kecil tempat benang lintang.
• Torak, alat tempat peleting.
• Lidi pemungut, yaitu alat bantu membentuk motif.
• Pijak-pijak, yaitu alat pijak untuk menggerakan lonsen keatas dan kebawah mengapit benang pakan.
• Bangku-bangku, tempat duduk penenun (Dekranasda Riau, 2008: 90)
ATBM merupakan penyempurnaan dari alat tenun Kik. Jika pada Kik peralatan-peralatan pendukung berada terpisah, maka pada ATBM semua peralatan menyatu dalam satu alat sehingga proses pembuatan tenunan menjadi lebih efektif dan mudah. Dengan waktu pembuatan yang juga relatif lebih cepat. Jika menggunakan Kik waktu yang diperlukan untuk membuat selembar kain sekitar 3-4 minggu, maka dengan ATBM sehelai kain dapat diselesaikan dalam jangka waktu sekitar 5-14 hari.

Gambar 5 dan 6. Kiri: ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin); Kanan: Proses Menenun dengan Mengunakan ATBM

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
Setelah proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Alat yang digunakan untuk proses penenunan ini selain 1 (satu) set alat tenun, digunakan juga baliro yang digunakan untuk menyentak benang di lungsi dengan benang pakan. Perawatan kain songket harus dilakukan dengan hati-hati. Kain songket tidak bisa terkena panas atau disimpan di ruangan yang sembarangan. Perawatannya harus benar-benar diperhatikan. Setelah dipakai kain songket mesti diangin-anginkan terlebih dulu, kemudian digulung dan setiap tiga bulan sekali harus dibuka (dijabarkan) untuk menghilangkan bau atau ngengat yang mungkin ada di dalam lipatannya.
Tahap-tahap Pengerjaan Kain Tenun / Songket Siak
• Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
o Membuat motif tenunan. Tahap paling awal dari proses pembuatan Tenun Siak adalah membuat pola dan motif dari tenunan. Membuat pola dan motif harus dilakukan dengan teliti dan tidak asal menggambar.
o Mempersiapkan bahan-bahan. Setelah pola dan motif dibuat, maka tahap selanjutnya adalah mempersiapkan benang-benang, baik warna yang diinginkan maupun jumlah yang diperlukan untuk membuat sebuah tenunan.
o Mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses pembuatan tenunan. Biasanya, peralatan untuk menenun telah tersedia sehingga yang diperlukan tinggalah memastikan semua alat-alat yang akan digunakan dapat berfungsi dengan baik.

• Tahap Menenun
Setelah pola dan motif dibuat, benang-benang yang diperlukan mulai disiapkan, dan peralatan telah siap pakai, maka proses pembuatan Tenun Siak dapat segera dimulai. Proses pembuatan Tenun Siak adalah sebagai berikut:
o Dengan Menggunakan Kik
Tahap pertama pembuatan Tenun Siak adalah menerau, yaitu mengumpulkan untaian benang dan menggulungnya pada seruas bambu. Selanjutnya, gulungan benang tersebut disusun menyatu dengan benang lainnya hingga mencapai panjang sekitar 20-30cm. Kemudian dilanjutkan dengan mengani, yaitu proses menggulung benang pada gulungan yang terletak diujung Kik. Selanjutnya, benang yang telah digulung pada ujung Kik di rentangkan sesuai dengan panjang Kik. Benang yang terentang ini disebut longsi atau longsen. Setelah benang terentang, proses membuat selembar tenunan dapat dimulai (Dekranasda Riau, 2008: 90).

o Dengan Menggunakan ATBM
Membuat Tenun Siak menggunakan ATBM tidak jauh berbeda dengan menggunakan Kik. Hanya saja karena ATBM merupakan penyempurnaan dari Kik, penggunaan ATBM menjadikan proses menenun lebih mudah dan efektif, dengan waktu pengerjaan yang lebih singkat dan hasil kain yang lebih lebar.
Proses awal pembuatan tenunan menggunakan ATBM relatif sama dengan menggunakan Kik, yaitu menyusun benang dan menggulungnya pada ujung ATBM (mengani). Kemudian benang yang diani direntangkan menjadi benang longsi, dan ditarik ke pangkal dengan lebih dulu menggunakan gun (karap), dan sisir besi. Didalam proses penenunan ini benang longsen dimasukkan kealat tenun melalui sisir tenun dan pegangan utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh benang dan benang emas tambahan.

Gambar 7. Proses menenun dengan menggunakan ATBM

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
Kemudian pangkal gabungan benang diikatkan pada paku penggulung. Selanjutnya, benang pakan dimasukkan dari sisi kiri dan kanan melalui sebuah torak (teropong), yang didalamnya terdapat peleting (gulungan benang). Benang pakan dimasukkan dengan menggunakan alat yang bernama peleting. Sedangkan untuk mempermudah benang pakan yang ada di peleting masuk ke longsen torak didorong melewati benang longsen. Setelah seluruh benang di peleting lewat, maka dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan yang dibantu dengan sisir tenun. Lalu, sisir besi dihentakkan kearah penenun (melantak), sehingga terbentuk sebuah garis kain baru dari hasul persilangan dua benang longsen dan pakan.

Gambar 8. ATBM yang sedang digunakan untuk membuat Songket

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012
Proses penenunan dimulai dari ujung kain, dilanjutkan sesuai dengan motif kain. Setiap songket mempunyai tumpal (kepala) kain. Tumpal kain biasanya diletakkan di bagian depan ketika kain dipakai. Demikian seterusnya hingga menjadi selembar kain yang direncanakan. Pembentukan motif biasanya dilakukan bersamaan dengan proses menenun, yaitu dengan menyisipkan benang emas diantara benang longsen yang ada. Proses ini disebut memungut.

Pemasaran Hasil Kerajinan Tenun / Songket Siak
Setelah tenunan selesai dibuat, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu tenunan yang dihasilkan dijual langsung, dan atau dibuat produk baru terlebih dahulu sebelum dijual. Misalnya dijadikan tas, taplak meja, dan lain sebagainya. Pada zaman dahulu, pendistribusian tenunan masih dilakukan dengan sangat sederhana atau bahkan sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, khususnya untuk melakukan ritual adat. Saat ini pendistribusian telah dilakukan menggunakan sistim modern dengan banyak memanfaatkan media yang canggih.
Gambar 9. Pengembangan Songket sebagai souvenir Pekan Olahraga Nasional 2012

Sumber: Dokumentasi Pribadi Prioharyono dan Baskoro, 2012

Eksplorasi nilai ekonomis Songket Siak juga merupakan salah satu upaya yang harus lebih digencarkan pelaksanaannya untuk kembali mengangkat eksistensi Songket Siak. Jika Songket siak telah menjadi sumber ekonomi, maka dengan sendirinya masyarakat akan melestarikan songket ini. Agar masyarakat tertarik untuk berpartisipasi dalam pelestarian Songket Siak, maka salah satu yang paling praktis adalah menjadikan Songket Siak sebagai sumber penghasilan masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan agar Songket Siak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi para pengrajinnya adalah dengan memperluas wilayah pemasaran dan memperbanyak variasi produk yang menggunakan kain Songket Siak.