Penerima Anugerah Kebudayaan 2017 Kategori Pemerintah Daerah: Kabupaten Kutai Timur

0
1931

Dinas kebudayaan memiliki empat bidang, terdiri atasi bidang pelestarian cagar budaya, bidang sejarah, bidang kesenian tradisi dan per lman, serta bidang pengembangan budaya. «Pembentukan dinas budaya yang dibuat tersendiri adalah bagian penting dari upaya Kutai Timur melestarikam khazanah budayanya supaya terbangun manusia berkarakter dan Kutai Timur yang lebih baik,»kata Ismunandar.

Kutai Timur memiliki beberapa pilar kebudayaan, yakni kebudayaan pedalaman dan kebudayaan pesisir dari etnis Kutai Timur, kebudayaan berlatar agama serta kebudayaan berdasar etnis pendatang.

Kebudayaan pedalaman adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat adat etnis Dayak. Beberapa di antaranya dalam bentuk seni tari, seperti tari perang, tari enggang, tari berburu, dan tari gentar. Selain itu juga dalam bentuk ritual dan upacara-upacara adat, di antaranya berupa pesta adat lomplai, hudoq, dan belian. Seni tradisi tersebut tetap bertahan dan bahkan tumbuh berkembang, termasuk cerita-cerita rakyat. Senu rupa dan kriya yang berbasis kebudayaan lokal sangat berkembamg, seperti ukiran dan kehidupan komunitas rumah adat (rumah panjang/lamin), mandau, tombak dan talabang. Seni musiknya juga khas, seperti sampe, seni bermain gong dan tari gong, kelentangan, kulintang, gendang, dana pa yang mereka sebut suling dewa.

Salah satu upacara khas suku Daya di daearh ini yang menarik adalah apa yang mereka namakan Lomplai, semacam pesta adat yang digelar masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran Sungai Wahea dan Sungai Telen, Kecamatam Wahau. Lomplai mengandung arti mengantisipasi agar tidak sakit atau selalu sehat dan panjang umur. Namun, lomplai bisa juga diartikan sebagai pesta masa panen padi.

Lomplai adalah salah satu bentuk kearifan lokal terkait bagaimana masyarakat di sana menghargai alam dan lingkungan sekitar sebagai tak terpisah dalam kehidupan sehari-hari mereka. Karena itu, upacara ini mengandung banyak makna pujian dan rasa terima kasih kepada alam dan sang pencipta. Tumbuhan padi dalam pesta ini dijadikan ikon, sehingga semua manusia menghargai tumbuhan sebagai sesama ciptaan Tuhan. Prosesnya ditandai dengan pemukulan gong yang dijuluki ngesea agung dan diikuti tetabuhan yang disebut tewung. Pesta adat warisan leluhur yang hingga kini terus dipertahankan ini membuat masyarakat masa kini dapat melihat peninggalan budaya masa lalu yang masih tetap lestari.

Selain potensi budaya—benda (tangible) dan takbenda (intangible), potensi alam juga tengah dipopulerkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Adalah kawasan karts seluas 1,86 juta hektar yang tengah ramai diperbincangkan di dunia maya. Letaknya meliputi kawasan Gunung Nyapa, Tandoyan, Marang, Gergaji, Beriun, Tatunumbo sampai Gunung Sekerat. Kawasan karst ini berupa bentang alam yang didominasi oleh batu gamping yang memiliki ekosistem dinamis. Pulau Karts—beget mereka menamakan kawasan ini—ternyata berfungsi juga sebagai reservoar air yang sangat penting bagi Kutai Timur.

“Melihat banyaknya potensi budaya dan alam nan indah itu, bagaimana mungkin kita tidak menjaganya dalam satu lembaga yang kokoh di pemerintahan. Karena itu, kami memandang satuan kerja dinas kebudayaan mesti berdiri sendiri. Ketika sumber tambang dan mineral sudah habis, maka kebudayaan dan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakterlah yang akan mencegah Kutai Timur dari julukan kota mati,” kata Ismunandar.