Jamasan Pusaka Suroloyo (2)

0
1029

Persiapan dan Perlengkapan Upacara

Persiapan upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo diawali beberapa hari sebelum hari puncak upacara pada tanggal 1 Sura dengan membersihkan lingkungan Dusun Keceme, membersihkan dan menyiapkan tempat upacara di Sendang Kawidodaren dan Gedhong

Pusaka. Satu hari sebelum puncak upacara para petugas yang telah ditunjuk dibawah arahan Kepala Dusun Keceme dan Bapak Surakso Kemat selaku Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren menyiapkan ubarampe atau perlengkapan upacara yang berupa: jeruk mipis, kembang setaman, dupa, hio dan minyak cendana. Selain itu dipersiapkan sesaji untuk jamasan yang berwujud gunungan wulu-wetu yang dibuat dari wulu-welu atau hasil pertanian/ palawija yang berupa sayuran dan buah-buahan dari wilayah Desa Gerbosari. Adapun wulu-wetu yang dipakai untuk membuat sesaji gunungan terdiri atas: wortel, kacang lanjaran (panjang), lombok alit, lombok ageng (abang), brambang, bawang, jambu, jeruk, apel, nanas, kobis, jagung, pantun, ketela pohong, caibok, buah coklat dan buah kopi. Bermacam-macam buah dan sayuran tersebut kemudian ditata, dirangkai dan dihias untuk membuat gunungan. Selain itu juga dipersiapkan sesaji untuk selamatan pada malam tanggal 1 Sura yang berupa: tumpeng, ingkung ayam dan perlengkapannya, sega golong, lentho, srundeng, sayuran (gudhangan), oseng-oseng (tahu, tempe, kacang, kentang), dan bermacam-macam jenang.

Jalannya Upacara Adat Jamasan Pusaka Di Suroloyo

Upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo diawali dengan selamatan yang dilaksanakan pada malam tanggal 1 Sura bertempat di Gedhong Pusaka yang terletak di komplek Sendang Kawidodaren. Selamatan ini dipimpin oleh Modin Desa Gerbosari. Selamatan dilengkapi dengan ubarampe sesaji:yang berupa: tumpeng, ingkung ayam dan perlengkapannya, sega golong, lentho, srundeng, sayuran (gudhangan), oseng-oseng (tahu, tempe, kacang, kentang), dan bermacam-macam jenang. Setelah peserta selamatan yang berjumlah sekitar 40 orang hadir dan duduk di serambi Gedhong Pusaka, dan sesaji selamatan telah disiapkan, diletakan di tengah-tengah serambi dikelilingi para peserta selamatan. Kemudian Juru kunci Gedhong Pusaka yaitu Bapak Surakso Kemat menyampaikan sambutan yang berisi maksud dan tujuan selamatan malam ini untuk memohon kelancaran dan keselamatan dalam pelaksanaan upacara Jamasan Pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa yang akan dilaksanakan pada pagi harinya. Kemudian dilanjutkan doa yang disampaikan oleh Modin Desa Gerbosari yang merupakan permohonan keselamatan dan berkah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah doa selesai selanjutnya sesaji selamatan yang berupa makanan dibagikan kepada semua peserta yang hadir di acara selamatan tersebut. Setelah selesai acara selamatan dilanjutkan dengan wungon atau tirakatan sampai menjelang pagi hari.

Pada pagi harinya yang merupakan puncak upacara yaitu pada tanggal 1 Sura dilaksanakan Jamasan Pusaka diawali dengan arak-arakan kirab pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dari rumah Kepala Dusun Keceme menuju ke Sendang Kawidodaren dengan melewati jalan yang melingkari Dusun Keceme, dan berhenti sejenak di halaman Patung Punakawan untuk dilakukan serah terima pelaksanaan jamasan, dari pemerintah yang diwakili oleh Bapak Camat Samigaluh kepada Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren yaitu Bapak Surakso Kemat, seorang Abdi Dalem Karaton Ngayogyakarta yang mengurusi Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren di Suroloyo.

Arak-arakan kirab pusaka diiringi dengan sesaji yang berupa gunungan wulu-wetu yang dibuat dari segala macam hasil pertanian berupa sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan di wilayah Desa Gerbosari. Selain itu kirab pusaka juga diiringi oleh kesenian jathilan. Setelah acara serah terima kemudian arak-arakan dilajutkan menuju ke Sendang

Kawidodaren, sesampainya di Sendang Kawidodaren kemudian pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dibawa ke tepi Sendang, selanjutnya Tombak Manggala Murti dibuka penutupnya atau warangkanya dan Songsong Kyai Manggala Dewa dikembangkan untuk memayungi Tombak Manggala Murti selama dijamasi. Setelah Tombak Kyai Manggala Murti dilepas dari warangkanya kemudian bilah tombak diletaknya di bibir Sendang selanjutnya dilakukan proses penjamasan. Sebelum proses penjamasan dimulai sesaji yang berupa dupa hio dinyalakan atau dibakar sehingga menimbulkan bau harum tempat penjamasan di Sendang Kawidodaren. Tujuan dari membakar dupa yang membuat bau harum ini untuk menolak hal-hal yang kurang baik atau yang akan mengganggu selama proses penjamasan berlangsung. Penjamasan dilakukan oleh Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren yaitu Bapak Surakso Kemat. Proses penjamasan dilakukan dengan cara mengolesi bilah tombak dengan air jeruk dan menggosoknya dengan irisan jeruk mipis kemudian disiram atau dibasuh dengan air dari Sendang Kawidodaren yang ditempatkan pada sebuah bokor dan diberi atau dicampur dengan kembang setaman. Penjamasan pusaka setelah dilakukan oleh Bapak Surakso Kemat, kemudian dilanjutkan oleh Bapak Kepala Desa Gerbosari dan Bapak Camat Samigaluh. Demikian proses penjamasan pusaka dilakukan berulang-ulang sampai dirasa bila pusaka benar-benar bersih.

Setelah penjamasan dirasa cukup kemudian bilah pusaka ditaburi dengan kembang setaman. Selanjutnya pusaka dibasuh lagi dengan air Sendang sampai bersih. Pusaka kemudian dikeringkan dengan dilap (diusap) menggunakan kain mori. Sementara itu watang atau tangkai Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa juga dibersihkan dengan cara dilap dengan kain mori. Setelah proses jamasan dirasa cukup kemudian pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dibawa ke serambi Gedhong Pusaka untuk diolesi dengan minyak cendana. Selanjutnya pusaka dimasukan kembali ke dalam wrangkanya. Untuk beberapa saat kedua pusaka tersebut dipun lenggahaken atau ditempatkan di Gedhong Pusaka. Setelah dirasa semuanya cukup dengan alasan demi keamanan maka pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa disimpan di rumah Kepala Dusun Keceme. Selama proses penjamasan ubarampe sesaji yang berupa dupa selalu menyala dibakar sehingga baunya semerbak, hal ini dimaksudkan sebagai penolak bala selama pelaksanaan penjamasan pusaka berlangsung. Setelah penjamasan pusaka selesai dan pusaka dibawa ke Gedhong Pusaka, kemudian warga masyarakat berbondong-bondong dengan membawa botol mengambil air sisa jamasan di Sendang Kawidodaren. Mereka percaya dengan mengambil air sisa jamasan pusaka tersebut akan terhindar dari segala macam gangguan dan bahkan dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit.