Nguras Enceh (2)

0
1639

Dalam upacara tradisi nguras enceh ini, para pelaku upacara tradisi tersebut mempercayai bahwa di dalam air enceh terdapat kekuatan magis yang dipercaya oleh para pelaku dapat memberikan suatu kekuatan untuk menghindarkan para pelaku upacara dari segala gangguan dan dapat memberikan berkah bagi kehidupan mereka. Meskipun dalam upacara tradisi nguras enceh para pelaku mempercayai adanya kekuatan magis yang terkandung dalam air itu, namun sepenuhnya para pelaku tidak menganggap air itu sebagai kekuatan tertinggi. Air enceh itu dianggap hanya sebagai perantara Tuhan untuk memberikan pertolongan kepada umatnya. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam prosesi upacara tradisi nguras

enceh terdapat acara tahlil bersama baik sebelum dan sesudah upacara tradisi nguras enceh dimulai. Tahlilan berarti membaca dzikir dengan bacaan Laa ilaaha illallah, tasbih, tahmi, takbir, ayat-ayat suci Al-Quran dan sholawat Nabi yang kemudian diakhiri dengan doa. Inti dari doa tersebut adalah mendoakan para arwah leluhur yang disemayamkan di makam raja-raja Imogiri.

Berbeda dari sebelumnya, pada beberapa tahun terakhir ini sebelum diadakan upacara tradisi nguras enceh ditambahkan sebuah tradisi kirab budaya sebagai pembuka upacara tradisi nguras enceh yaitu tradisi kirab budaya ngarak siwur yaitu merupakan sebuah tradisi yang menitik beratkan pada ngarak atau mempawaikan siwur yaitu alat yang digunakan untuk mengambil air di dalam tempayan yang terbuat dari tempurung kelapa yang berjumlah 2 buah masing- masing dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Upacara tradisi nguras enceh terdapat makna yang berisi tentang pembelajaran hidup manusia. Bersih atau suci merupakan syarat utama seorang manusia untuk menghadap kepada Tuhan, manusia harus membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan nista ini digambarkan melalui pembersihan enceh di dalam upacara tersebut.

Selain itu di dalam tradisi nguras enceh terdapat gambaran bagaimana abdi dalem, juru kunci serta warga masyarakat sekitar saling membantu untuk mengisi enceh menggunakan ember yang diangkat secarai berantai atau ranting. Jelas dalam gambaran tersebut dapat diketahui makna simbolik dalam tradisi nguras enceh yaitu orang hidup harus saling bergotong royong. Nguras enceh juga mempunyai filosofi, bahwa enceh itu diibaratkan sebagai manusia, dan air suci diibaratkan dengan ilmu yang baik.

Dalam prosesi pengisian enceh filosofinya adalah orang harus menuntut ilmu yang baik, setelah itu apabila telah sukses dan memiliki ilmu harus saling berbagi dan membantu sesama. Saling membantu sesama adalah hasil dari filosofi air yang sangat berguna bagi kehidupan. Fungsi sosial pertama adalah fungsi kesenangan. Upacara ini disertai dengan kirab budaya yang bersifat tontonan. Tontonan yang dihadirkan memberikan hiburan kepada masyarakat. Fungsi edukasi dengan nilai-nilai adat tradisi

Tradisi Nguras Enceh (Genthong/Kong) di Puralaya komplesks makam raja-raja Mataram di Pajimatan masih menjadi daya tarik masyarakat. Prosesi Nguras Enceh dimulai sekitar pukul 09.00 dengan kenduri bersama, yang dipimpin oleh sesepuh juru kunci Puralaya Imogiri. Usai kenduri dan selamatan dilanjutkan penyucian 4 enceh, Nyai Danumurti, Kyai Danumaya, Kyai Mendung, Kyai Siyem. Usai penyucian dilanjutkan dengan pengisian enceh. Luberan air dari enceh diperebutkan pengunjung yang dipercaya oleh mereka konon mempunyai khasiat tertentu.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900967

Nama Karya Budaya :Nguras Enceh

Provinsi :DI Yogyakarta

Domain :Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda