I GUSTI KOMPYANG RAKA, MEMASUKKAN MUSIK BALI KE MANA-MANA

0
1247

Sejak usia 7 tahun I Gusti Kompyang Raka telah tertarik dengan tarian, gamelan dan mulai ikut-ikutan latihan menabuh dan menari. Pada usia 9 tahun, ia telah terpilih menjadi salah satu Sekhe Gong yang seluruh anggotanya orang-orang dewasa. Dengan berbekal keterampilan yang didapat dari Sekhe Gong Banjar Kutri, ia terpilih menjadi anggota tim kesenian sekolah yang pada waktu itu dibina dan dilatih oleh dua orang seniman terkenal, Tjokorde Agung Oka dan I Made Kerdek.
Pada tahun 1964-1967, ia menjadi Ketua dan Pembina kesenian di Banjar Kutri, Singapadu, Gianyar. Pada 1967 ia hijrah ke Jakarta dan mulai aktif dalam kegiatan kesenian Bali. Ia ikut bergabung pada yayasan Yasa Sedana pimpinan Sampurno SH. Bersama-sama masyarakat dan seniman Bali yang ada di Jakarta, ia merintis pembentukan LKB Saraswati (1968).
I Gusti Kompyang Raka pernah menjadi karyawan TIM (1969). Pada 1970, bersama dengan LKB Saraswati, mengikuti sebuah festival kesenian di Adeleide, Australia. Pada Konferensi PATA 1974 di Jakarta, ia turut mempersiapkan satu paket kesenian yang akan tampil di konferensi tersebut.
Beberapa kali mewakili Pemerintah Daerah Bali dalam rangka festival seni tradisional seluruh Indonesia di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah. Pada 1979, bersama dengan Guruh Soekarno Putra, mencipta dan mengadakan pergelaran di Jakarta maupun di luar Jakarta. Dewan Kesenian Jakarta menugasinya untuk mengikuti workshop teater anak-anak Asia di Kuala Lumpur, Malaysia (1986). Pernah ditugaskan oleh Gubernur KDKI Jakarta untuk mengikuti training stage dan manajemen kesenian di Rotterdam, Belanda, dan pernah menjadi bagian dari kontingen Indonesia dalam World Song Festival di Budokan Tokyo bersama Guruh Soekarno Putra.
Karya tarinya “Kecak Sanghyang” pernah dipentaskan dalam Festival Asian Collection di Kumamoto Jepang. Pernah bergabung dengan Gumarang Sakti Dance Company dan ikut serta dalam sebuah Festival Tari di Jerman. Pada 1992, ikut dalam pementasan tari pada KTT Non Blok dan 1994, bersama Trisutji Kamal, ikut dalam tur musik ensembel di Spanyol, Afrika, dan Mesir.
Pada 1997, untuk kedua kalinya ia ikut tur musik bersama Ensembel Trisutji Kamal ke Vatikan, Italia, Marseille, Paris (Prancis) dan dilanjutkan ke Yunani (1998). Pernah memimpin rombongan Wayang Orang dalam Festival Musik Teater ke delapan kota besar di Belanda (1999). Ikut dalam tur musik ke Thailand dan Prancis bersama ensembel Trisutji Kamal pada tahun yang sama. Tahun 2001, pernah membawa LKB Saraswati ke Los Angeles, Amerika Serikat dalam sebuah misi kesenian. Ikut serta dalam World Choir Olympic di Busan, Korea Selatan (2002) bersama Elfa Secioria. Pada tahun 2004 ikut serta dalam sebuah lawatan bersama Elfa Music Choir di Jerman.
Pernah menjadi pengamat Festival dan Tokyo Arts Market di Jepang (2005). Pada tahun yang sama, bersama dengan rombongan LKB Saraswati dan Nusantara Symphony Orchestra, ikut serta dalam Festival Musik Symphony Asia di Jepang. Tahun 2006, Ikut serta dalam World Olympic Choir bersama Elfas Musik Studio yang diselenggarakan di Tiongkok.
Karya musik yang cukup indah, diciptakannya bersama Marusya Nainggolan, untuk TRIENALE Seni Patung Indonesia (1987), dengan judul ‘Maniera’ yang mendapat sambutan meriah dari berbagai pihak. Menikah dengan I Gusti Agung Ayu Ratnawati, dikaruniai dua orang anak, I Gusti Ayu Sri Mertawati Raka Putri dan I Gusti Ngurah Gde Dyaksa Raka Putra.
Selain berkolaborasi dengan Guruh Soekarnoputra, Kompyang Raka juga pernah berkolaborasi dengan grup musik rock Gong 2000. Dalam salah satu lagu Gong 2000, Kompyang Raka memasukkan musik tradisi Bali. “Karena sudah pernah bermain bersama Mas Guruh, jadi tidak terlalu sulit. Tapi, saya sempat diprotes oleh seniman-seniman Bali,“ begitu kenangnya.
Hingga saat ini, Kompyang Raka masih aktif dengan LKB Saraswatinya. Meski ada beberapa tempat latihan, namun Kompyang tetap harus hadir di tengah-tengah muridnya. Sekarang muridnya sudah ribuan, dari anak-anak sampai orang dewasa.
“Saya memang harus ikut mengawasi dan melatih. Makanya kadang-kadang harus bolak-balik dari satu tempat ke tempat lain. Kami pengin punya tempat latihan yang besar. Mudah-mudahan pemerintah mendengar suara kami,“ imbaunya.