Masyarakat Cina: Studi Tentang Interaksi Sosial Di Surabaya

0
2128

Masyarakat Cina: Studi Tentang Interaksi Sosial Di Surabaya

Oleh: Siti Munawaroh

 

Penelitian yang berjudul “Masyarakat Cina : Studi Tentang Interaksi Sosial di Surabaya” dilakukan di Kelurahan Nyamplingan, Kecamatan Pabean Cantia, Surabaya Utara. Dipilihnya daerah tersebut dengan pertimbangan merupakan wilayah yang banyak dihuni oleh masyarakat Cina dan merupakan kecamatan lama.

Dalam rangka mencapai tujuan maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, yakni mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Sementara data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan sekunder yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Hasil yang diperoleh dilapangan bahwa interaksi atau hubungan antara Cina dan Jawa yang berada di daerah penelitian berjalan dengan baik, bahkan mengarah ke sifat yang positif atau kerjasama. Walaupun masing-masing suku dengan sadar mengembangkan pengakuan diri, contoh yang paling tampak atau nyata dalam menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pergaulan, baik itu dilakukan dalam kegiatan ekonomi maupun kemasyarakatan. Interaksi kedua suku yang mengarah kerjasama di bidang ekonomi ini terlihat leluasa dan terbuka. Dalam arti mereka tanpa melihat latar belakang suku bangsa. Dalam jual beli umumnya Cina sebagai padagang grosir atau tempat kulakan dan suku Jawa sebagai pembeli atau eceran. Kedua suku ini boleh dikata setiap hari bahkan setiap saat saling berhubungan atau interaksi. Selain itu, terlihat juga dari tenaga kerja yang digunakan oleh suku Cina, dalam mana umumnya adalah dari suku Jawa. Walaupun kerjasama didalam hal ini (tenaga kerja) hanya bersifat formal. Kemudian kerjasama di bidang kemasyarakatan atau kegitan sosial seperti gotong royong, tolong menolong baik suka maupun duka. Dalam hal ini karena suku Cina kebanyakan sebagai pedagang maka waktu dan kesempatan yang ada terbatas sehingga untuk berinteraksi atau hubungan di antara kedua suku tidak setiap hari terjadi. Untuk mengikuti atau hubungan dalam kegiatan sosial tersebut umumnya mewakilkan pembantunya atau kadang hanya memberi dana. Namun begitu di daerah penelitian suku Cina tidak semua seperti itu.

Sementara interaksi kedua suku yang mengarah ke persaingan maupun konflik memang ada. Namun kedua suku yang ada di daerah penelitian dalam kehidupan sehari-hari memiliki saling tenggang rasa, menghargai, dan saling keterbukaan sehingga persaingan dan konflik antar dua suku tidak ada masalah yang berarti dalam arti bisa dimusyawarahkan dan menemukan titik temu. Selain itu, karena di daerah penelitian suku Cina banyak yang bermukim atau tempat tinggal yang membaur dengan suku Jawa.

Selengkapnya: Patra-Widya, Vol. 6 No. 4, Desember 2005.