Tortor dapat diartikan sebagai tarian. Tortor merupakan tarian seremonial yang disajikan bersaman dengan penyajian musik gondang (Toba), gonrang ( Simalungun), gordang (Mandailing). Tortor lebih pas diartikan sebagai bentuk pengejawantahan ekspresi baik individu maupun kolektif yang muncul pada saat upacara adat maupun ritual lainnya. Sebenarnya tortor tercipta karena adanya upacara kematian, panen, penyembuhan dan pesta muda-mudi.
Tortor memiliki makna yaitu sebagai penyemangat jiwa, seperti makanan untuk jiwa dan sebagai penghibur. Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dalam dari gerakan-gerakkannya menunjukkan bahwa tortor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerak-gerakkan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
Tortor Sombah merupakan tarian yang dipersembahkan untuk menyambut raja ataupun menyambut tamu dan kerabat dekat yang diiringi dengan gendang, tarian ini dapat dianggap sebagai penghormatan bagi tamu maupun rombongannya. Bila tortor ini selesai diperlihatkan baru yang lain dapat menarikan sesuatu tarian yang diingininya. Tortor sombah ini telah lama hidup di tengah-tengah masyarakat dengan istilah “sembah”.
Secara umum, posisi menyembah ini diperlihatkan dua lakon: 1) badan berdiri dengan posisi kepala menunduk (unduk), telapak tangan terbuka dan dirapatkan serta di taruh di depan wajah yang menunduk serta badan (torso) sedikit condong (membungkuk ke depan), 2) badan membungkuk total, kedua telapak tangan terbuka dan ditaruh di depan kepala serta kepala menunduk sehingga lakon yang tampak cenderung ’seolah-olah mencium’ tanah.
Keterangan
Tahun :2019
Nomor Registrasi :201900824
Nama Karya Budaya :Tortor Sombah
Provinsi :Sumatra Utara
Domain :Seni Pertunjukan
Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda
Sumber Foto: http://threeanita.blogspot.com/2016/01/tor-tor-sombah-simalungun.html